GUSTI PUTERI NURHABIBAH (A1C315010) SISKA HARDIYATI PUTRI (A1C315036) SANTI DWI SADIAH (A1C315208) THISNA WULAN DARI (A1C315210) Manajemen Berbasis Sekolah RUMUSAN MASALAH
1. Apa dasar MBS
2. Landasan hukum MBS 3. Alasan MBS 4. Kenapa harus manajemen di sekolah 5. Kenapa muncul ide bahwa di sekolah di Indonesia harus di manajemen Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah menurut beberapa ahli MBS memiliki banyak pengertian, bergantung dari sudut pandang orang yang mengartikannya. Nurkholis (2003:1), misalnya, menjelaskan bahwa Manejemen Berbasis Sekolah terdiri dari tiga kata, yaitu manjemen, berbasis dan sekolah. Pertama, istilah manejemen memiliki banyak arti. Secara umum manejemen dapat diartikan sebagai proses mengelola sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan. Kedua, kata berbasis mempunyai kata dasar basis atau dasar. Ketiga, kata sekolah merujuk pada lembaga tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Bertolak dari arti ketiga istilah itu, maka istilah Manejemen Berbasis Sekolah dapt diartikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan sumber daya yang berdasar pada sekolah itu sendiri dalam proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Secara lebih ringkas definisi MBS adalah otonomi manajemen sekolah dan pengambilan keputusan partisipatif. Otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah menurut prakarsanya sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah dan sesuai dengan peraturan perundang undangan pendidikan yang berlaku.
Slamet PH (2001) mendefinisikan manajemen berbasis sekolah dengan
bertolak dari kata manajemen, berbasis dan sekolah. Menurut Slamet berarti koordinasi penyerasian sumber daya melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, untuk berbasis artinya berdasarkan pada atau berfokuskan pada, sedangkan sekolah merupakan organisasi terbawah dalam jajaran Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang bertugas memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik Wohlsteeter, Priscilla & Mohrman (1996) menyatakan bahwa MBS berarti pendekatan politis untuk mendesain ulang organisasi sekolah dengan memberikan kewenangan dan kekuasaan kpada partisipan sekolah di tingkat lokat guna memajukan sekolahanya. Myers dan Stonehil (1993) mengemukakan bahwa MBS merupakan strategi untuk memperbaiki pendidikan dengan mentransfer otoritas pengembilan keputusan secara signifikan dari pemerintah pusat dan daerah kesekolah-sekolah secara individual. Ogawa & Kranz (1990:290) memendang MBS secara konseptual sebagai perubahan formal dari struktur tata pelayanan pendidikan(gevormance) yaitu pada distribusi kewenangan pengambilan keputusan sebagai bentuk desentralisasi yang mengidentifikasi sekolah sebagai unit utama dari peningkatan dan kepercayaan dan juga sebagai alat utama untuk meningkatkan partisipasi dan dukungan. 1. APA DASAR MBS Manajemen Berbasis Sekolah merupakan manajemen yang bernuansa otonomi, kemandirian dan demokratis. a. Otonomi Merupakan kewenangan sekolah dalam mengatur dan mengurus kepentingan sekolah dalam mencapai tujuan sekolah untuk menciptakan mutu pendidikan yang baik. b. Kemandirian Merupakan langkah dalam pengambilan keputusan. Dalam mengelola sumber daya yang ada, mengambil kebijakan, memilih strategi dan metode dalam memecahkan persoalan tidak tergantung pada birokrasi yang sentralistik sehingga mampu menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan dapat memanfaatkan peluang-peluang yang ada. c. Demokratif Merupakan keseluruhan elemen-elemen sekolah yang dilibatkan dalam menetapkan, menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan untuk mencapai tujuan sekolah. 2. LANDASAN HUKUM MBS Dasar Hukum Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu: Dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN), pemerintah mengupayakan keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun 2000-2004 pada bab VII tentang bagian program pembangunan bidang pendidikan khususnya sasaran terwujudnya manajemen pendidikan yang berbasis pada sekolah dan masyarakat (school/ community based management). 2. LANDASAN HUKUM MBS Dasar Hukum Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu:
Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (khususnya yang terkait dengan MBS adalah Bab XIV, Pasal 51, Ayat (1),pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/ madrasah. 2. LANDASAN HUKUM MBS Dasar Hukum Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu: Kepmendiknas nomor 087 tahun 2004 tentang standar akreditasi sekolah, khususnya tentang manajemen berbasis sekolah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan (khususnya yang terkait dengan MBS adalah Bab II, Pasal 3); Badan hukum pendidikan bertujuan memajukan pendidikan nasional dengan menerapkan manajemen berbasis sekolah/ madrasah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dan otonomi perguruan tinggi pada jenjang pendidikan tinggi. 3. ALASAN MBS Alasan diterapkannya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menurut Depdiknas (2007), sebagai berikut:
Dengan pemberian otonomi yang
lebih besar kepada sekolah, maka sekolah akan lebih insiatif/ kreatif dalam meningkatkan mutu sekolah. Dengan pemberian fleksibilitas/ keluwesan-keluwesan yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumber dayanya. 3. ALASAN MBS Alasan diterapkannya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menurut Depdiknas (2007), sebagai berikut:
