Вы находитесь на странице: 1из 39

BATUAN METAMOR F

APA ITU BATUAN METAMORF?


Batuan metamorf, yang sering disebut juga dengan istilah batuan malihan,
adalah batuan hasil proses metamorfosis yang berasal dari jenis batuan lain
(protolith). Batuan asal mula yang menjadi batuan metamorf dapat berasal dari
batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf. Karena sifat batuan
asal berbeda-beda baik dari sifat fisik, sifat mineralogi dan kimianya, maka
perubahan-perubahan yang terjadi akibat proses metamorfosis juga dapat
mempengaruhi komponen-komponen tersebut. (Sukandarrumidi, 2014)
PROSES PEMBENTUKAN
Proses terbentuknya batuan metamorf karena adanya perubahan yang disebabkan
oleh proses metamorfosa. Proses metamorfosa adalah sebuah proses pengubahan
batuan akibat adanya perubahan tekanan, temperatur, dan adanya aktivitas kimia,
baik fluida ataupun gas, bahkan bisa merupakan variasi dari ketiganya (tekanan,
temperatur, dan aktivitas kimia). Proses metamorfosa sendiri sebenarnya
merupakan proses isokimia, di mana tidak adanya penambahan unsur-unsur kimia
pada batuan yang mengalami metamorfosa. Adapun temperatur yang berkisar
biasanya antara 200oC 800oC, tanpa melalui fase cair.

Adapun tiga faktor yang dapat menyebabkan terjadi proses metamorfosa tersebut
sehingga mengakibatkan proses terbentuknya batuan metamorf, antara lain :
1. Perubahan Temperatur
Perubahan temperatur dapat terjadi karena adanya beberapa sebab, seperti
adanya pemanasan akibat intrusi magmatik dan perubahan gradient
geothermal. Adapun panas dalam skala kecil juga dapat terjadi akibat adanya
sebuah gesekan atau friksi selama terjadinya deformasi suatu massa batuan.
Pada batuan silikat misalnya, batas bawah terjadinya metamorfosa umumnya
berkisar pada suhu 150oC 50oC. Hal ini ditandai dengan munculnya mineral-
mineral Mg, yaitu carpholite, glaucophane, lawsonite, paragonite, prehnite
maupun slitpnomelane. Sedangkan untuk batas atasnya berkisar pada suhu
650oC 1100oC, tepatnya sebelum proses pelelehan dan tergantung pula pada
jenis jenis batuan asalnya.
2. Perubahan Tekanan
Tekanan yang dapat menyebabkan terjadinya proses metamorfosa pada dasarnya
bervariasi. Proses metamorfosa akibat intrusi magmatik dapat terjadi mendekati
tekanan permukaannya, di mana besarnya beberapa bar saja. Sedangkan proses
metamorfosa yang terjadi pada suatu kompleks ofiolit dapat terjadi dengan
tekanan lebih dari 30-40 kBar.

3. Aktivitas Kimiawi
Ativitas kimiawi fluida maupun gas yang berada pada jaringan antara butir
batuan, mempunyai peranan penting dalam proses metamorfosa. Hal ini
dikarenakan memang fluida aktif memiliki banyak peran, yaitu air, karbon
dioksida, asam hidroklorik, dan hidroflorik. Pada umumnya, fluida dan gas
tersebut berperan sebagai katalis atau solven, serta memiliki sifat untuk
membentuk reaksi kimia dan penyetimbang mekanis.
JENIS TEKSTUR BATUAN METAMORF
(Sukandarrumidi, 2014)

