Вы находитесь на странице: 1из 28

Manajemen Obstruksi Jalan Napas

Sakina Usman
Pembimbing: dr.Ajutor Donny,
Sp.An
Pengenalan
Obstruksi jalan nafas merupakan
kegawatdaruratan dalam anestesi
yang membutuhkan intervensi
segera
Dalam algoritma ALS, obstruksi jalan
nafas diartikan sebagai hilangnya
patensi jalan nafas pada pasien yang
tidak sadar atau adanya hambatan
jalan nafas oleh benda asing yang
mencekik jalan nafas
Obstruksi jalan nafas dapat terjadi
secara akut ataupun kronik,
bergantung tempat, derajat
penyempitan dan penyebab
Berdasarkan tingkatan anatomi
dapat dibagi menjadi supraglotik,
glotik dan subglotik
Tabel 1: Kelainan yang berpotensi
menjadi penyebab obstruksi jalan
nafas
Penilaian Pasien
Gejala dan Tanda
Pada obstruksi akut, misalnya pada trauma,
epiglotitis atau pada angina ludwig, stridor dan
dispneu sangat sering dikeluhkan.
Stridor merupakan suara nafas yang parau, memiliki
pitch yang tinggi akibat adanya turbulensi aliran
udara melalui obstruksi jalan nafas yang parsial.
Pada fase inspirasi, stridor akibat obstruksi dapat terjadi
setinggi supraglotik atau glotik, sedangkan stridor
inspirasi-ekspirasi menunjukkan adanya penekanan pada
subglotik. Stridor ekspirasi atau wheeze (bunyi menciut)
secara klasik menunjukkan adanya obstruksi pada trakeal
atau trakeobonchial
Stertor adalah istilah yang menggambarkan
adanya dengkuran (snoring) dengan respirasi
berat dan biasanya berasal dari obstruksi
setingkat nasofaringeal
Gurgling dapat menunjukkan obstruksi yang
berasal dari orofaring
Gejala lain yang berhubungan dengan obstruksi
jalan nafas termasuk suara serak (hoarseness),
perubahan suara, lebih menyukai untuk duduk,
dispneu nocturnal, ortopneu, fatigue yang
memburuk, disfagia dan hipersalivasi (drooling).
Tabel 2. Tanda-tanda Obstruksi
Jalan Nafas

Tanda-tanda Obstruksi Jalan Nafas segera terjadi (akut)


