Вы находитесь на странице: 1из 17

Penanganan Kasus Malpraktek

Berdasarkan Kode etik Kedokteran


Skenario 6
Seorang pasien bayi dibawa orangtuanya datang ke tempat
praktek dokter A, seorang dokter anak. Ibu pasien bercerita
bahwa ia adalah pasien seorang dokter obgyn B sewaktu
melahirkan, dan anaknya dirawat oleh dokter anak C. Baik dokter
B mahupun C tidka pernah mengatakan bahwa anaknya
menderita penyakit atau cedera sewaktu lahir dan dirawat disana.
Sepuluh hari pasca lahir orang tua bayi menemukan benjolan di
pundak kanan bayi.
Setelah diperiksa oleh dokter A dan pemeriksaan radiologi sebagai
penunjang, pasien dinyatakan fraktur klavikula kanan yang sudah
berbentuk kalus. Kepada dokter A mereka meminta kepastian
apakah benar terjadi patah tulang klavikula, dan kapan kira kira
terjadinya. Bila benar bahwa patah tulang tersebut terjadi
sewaktu kelahiran, mereka akan menuntut dokter B karena telah
mengakibatkan patah tulang dan dokter C karena lalai tidak dapat
mengdiagnosisnya. Mereka juga menduga bahwa dokter C kurang
kompeten sehingga sebaiknya ia merawat anaknya ke dokter A
saja. Dokter A berpikir apa sebaiknya ia katakan.
Prinsip etika profesi
1. Tanggung jawab
Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang
lain atau masyarakat pada umumnya.
2. Keadilan untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya.
3. Otonomi menuntut agar setiap kaum profesional diberi
kebebasan menjalankan profesinya.
Tujuan kode etik profesi
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para
anggota.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin
erat.
Prinsip moral
Autonomy : menghormati hak pasien, terutama hak
dalam memperoleh informasi dan hak membuat keputusan
tentang apa yang akan dilakukan terhadap dirinya
Beneficence : melakukan tindakan untuk kebaikan pasien
non maleficence: tidak melakukan perbuatan yang
memperburuk pasien
Justice :bersikap adil dan jujur
Kode etik kedokteran
Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar
profesi yang tertinggi.
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal 4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik
hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan
pasien.
Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang
dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang
telah diperiksa sendiri kebenarannya.
Pasal 7a
Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan
pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral
sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan
atas martabat manusia.
Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan
pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya
yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi,
atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani
pasien
Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak
sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga
kepercayaan pasien
Pasal 7d
Setiap dokten harus senantiasa mengingat akan
kewajiban melindungi hidup makhluk insani.
Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus
memperhatikan kepentingan masyarakat dan
memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang
menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif),
baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi
pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-
benarnya.
Pasal 9
Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat
di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat,
harus saling menghormati3.
Hubungan Dokter dengan
Pasien
Menghormati Dan Pelayanan Sama Rata
Tidak boleh mendiskriminasi pasien

Komunikasi Dan Consent


Menerangkan tentang penyakit, pengobatan & kebaikan dan
keburukan suatu tindakan medis

Informed Consent Untuk Pasien Inkompeten


Seperti anak, gangguan psikologi dan tidak sadar
Consent terhadap walinya
Jika memerlukan tindakan medis segera tanpa ada wali, pasien
dianggap setuju

KERAHASIAAN PASIEN
Tidak dibenarkan untuk membuka rahasia pasien tanpa
kebenaran dari pasien itu sendiri kecuali diminta oleh hukum.
Hubungan Dokter dengan Teman
Sejawat
Menegur & memberi peringatan
Pelaporan kasus malpraktek jika terbukti ada kelalaian

Larangan dalam hubungan sesama dokter:


Membayar/menerima bayaran dari dokter lain dalam
menangani pasien
Mengambil alih tugas perawatan pasien dari dokter lain
tanpa rujukan dokter tersebut

Hubungan Dokter Dan Tenaga Pelayanan Kesehatan Lain


Non diskriminasi dan saling hormat-menghormati sesama
tenaga pelayanan kesehatan lain.
Dampak Hukum
Perlindungan Hukum
Perlidungan hukum terhadap dokter yang diduga
melakukan tindakan malpraktek medik
Pasal 48, Pasal 50, Pasal 51 Ayat 1 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP)
Pasal 50 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran
Pasal 53 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan
Pasal 24 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
1996 tentang Tenaga Kesehatan
Seorang dokter dapat memperoleh perlindungan hukum
sepanjang ia melaksanakan tugas sesuai dengan standar
profesi dan Standard Operating Procedure (SOP)
Jenis Pelanggaran
pelanggaran etik -> Majelis Kode Etik Kedokteran (MKEK)
pelanggaran disiplin -> Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)
pelanggaran pidana -> pihak pasien -> pihak kepolisian atau ke
pengadilan negeri.

pihak kepolisian -> pada tingkat penyelidikannya dokter yang diduga


telah melakukan tindakan malpraktek medik tetap mendapatkan
haknya dalam hukum yang ditetapkan dalam Pasal 52, Pasal 54,
Pasal 55, Pasal 57 Ayat 1, Pasal 65, Pasal 68, dan Pasal 70 Ayat 1
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

tingkat pengadilan -> pembuktian dugaan malpraktek dapat


menggunakan rekam medik (medical record) sebagai alat bukti
berupa surat yang sah (Pasal 184 Ayat 1 KUHAP).
Hukum kedokteran akibat kelalaian
tuntutan hukum yang diajukan oleh pasien atau
keluarganya kepada pihak rumah sakit dan atau
dokternya semakin meningkat.
tuntutan pidana/perdata -> mendasarkan kepada
teori hukum kelalaian.
malpraktik medis -> kelompok perilaku
profesional medis yang menyimpang dan
mengakibatkan cedera, kematian atau kerugian bagi
pasiennya.
Gugatan Perdata
Gugatan perdata dalam bentuk permintaan ganti rugi dapat
diajukan dengan mendasarkan kepada salah satu dari 3 teori di
bawah ini, yaitu :
Kelalaian sebagaimana pengertian di atas dan akan diuraikan
kemudian

Perbuatan melanggar hukum, yaitu misalnya melakukan tindakan


medis tanpa memperoleh persetujuan, membuka rahasia kedokteran
tentang orang tertentu, penyerangan privacy seseorang, dan lain-lain.

Wanprestasi, yaitu pelanggaran atas janji atau jaminan. Gugatan


ini sukar dilakukan karena umumnya dokter tidak menjanjikan hasil
dan perjanjian tersebut, seandainya ada, umumnya sukar dibuktikan
karena tidak tertulis.
Penyelesaian Masalah
Dokter wajib menjalankan pelayanan medis yang
kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya
disertai rasa kasih saying dan penghormatan atas martabat
manusia
Dokter wajib bersikap jujur kepada pasien dan juga teman
sejawatnya
Dokter menghargai hak-hak pasien, sejawatnya, tenaga
kesehatan lainnya
Dokter menjaga kepercayaan pasien

Вам также может понравиться