1. Tekstur granoblastic, apabila hampir semua mineral penyusun batuan


berbentuk grain (butiran) yang mudah dibedakan dan dikenali
2. Tekstur crystaloblastic, apabila hampir semua mineral penyusun batuan
berbentuk kristal
3. Tekstur nematoblastic, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatik
dan berbentuk granular.
STRUKTUR BATUAN METAMORF
Secara umum, struktur batuan metamorf terdiri atas foliasi dan non-foliasi.
Foliasi adalah struktur paralel yang ditimbulkan oleh mineral-mineral pipih
sebagai akibat proses metamorfosa. Foliasi ini dihasilkan oleh metamorfosa
regional dan metamorfosa kataklastik. Sedangkan non-foliasi adalah struktur
yang dibentuk oleh mineral yang equidimensional, dimana terdiri dari
butiran-butiran (granular). Struktur non-foliasi ini dihasilkan oleh
metamorfosa termal.
1.STRUKTUR FOLIASI

Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi ini dapat
terjadi karena adanya penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-lapisan
(gneissoty), orientasi butiran (schistosity), permukaan belahan planar
(cleavage) atau kombinasi dari ketiga hal tersebut.
1.STRUKTUR FOLIASI
a) Staycleavage, merupakan
peralihan dari sedimen yang
berubah ke metamorf. Mineral-
mineralnya berukuran halus dan
kesan kesejajarannya halus sekali
dengan memperlihatkan belahan-
belahan yang rapat dimana mulai
terdapat daun-daun mika halus.
1.STRUKTUR FOLIASI

b) Filitik (Phylitic), merupakan struktur


yang hamper mirip dengan staycleavage
hanya mineral dan kesejajarannya sudah
mulai agak kasar.
1.STRUKTUR FOLIASI

Skistosa (Schistosity), merupakan struktur dimana mineral pipih lebih dominan d


c) Skistosa (Schistosity),
merupakan struktur dimana
mineral pipih lebih dominan
disbanding mineral butiran.
1.STRUKTUR FOLIASI

Skistosa (Schistosity), merupakan struktur dimana mineral pipih lebih dominan d


d) Gneistosa (Gneissic), yaitu
struktur dimana jumlah mineral-
mineral yang granular relative lebih
banyak dari mineral-mineral pipih.
2.STRUKTUR NONFOLIASI
Struktur non-foliasi adalah struktur yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral
penyusun batuan metamorf. Adapun yang termasuk struktur ini adalah:
a) Hornfelsik, dicirikan dengan adanya butiran-butiran yang seragam, berbentuk pada bagian
dalam daerah kontak sekitar tubuh batuan beku.
b) Milonitik, yaitu struktur yang berkembang karena adanya penghancuran batuan asal yang
mengalami metamorfosa dinamo.
c) Kataklastik, yaitu struktur yang hamper sama dengan milonitik hanya butirannya lebih kasar.
d) Pilonitik, yaitu struktur yang menyerupai milonitik tetapi butirannya lebih kasar dan
strukturnya mendekati tipe filitik.
e) Augen, seperti struktur flaser tetapi lensa-lensanya terdiri dari butir-butir feldspar dalam
masa dasar yang lebih halus
f) Granulosa, hampir sama dengan hornfelsik hanya butirannya mempunyai ukuran yang
berbeda-beda.
g) Liniasi, diperlihatkan oleh adanya kumpulan mineral yang berbentuk seperti jarum.
JENIS-JENIS METAMORFISME
Berdasarkan tatanan geologinya, Bucher dan Frey (1994) berpendapat bahwa
proses metamorfosa dalam pembentukan batuan metamorf terbagi menjadi
2 jenis, antara lain:

1. Metamorfosa Regional (Dinamothermal)


2. Metamorfosa Lokal
METAMORFOSA REGIONAL
(DINAMOTHERMAL)
1. METAMORFOSA OROGENIK
Metamorfosa orogenik ini terjadi pada daerah sabuk orogenik, di mana terjadi
proses deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Pada umumnya, batuan
metamorf yang dihasilkan dari metamorfosa ini mempunyai butiran mineral
yang terorientasi dan membentuk sabuk yang melampar atau terbentang
dari ratusan hingga ribuan kilometer. Proses metamorfosa yang satu ini
biasanya memerlukan waktu yang sangat lama, yaitu berkisar antara
puluhan juta tahun.
2. METAMORFOSA BURIAL