Sekolah lebih mengetahui kelemahan,
kekuatan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya. Sekolah lebih mengetahui kebutuhannya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik. 3. ALASAN MBS Alasan diterapkannya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menurut Depdiknas (2007), sebagai berikut:
Pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya. Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat. 3. ALASAN MBS Alasan diterapkannya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menurut Depdiknas (2007), sebagai berikut:
Keterlibatan semua warga sekolah dan
masyarakat dalam pengambilan keputusan sekolah menciptakan transparansi dan akuntabilitas sekolah. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orang tua, peserta didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan. 3. ALASAN MBS Alasan diterapkannya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menurut Depdiknas (2007), sebagai berikut:
Sekolah dapat melakukan persaingan yang
sehat dengan sekolah-sekolah lain dalam peningkatan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif yang didukung oleh orang tua siswa, masyarakat sekitar, dan pemerintah daerah setempat. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat. 4. KENAPA HARUS MANAJEMEN SEKOLAH Karena apabila salah satu sumber daya tersebut tidak terpenuhi dengan baik, maka manajemen sekolah pun menjadi tidak dapat berfungsi optimal dan tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, manajemen sekolah sangat diperlukan dan tidak boleh diabaikan sedikitpun agar program sekolah dapat dilaksanakan secara efektif sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal sesuai sumber daya yang ada di sekolah. Manajemen sekolah harus dapat dirasakan manfaatnya bagi seluruh staf sekolah, siswa, dan masyarakat. 5. KENAPA MUNCUL IDE BAHWA DI SEKOLAH DI INDONESIA HARUS DI MANAJEMEN Kita tarik kedalam menejemen pendidikan yang berjalan di Indonesia, ada beberapa fenomena menarik yang sangat menonjol dewasa ini, diantaranya ialah :
Pendidikan kita tidak mendewasakan anak didik.
Pendidikan kita tidak menumbuhkan pola berfikir, Pendidikan kita tidak menghasilkan manusia terdidik. Pendidikan kita belum mampu membangun individu belajar. Pendidikan kita belum mampu menghasilkan kemandirian, dan Pendidikan kita belum mampu memberdayakan dan membudayakan peserta didik. Dari persoalan tersebut diatas, jelas bahwa dunia pendidikan kita masih jauh dari nilai- nilai yang ingin dicapai. Apa yang salah dari ini semua? Kalau kita cermati lebih jauh, apa yang telah diperbuat oleh lembaga pendidikan dewasa ini yang telah dengan susah payah menerapkan berbagai teori manajemen pendidikan yang cocok untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan masih jauh dari harapan yang sebenarnya. Kebijakan mulai dari CBSA (cara belajar siswa aktif) sampai sekarang yang didengung-dengungkan dengan KBK (kurikulum berbasis kompetensi) adalah berbagai upaya dunia pendidikan kita untuk mencerdaskan anak didiknya sesuai dengan perkembangan zaman. Muncul lagi MBS (manajemen berbasis sekolah) adalah sebuah alternatif pemecahan yang menginginkan pengelolaan pendidikan yang dibebankan kepada sekolah, sehingga apa yang diinginkan suatu daerah (lembaga pendidikan) terhadap potensi anak didiknya bisa tersalurkan dengan baik. Ini adalah sedikit tentang bagaimana sebenarnya penerapan pendidikan di Indonesia, dn masih banyak lagi model-model yang diterapkan. Kalau kita lihat bagaimana sebuah lembaga pendidikan menerapkan apa yang telah ada dalam teori manajemen pendidikan, maka mungkin apa yang terjadi di atas minimal dapat terhindarkan. Hambatan dalam menerapkan MBS Beberapa hambatan yang mungkin dihadapi pihak-pihak berkepentingan dalam penerapan MBS adalah sebagai berikut :
Tidak Berminat Untuk Terlibat
Misalnya tidak semua guru akan berminat dalam proses penyusunan anggaran atau tidak ingin menyediakan waktunya untuk urusan itu. Tidak Efisien Pengambilan keputusan yang dilakukan secara partisipatif adakalanya menimbulkan frustrasi dan seringkali lebih lamban Pikiran Kelompok Setelah beberapa saat bersama, para anggota dewan sekolah kemungkinan besar akan semakin kohesif. kohesivitas itu menyebabkan anggota terlalu kompromis hanya karena tidak merasa enak berlainan pendapat dengan anggota lainnya. Memerlukan Pelatihan Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinan besar sama sekali tidak atau belum berpengalaman menerapkan model yang rumit dan partisipatif ini. Kebingungan Atas Peran dan Tanggung Jawab Baru Penerapan MBS mengubah peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan. Perubahan yang mendadak kemungkinan besar akan menimbulkan kejutan dan kebingungan sehingga mereka ragu untuk memikul tanggung jawab pengambilan keputusan Kesulitan Koordinasi Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan yang beragam mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien. Tanpa itu, kegiatan yang beragam akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-masing yang kemungkinan besar sama sekali menjauh dari tujuan sekolah. Research & Analysis Understanding the needs There are only two ways to live your life. One is as though nothing is a miracle. The other is as though everything is a miracle. Thank you! Any Questions?