Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MORBILI
Oleh :
Imelda Herman
1218011078
Perseptor :
dr. Firdinand Nurdin, Sp.A., M.Kes
keluarga
Polio Saat lahir 2 bulan 4 bulan 6 bulan
Kesan: Anak tidak mendapatkan asi eksklusif dan
Hepatitis B Saat lahir 1 bulan 6 bulan
makanan tambahan diberikan lebih dini
Campak
Thorak
Bentuk : Normal
Retraksi : (-)
Paru
Pergerakan dada simetris, suara napas vesikuler +/+ (N) , ronki -/-, wheezing -/-
Kesan : Pemeriksaan paru dalam batas normal
Jantung
Ictus cordis teraba, batas jantung normal, BJ1 BJ2 murni reguler, murmur (-) gallop (-)
Kesan: Pemeriksaan jantung dalam batas normal
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, organomegali (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
Kesan : Pemeriksaan abdomen dalam batas normal
Ekstremitas
Jari Tangan : Lengkap, tanpa cacat, tidak sianosis, tidak oedem, terdapat ruam
makulopapular
Jari Kaki : Lengkap, tanpa cacat, tidak sianosis, tidak oedem, terdapat
ruam makulopapular
Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap
Satuan
No Parameter Hasil
Nilai Normal
1. Leukosit 10.0 4,0-10,0 Ribu /UL
Diagnosis Banding
Rubella
Roseola infantum
Saran :
- Pemeriksaan apusan darah tepi
- Pemeriksaan serologi
- Catch up Imunisasi
Tatalaksana
Medikamentosa:
IVFD D5 Ns 12 tpm
Inj ampisilin 3 x 500 mg
Inj gentamisin 2 x 30 mg
Vitamin A 200.000 IU 1 x 1 PO
Paracetamol syr 3 x 1 cth
Ambroxol 3 x cth
Non medikamentosa
Tirah baring
Isolasi
Diet makanan cukup cairan dan kalori
Follow up pasien Follow up pasien
Selasa, 26-07-2016 Rabu, 27-07-2016
S Demam (+), Batuk (+), pilek (+), mata merah (+), S Demam (-), batuk (+), ruam makulopapular (+) sampai
bab cair (+) 3 kali, ruam makulopapular sampai ke ke ekstremitas, asupan peroral baik
ekstremitas O KU : tampak sakit sedang
O KU : tampak lemah
KS : Compos mentis
KS : Compos mentis
HR : 128 x/menit
HR : 130 x/menit
RR : 24 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,8 C
T : 38,6 C
Normocephal, konjungtiva hiperemis (+/+), sekret hidung
Normocephal, konjungtiva hiperemis (+/+), sekret
(+), faring hiperemis (+), mukosa bibir kering, stomatitis (+),
hidung (+), faring hiperemis (+), mukosa bibir kering,
ruam makulopapular wajah (+), retraksi thorax (-), fremitus
stomatitis (+), ruam makulopapular wajah (+), retraksi
taktil Ka=Ki, sonor +/+, vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-,
thorax (-), fremitus taktil Ka=Ki, sonor +/+, vesikuler +/
Abdomen simetris datar, hepar teraba (-), lien teraba (-),
+, ronki -/-, wheezing -/-, abdomen simetris datar, hepar
shifting dullness (-), fluidwave -, akral hangat, ruam
teraba (-), lien teraba (-), shifting dullness (-), fluidwave -,
makulopapular pada ektremitas atas dan bawah (+)
akral hangat, ruam makulopapular pada ektremitas atas
P IVFD D5 Ns 12 tpm
dan bawah (+)
P IVFD D5 Ns 12 tpm Inj ampisilin 3 x 500 mg
Ambroxol 3 x cth
ANALISIS KASUS
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis morbili berdasarkan
ditemukannya keluhan demam sejak 5 hari sebelum
masuk rumah sakit pada anamnesa. Demam awalnya
naik turun yang kemudian demam dirasakan terus
semakin meningkat hingga satu hari sebelum masuk
Penegakan
rumah sakit yang diikuti keluhan timbulnya ruam
kemerahan diseluruh tubuh yang diawali dari wajah dan
Diagnosis
disertai mata merah. Keluhan demam juga disertai
dengan batuk dan pilek. Hal ini sesuai dengan
manifestasi klinis dari morbili yaitu koriza dan mata ANAMNESIS
meradang disertai batuk dan demam tinggi dalam
beberapa hari, diikuti timbulnya ruam yang memiliki ciri
khas, yaitu diawali dari belakang telinga kemudian
menyebar ke muka, dada, tubuh, lengan dan kaki
bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh.