Metamorfosa burial ini terjadinya akibat adanya kenaikan tekanan dan


temperatur pada daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, di
mana kemudian akan terlipat. Proses yang terjadi pada metamorfosa ini ialah
proses rekristalisasi dan reaksi antara mineral dengan fluida.
3. METAMORFOSA DASAR SAMUDERA ( OCEAN FLOOR )

Metamorfosa dasar samudera yang dikenal dengan sebutan ocean floor ini
terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera, tepatnya di sekitar
punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan metamorf yang
dihasilkan dari proses metamorfosa ini umumnya memiliki komposisi basa
dan ultrabasa. Selain itu, adanya pemanasan air laut juga menyebabkan
mudah terjadinya reaksi kimia antara batuan dengan air laut tersebut.
METAMORFOSA LOKAL
1. METAMORFOSA KONTAK
Metamorfosa kontak ini terjadi pada batuan yang mengalami pemanasan di sekitar kontak
massa batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena adanya pengaruh panas
dan material yang dilepaskan oleh magma serta deformasi akibat gerakan massa. Proses yang
terjadi pada zona ini umumnya ialah rekristalisasi, reaksi kimia antara mineral, reaksi kimia
antara mineral dan fluida, serta penggantian dan penambahan material. Batuan yang dihasilkan
pada proses metamorfosa kontak ini umumnya memiliki butir-butir halus.

Zona metamorfosa kontak disebut juga contact aureole, yang menunjukkan semua derajat
metamorfisme dari area kontak hingga area nonmetamorfisme pada batuan padat di sekitarnya.

Perubahan tersebut semakin besar seiring dengan semakin dekat dengan titik kontak, dan
sebaliknya, semakin menurun bila semakin jauh dengan titik kontak.
Contoh dari metamorfosis termal atau sentuh ini adalah batu gamping yang berubah menjadi
batu marmer.

(GAMBAR)
1. METAMORFISME KONTAK
Terjadinya metamorfosis sentuh dapat dikenali dengan timbulnya mineral
indeks, yang dapat diketahui dengan melakukan penelitian petrografi pada
asahan tipis batuan yang bersangkutan.

Ketika batuan kontak terubah oleh intrusi beku, batuan terubah ini umumnya
menjadi lebih keras dan memiliki kristalin kasar. Banyak batuan terubah dari
metamorfisme kontak biasa disebut batutanduk (hornfels atau hornstone).
2. METAMORFOSA
KAUSTIK/THERMAL/OPTALIC
(PIROMETAMORFOSA)

Metamorfosa kaustik ini sebenarnya merupakan jenis khusus dari


metamorfosa kontak yang menunjukkan suatu efek hasil temperatur yang
tinggi pada kontak batuan dengan magma pada kondisi volkanik atau quasi
volkanik. Adapun contohnya ialah pada xenolith atau pada zone dike.
2. METAMORFOSA
KAUSTIK/THERMAL/OPTALIC
(PIROMETAMORFOSA)

Metamorfosa kaustik ini sebenarnya merupakan jenis khusus dari


metamorfosa kontak yang menunjukkan suatu efek hasil temperatur yang
tinggi pada kontak batuan dengan magma pada kondisi volkanik atau quasi
volkanik. Adapun contohnya ialah pada xenolith atau pada zone dike.
METAMORFISME DYNAMO

Batuan metamorf dinamo adalah batuan yang berubah bentuk karena


pengaruh tekanan yang sangat tinggi, dalam waktu yang sangat lama, dan
dihasilkan dari proses pembentukkan kulit bumi oleh tenaga endogen.
Adanya tekanan dari arah yang berlawanan menyebabkan butiranbutiran
mineral menjadi pipih dan ada yang mengkristal kembali.
Contoh dari metamorfosis dynamo , batu lumpur (mudstone) menjadi batu tulis
(slate).

