Вы находитесь на странице: 1из 17

Peraturan Perundangan

Ketenagakerjaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1
Aspek Hukum pada
Ketenagakerjaan
Struktur Tenaga Kerja
Pegawai tetap (minor) dan tenaga lepas (major)
Tenaga ahli dan Tenaga Terampil (UUJK)
Tenaga terampil : TK terlatih (skilled) dan TK biasa/tidak terlatih
(unskilled)
Sumber tenaga kerja

Aspek Legal Perlindungan Tenaga Kerja


Praktek pelaksanaan pekerjaan di lapangan
Sistem dan program K3
Sistem pengupahan
Hak untuk menjadi pekerja (tanpa diskriminasi)
Hubungan Pekerja
Antar pekerja
Pekerja penyedia jasa
Pekerja pengusaha
Pekerja pemilik proyek
Pekerja badan luar

2
Dasar Hukum
1. Norma Dasar :
UUD 1945 Psl 27 ayat (2) dan Psl 28D ayat
(2)
2. UU No.3 Thn 1951 ttg Pengawasan Perburuhan
3. UU No.1 Thn 1970 ttg Keselamatan Kerja
4. UU No. 13 Thn 2003 ttg Ketenagakerjaan
5. UU No. 21 Thn 2003 ttg Pengesahan Konvensi
ILO No. 81 Thn 1947 mengenai Pengawasan
Ketenagakerjaan dlm Industri dan Perdagangan
Undang-undang No 13
Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
25 Maret 2003

4
Pertimbangan
Peran dan kedudukan tenaga kerja
yang penting sebagai pelaku dan
tujuan pembangunan
Peningkatan kualitas tenaga kerja
melalui perlindungan tenaga kerja
berikut keluarganya
Jaminan hak-hak dasar buruh

5
Ketentuan Umum
Ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa
kerja
Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima
upah atau imbalan dalam bentuk lain
Pengusaha & Perusahaan
Pelatihan adalah seluruh kegiatan untuk memberi, memperoleh,
meningkatkan serta mengembangkan potensi kerja, produktivitas,
disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keahlian dan
keterampilan tertentu.
Kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang
memcakup aspek pengetahuan dan keterampilan
Pemagangan: bagian dari sistem pelatihan di bawah bimbungan
dan pengawasan instruktur

6
Ketentuan Umum
Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja dengan
pengusaha atau pemberi kerja yang memenuhi syarat-syarat
kerja, hak dan kewajiban para pihak
Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan
pekerja berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur
pekerjaan, upah dan perintah
Hubungan industrial adalah sistem hubungan yang terbentuk
antara para pelaku dalam produksi barang/jasa yang terdiri
dari unsur pengusaha, pekerja dan pemerintah yang
didasarkana pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 45
Serikat Pekerja
Lembaga Kerjasama Bipartit
Lembaga Kerjasama Tripartit
Mogok Kerja (oleh pekerja)
Penutupan Perusahaan (lock out)

7
Struktur UU 13 - 2003 193 Pasal
Bab I Ketentuan Umum
Bab II Landasan, Azas dan Tujuan
Bab III Kesempatan dan Perlakuan yang Sama
Bab IV Perencanaan Tenaga Kerja dan Informasi Ketenagakerjaan

Bab V Pelatihan Kerja


Bab VI Penempatan Ketanaga Kerja
Bab VII Perluasan Kesempatan Kerja
Bab VIII Penggunaan Tenaga Kerja Asing
Bab IX Hubungan Kerja
Bab X Perlindungan, Pengupahan dan Kesejahteraan
Bab XI Hubungan Industrial
Bab XII Pemutusan Hubungan Kerja
Bab XIII Pembinaan
Bab XIV Pengawasan
Bab XV Penyidikan
Bab XVI Ketentuan Pidana dan Sanksi Administratif
Bab XVII Ketentuan Peralihan
Bab XVIII Ketentuan Penutup

8
Peraturan Perundangan Lain
UU no 21 tahun 2000 tentang
SERIKAT PEKERJA
UU no 20 tahun 1999 tentang
PENGESAHAN KONVENSI ILO no 138
PP no 28 tahun 2002 tentang
Perubahan ketiga atas PP 14 / 1993
tentang Penyelenggaraan Program
JAMSOSTEK
Lainnya, seperti UMP
9
JAMSOSTEK
Program Jaminan Sosial Tenaga
Kerja merupakan program
perlindungan dasar bagi pekerja
dan keluarganya
Bukan merupakan asuransi tetapi
semacam Social Security Program

10
Peraturan Perundangan Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Tujuan:
Menciptakan kondisi kerja yang menjamin
keselamatan dan kesehatan kerja
Memberikan jaminan kompensasi terhadap
kecelakaan kerja
Asuransi kesehatan dan kecelakaan kerja
Jaminan hari tua / tidak bekerja
Jaminan sosial tenaga kerja (JAMSOSTEK)

11
Peraturan Perundangan Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

UU no 1 1970 tentang keselamatan kerja


Permen NakerTrans no 01/MEN/1980 tentang K3 pada
Konstruksi Bangunan
UU no 3 1992 tentang JAMSOSTEK
PP no 14 1993 tentang Penyelenggaraan JAMSOSTEK
Permen Naker no Per-05/MEN/1993 tentang JUKNIS
Pendaftaran, Pembayaran Iuran dan Santunan
JAMSOSTEK
Keppres no 21 1993 tentang Penyakit yang Timbul
Karena Hubungan Kerja
SKB Mendagri-MTK S.K. 585-20 no. KEP-05/MEN/1984
30/KPTS/1984
SKB MTK-PU no KEP-07/MEN/1984 30/KPTS/1984
12
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970
TENTANG KESELAMATAN KERJA
SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3
(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk :
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat
kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan
penularan.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970
TENTANG KESELAMATAN KERJA
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat
kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan
orang, binatang, tanaman atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis
bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar
muat, perlakuan dan penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan
pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi
bertambah tinggi.
S U R A T E D A R A N MENTERI PU
Nomor : 03/SE/M/2005
Perihal : Penyelenggaraan Jasa Konstruksi untuk Instansi
Pemerintah TA 2005

6. Penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


a. Pengguna jasa dan penyedia jasa dalam kegiatan pekerjaan
konstruksi wajib memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang
berlaku termasuk SKB Menaker dan Menteri PU No.
KEP.174/MEN/86 dan 104/KPTS/1986 tentang tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
b. Pengguna jasa mempunyai kewajiban:
i. Melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaraan K3 yang dilakukan
oleh penyedia jasa.
ii. Menghentikan pekerjaan apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan
menyimpang dari ketentuan tersebut pada huruf a.
iii. Melaporkan segera apabila terjadi kecelakaan kerja kepada atasan
langsungnya.
c. Penyedia jasa bertanggung jawab apabila terjadi kecelakaan dan
gangguan kesehatan para pekerja di tempat kerja selama kegiatan
pekerjaan konstruksi berlangsung.
d. Pengguna jasa bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan
kerja, apabila ketentuan huruf a. tidak dilaksanakan oleh penyedia
jasa.
Sistem Manajemen Keselamatan Kerja (SMKK)
(UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG
KETENAGAKERJAAN)
Paragraf 5
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 86
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas:
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai agama.
(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh
guna mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja.
(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sistem Manajemen Keselamatan Kerja (SMKK)
(UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG
KETENAGAKERJAAN)

Pasal 87
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan
sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi
dengan sistem manajemen perusahaan.
(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Вам также может понравиться