Berdasarkan anamnesis juga didapatkan faktor risiko
penularan dari tetangga pasien yang mengalami keluhan
serupa 2 minggu sebelum keluhan pasien timbul.
Pada pemeriksaan fisik di temukan peningkatan suhu yaitu
38,2 derajat celcius. Pada pemeriksaan mata ditemukan
mata tampak merah dan terdapat sekret pada kedua mata.
Pada pemeriksaan hidung terdapat sekret berupa lendir
Penegakan
berwarna bening dan cair. Pada pemeriksaan tenggorok
faring hiperemis dan pada pemeriksaan kulit ditemukan ruam
makulopapular diseluruh tubuh, mulai dari wajah, dada,
abdomen dan keempat ekstremitas. Diagnosis
Sehingga dapat disimpulkan pada pasien ini terdapat
kelompok gejala klinis dari morbili 3C (cough, coryza, PEMERIKSAAN
conjungtivitis), disertai demam dan timbul ruam FISIK &
makulopapular yang khas pada morbili. PENUNJANG
Pada pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. Pada
campak pemeriksaan penunjang sekedar membantu
diagnosis. Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan
serologi maupun pemeriksaan sitologik untuk menunjang
diagnosis, sehingga diagnosis hanya ditegakkan secara klinis.
Manifestasi Klinis
Stadium prodromal
Stadium erupsi Stadium penyembuhan
berlangsung 2-4 hari, ditandai (konvalesens)
ditandai dengan timbulnya ruam
dengan demam yang diikuti
makulopapular yang bertahan setelah 3 hari ruam berangsur-
dengan batuk, pilek, faring
selama 5-6 hari. Timbulnya ruam angsur menghilang sesuai
merah, nyeri menelan,
dimulai dari batas rambut di urutan timbulnya. Ruam kulit
stomatitis, dan konjungtivitis.
belakang telinga, kemudian menjadi kehitaman dan
Tanda patognomonik timbulnya
menyebar ke wajah, leher, dan mengelupas yang akan
enantema mukosa pipi di depan
akhirnya ke ekstremitas. menghilang setelah 1-2 minggu.
molar tiga disebut bercak Koplik.
Diagnosis
Demam tinggi terus-menerus > 38,50 C disertai batuk, pilek, nyeri menelan,
mata merah, fotofobia, seringkali diikuti diare
Anamnesis Pada hari ke 4-5 demam timbul ruam kulit,didahului suhu yang meningkat lebih
tinggi dari semula.
Saat timbul ruam, batuk dan diare dapat bertambah parah sehingga anak
mengalami sesak nafas atau dehidrasi. Hiperpigmentasi merupakan tanda
penyembuhan
Pemeriksa
Stadium Prodormal
Stadium Erupsi
an Fisik
Stadium penyembuhan (konvalens)
n
Sitologi dan serologi
Pemeriksaan untuk komplikasi
Penunjang
Diagnosis Banding
Tatalaksana
Tirah Baring
Pemberian vitamin A
Pada pasien ini diberikan vitamin A 200.000 IU 1x1 PO, diberikan secara
oral. Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel saluran
nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna untuk
meningkatkan titer IgG
Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai.
Pada pasien ini kebutuhan cairan disesuaikan dengan berat badan pasien.
Bedasarkan rumus pemberian cairan rumatan diberikan 1250 cc/hari
untuk pasien dengan berat badan 15 kg. Cairan yang diberikan pada
pasien ini adalah D5 Ns. Sedangkan pemberian makanan pada pasien
ini adalah makanan biasa (MB) dengan penghitungan kalori sebagai
berikut: RDA kalori = 100 kcal x 15 kg = 1500 kalori. Pemberian kalori
tersebut terdiri dari 55% karbohidrat, 35% lemak dan 9-10% protein.
Tatalaksana
Terapi simptomatik
Pada pasien ini diberikan paracetamol syrup 3 x 1 cth (PO) jika
suhu lebih dari 37,5 derajat celcius. Paracetamol termasuk
golongan antipiretik-analgetik yang memiliki efek sebagai penurun
panas dan penghilang nyeri. Hal ini sesuai diberikan pada pasien
ini karena terdapat peningkatan suhu tubuh. Pada pasien ini
diberikan mukolitik yaitu ambroxol 3 x cth untuk mengencerkan
dahak pada saluran nafas sehingga mempermudah pengeluaran
dahak, diberikan pula antibiotik ampisilin 3 x 500 mg dan
gentamisin 3 x 30 mg untuk mencegah infeksi sekunder.