(GAMBAR)
3. METAMORFOSA
KATAKLASTIK/DISLOKASI/KINEMATIK/DINAMIK

Metamorfosa kataklastik ini terjadi pada daerah yang mengalami deformasi


intensif, seperti pada patahan. Proses yang terjadi murni ini disebabkan
karena adanya gaya mekanis yang mengakibatkan penggerusan batuan.
Adapun batuan yang dihasilkan pada metamorfosa kataklastik ini memiliki
sifat non-foliasi, di mana juga dikenal sebagai fault breccia, fault gauge
ataupun milonit.
METAMORFISME REGIONAL
Metamorfisme regional cenderung membuat batuan
lebih keras dan pada saat yang sama menyebabkan
terbentuknya tekstur foliasi, skistos, atau gneis,
yang terdiri dari susunan planar mineral, sehingga
menyebkan mineral-mineral lempeng atau prismatik
seperti mika dan hornblende memiliki sumbu sumbu
terpanjang yang sejajar satu sama lain. Itulah
sebabnya banyak dari batuan ini berlapis lapis
dalam satu arah sepanjang sepanjang zona-zona
bantalan mika (micabearing zone pada sekis).
Contoh dari metamorfosis regional, ..................?
4. METAMORFOSA HIDROTERMAL (METASOTISME)

Metamorfosa hidrotermal ini terjadi akibat adanya perlokasi fluida atau gas
yang panas pada jaringan antar butir atau pada retakan-retakan batuan.
Sedemikian sehingga menyebabkan perubahan komposisi mineral dan kimia.
Selain itu, perubahan juga dipengaruhi karena adanya confining
pressure.Metamorfisme hidrotermal menyebabkan alterasi menjadi mineral
mineral hidrat kaya Mg Fe seperti talk, klorit, serpentin, aktinolit, tremolit,
zeolit, dan mineral lempung. Endapan kaya bijih sering terbentuk akibat
metamorfisme hidrotermal.
Contohnya batuan andesite yang berubah menjadi propilit.
(Gambar)
METAMORFISME TINDIHAN
Metamorfosis tindihan akan terjadi ketika batuan sedimen terkubur hingga
kedalaman beberapa ratus meter, dan suhu yang lebih besar dari 300 derajat
celcius dapat berkembang dengan tanpa adanya stres diferensial. Mineral
baru tumbuh, namun batuan tidak tampak sedang bermetamorfosis, mineral
utama yang biasanya dihasilkan dari proses ini adalah zeolit. Metamorfosis
tindihan ini merupakan metamorfosis tindihan tumpang tindih dengan
diagnesis sampai dengan batas tertentu. Dan metamorfosis inilah yang dapat
berubah menjadi metamorfosis regional seiring dengan meningkatnya suhu
dan juga tekanan.
CONTOH GAMBAR
5. METAMORFISME DAMPAK (IMPACT
METAMORPHISM / SHOCK METAMORPHISM)
Metamorfosa impact ini terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah
meteorit. Adapun kisaran waktunya hanya sekitar beberapa mikrodetik, di mana
pada umumnya ditandai dengan terbentuknya mineral coesite dan stishovite.
Tekanan-tekanan yang sangat tinggi dapat menghasilkan mineral yang hanya stabil
pada tekanan yang sangat tinggi, seperti polimorf SiO2 seperti koesit dan stishofit.
Selain itu mereka dapat menghasilkan tekstur yang dikenal sebagai shock lamellae
di butiran mineral, dan tekstur seperti kerucut pecah di batuan yang terkena
dampak.

Selain itu, metamorfosa impact ini berkaitan erat dengan panas bumi (geothermal).
CONTOH GAMBAR
6. METAMORFOSA RETROGADE (DIAROPTERIS)

Metamorfosa retrogade ini terjadi akibat adanya penurunan temperatur.


Sedemikian sehingga kumpulan mineral metamorfosa tingkat tingginya
berubah menjadi kumpulan mineral stabil pada temperatur yang lebih rendah
dari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sukkandarrumidi, dkk. 2014. Geologi Umum. Yogyakarta: UGM Press


http://ilmugeografi.com/geologi/proses-terbentuknya-batuan-metamorf
http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/geomorfologi/batuan-endapan

Вам также может понравиться