- Dispneu
- Stridor
- Stertor
- Perubahan suara / suara parau (hoarseness)
- Disfagia
- Hipersalivasi (drooling)/ tidak mampu menelan
- Tidak mampu berbaring lurus dan datar, duduk lebih
disukai untuk mempertahankan patensi jalan nafas
Obstruksi kronik dapat terjadi tersembunyi
pada pasien yang secara gradual telah
menyesuaikan kondisinya dengan
penyempitan jalan nafas yang progresif, yang
sering menyebabkan kesalahan penilaian.
Adanya tumor dengan pertumbuhan lambat
pada faring, dasar lidah, plica vocalis, atau
berbagai hal yang menyebabkan kompresi
ekstrenal seperti dari tiroid atau mediastinum,
dan beberapa penyakit neuromuskular dapat
menyebabkan keadaan tersebut.
Pemeriksaan
Sikap pasien harus dicatat. Pasien mungkin
menderita dispneu, menggunakan otot pernafasan
tambahan dan membutuhkan suplemen oksigen.
Penilaian jalan nafas termasuk dengan membuka
mulut, pertumbuhan gigi, protrusi lidah. Klasifikasi
Mallampati, subluksasi mandibular dan pergerakan
leher.
Leher harus juga diperiksa untuk menilai apakah
terdapat massa, mobilitas trakea, distorsi jalan
nafas dan berbagai kesulitan untuk penilaian leher
bagian depan (misalnya adanya riwayat radioterapi
sebelumnya).
Investigasi
Nasoendoskopik Fibreoptik
Inspeksi pada laring melalui
pemeriksaan ini dapat menyediakan
informasi penting mengenai perjalanan
alamiah, tingkatan dan derajat obstruksi
yang terjadi, yang mengenai struktur
disekitarnya dan beberapa pergerakan
dari lesi selama respirasi
Gambar: Saat dilakukan pemeriksaan
nasoendoskopi fibreoptik
USG Leher
dapat menyediakan informasi tambahan
mengenai lesi dan derajat distorsi jalan
nafas, terutama jika tidak ada landmark
yang dapat terpalpasi. Pemeriksaan ini
juga bernilai dalam mengidentifikasi dan
menandai membrane krikotiroid dan
mencatat berbagai kemungkinan
kelainan yang terjadi pada struktur
vaskular jika ingin dilakukan akses pada
bagian depan leher.
Pemeriksaan CT dan MRI
Pencitraan sebagian besar sangat
membantu dalam memperlihatkan
adanya massa mediastinal. Pemeriksaan
CT akan memperlihatkan posisi dan
perkembangan obstruksi jalan nafas.
Gambaran CT dari lesi supraglotik (panah hitam)
pada laki-laki 82 tahun, memperlihatkan tingkatan
dan perkembangan obstruksi jalan nafas
Tim Multidisipliner, Perencanaan
dan Faktor Manusia
Manajemen pasien dengan obstruksi
jalan nafas membutuhkan input
anestetik dan bedah yang cermat
dari tahap pertama
Untuk pasien yang membutuhkan
intervensi urgen, tim operasi harus
selalu siap dalam mempersiapkan
tim spesialis dan alat-alat operasi.
Pertimbangan cermat mengenai
risiko relative dan keuntungan
mengenai strategi yang
direncanakan, persiapan alat dan
perencanaan merupakan kunci
keberhasilan manajemen kasus
obstruksi jalan nafas.
Strategi Manajemen
Panduan dari The Difficult Airway Society
(DAS) untuk manajemen kesulitan intubasi
harus digunakan. Seorang anestesiologis
harus familiar dengan cant breathe, cant
oxygenate, termasuk akses bagian depan
leher.
Halaman situs the Aintree Difficult Airway
Management (ADAM) merupakan situs
bantuan yang berguna dalam membuat
keputusan.
STRATEGI JALAN NAFAS
Terdapat 4 strategi pilihan utama
yang dipertimbangkan ketika
merencanakan strategi jalan nafas :
1. Induksi inhalasi
2. Induksi intravena
3. Intubasi fibreoptik awake
4. Trakeostomi awake
Anesthesia dengan induksi
inhalasi
Anestesi dengan induksi inhalasi telah
dideskripsikan secara klasik sebagai rute
yang lebih disukai pada pasien dengan
obstruksi jalan nafas atas dan secara
spesifik pada pasien dengan obstruksi
jalan nafas sentral
Secara teori, teknik ini menjaga ventilasi
tetap spontan dan harus dilakukan pada
psaien dengan obstruksi jalan nafas total
akibat adanya kolaps jalan nafas.
Anestesi dengan induksi
intravena
Perencanaan teknik back up harus dilakukan
Penggunaan pelumpuh otot dapat memberikan
kondisi intubasi terbaik dan juga dapat
mengakses leher jika terjadi situasi cant
intubate, cant oxygenate (CICO) secara
optimal
Secara alternative, teknik terbaru yang
diterbitkan yaitu transnasal humidified rapid
insufflation ventilator exchange (THRIVE) atau
NO-DESAT, dimana memiliki aliran oksigen
yang tinggi yang dapat dialirkan melalui kanul
Awake fibreoptik intubation
(AFOI)
Bergantung terhadap keahlian operator, ketersediaan alat
dan lokasi dan perkembang obstruksi, AFOI dapat
digunakan dengan sukses
Pemeriksaan ini mungkin bukan pilihan terbaik jika terdapat
kemungkinan dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas
total; yang disebut sebagai situasi cork in bottle, misalnya
tumor glottis dimana apertura dari jalan nafas menjadi
menurunAlat ini jua dapat menyebabkan kesalah jika
terdapat distorsi anatomi, risiko berdarahan, sehingga
pasien harus lebih bekerja sama atau terdapat risiko
penekanan jalan nafas akibat pemberian sedasi berlebih
atau topikalisasi dari anestesi local
Penggunaan AFOI pada pasien dengan obstuksi jalan nafas
masih kontroversial.
Awake tracheal access
Keputusan untuk melakukan trakeostomi bedah
sadar dengan anestesi local tergantung dari
urgensi, pengalaman, lokasi dan kemampuan
dalam melakukan tindakan ini.
Indikasinya termasuk adanya stridor berat, fixed
hemilarings, tumor yang berkembang, distorsi
anatomi yang besar, laring tidak terlihat saat
dilakukan nasoendoskopi fibreoptik
Teknik ini sangat menantang yang bergantung
terhadapt adanya patologi yang mendasari dan
kemampuan toleransi pasien pada posisi supinasi.
Awake tracheal access
Ketika trakeostomi tidak dianggap
perlu, krikotiroidotomi jarum besar
elektif dapat dipertimbangkan
sebagai opsi yang tepat
Perencanaan kognitif dalam strategi
penanganan obstruksi jalan nafas
ALAT INTUBASI
ENDOTRAKEAL
Laringoskopi direk
Videolaringoskopi indirek
Laringoskopi fibreoptik fleksibel
(nasal atau melalui LMA)
Laringoskopi fibreoptik rigid
Ringkasan
Manajemen obstruksi jalan nafas
membutuhkan penilaian
perencanaan dan eksekusi yang
cermat, dalam mengoptimalkan
keberhasilan.
Terima kasih

Вам также может понравиться