Tatalaksana
Medikamentosa
Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari pemberian cairan yang cukup, suplemen
nutrisi, antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder, antikonvulsi apabila
terjadi
kejang, dan pemberian vitamin A
Tanpa komplikasi:
Tirah baring di tempat tidur
Vitamin A 100.000 IU (6-12 bulan), 200.000 IU (12-59 bulan)
Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan disesuaikan
dengan tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya komplikasi
Tatalaksana dengan Komplikasi
Ensefalopati
Kloramfenikol dosis 75 mg/kgbb/hari dan ampisilin 100 mg/kgbb/hari selama 7-
10 hari
Kortikosteroid: deksametason 1 mg/kgbb/hari sebagai dosis awal dilanjutkan
0,5 g/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis sampai kesadaran membaik (bila
pemberian lebih dari 5 hari dilakukan tappering off)
Kebutuhan jumlah cairan dikurangi kebutuhan serta koreksi terhadap
gangguan elektrolit
Bronkopneumonia
- Kloramfenikol 75 mg/kgbb/hari dan ampisilin 100 mg/kgbb/hari selama 7-10 hari
- Oksigen 2 liter/menit
Prognosis
Prognosis quo ad vitam bonam karena penyakit pada pasien saat
ini tidak mengancam nyawa. Pada quo ad functionam bonam
karena pada pasien ini, organ-organ vital masih berfungsi dengan
baik. Pada quo ad sanationam bonam karena menurut
kepustakaan pasien yang pernah mengalami morbili sekali akan
mendapatkan kekebalan seumur hidup teradap morbili.
Terimakasih
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Stadium prodromal
Stadium erupsi Stadium penyembuhan
berlangsung 2-4 hari, ditandai (konvalesens)
ditandai dengan timbulnya ruam
dengan demam yang diikuti
makulopapular yang bertahan setelah 3 hari ruam berangsur-
dengan batuk, pilek, faring
selama 5-6 hari. Timbulnya ruam angsur menghilang sesuai
merah, nyeri menelan,
dimulai dari batas rambut di urutan timbulnya. Ruam kulit
stomatitis, dan konjungtivitis.
belakang telinga, kemudian menjadi kehitaman dan
Tanda patognomonik timbulnya
menyebar ke wajah, leher, dan mengelupas yang akan
enantema mukosa pipi di depan
akhirnya ke ekstremitas. menghilang setelah 1-2 minggu.
molar tiga disebut bercak Koplik.
Diagnosis
Demam tinggi terus-menerus > 38,50 C disertai batuk, pilek, nyeri menelan,
mata merah, fotofobia, seringkali diikuti diare
Anamnesis Pada hari ke 4-5 demam timbul ruam kulit,didahului suhu yang meningkat lebih
tinggi dari semula.
Saat timbul ruam, batuk dan diare dapat bertambah parah sehingga anak
mengalami sesak nafas atau dehidrasi. Hiperpigmentasi merupakan tanda
penyembuhan
Pemeriksa
Stadium Prodormal
Stadium Erupsi
an Fisik
Stadium penyembuhan (konvalens)
n
Sitologi dan serologi
Pemeriksaan untuk komplikasi
Penunjang
Tatalaksana
Medikamentosa
Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari pemberian cairan yang cukup, suplemen
nutrisi, antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder, antikonvulsi apabila
terjadi
kejang, dan pemberian vitamin A
Tanpa komplikasi:
Tirah baring di tempat tidur
Vitamin A 100.000 IU, apabila disertai malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari
Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan disesuaikan
dengan tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya komplikasi
Tatalaksana dengan Komplikasi
Ensefalopati
Kloramfenikol dosis 75 mg/kgbb/hari dan ampisilin 100 mg/kgbb/hari selama 7-
10 hari
Kortikosteroid: deksametason 1 mg/kgbb/hari sebagai dosis awal dilanjutkan
0,5 g/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis sampai kesadaran membaik (bila
pemberian lebih dari 5 hari dilakukan tappering off)
Kebutuhan jumlah cairan dikurangi kebutuhan serta koreksi terhadap
gangguan elektrolit
Bronkopneumonia
- Kloramfenikol 75 mg/kgbb/hari dan ampisilin 100 mg/kgbb/hari selama 7-10 hari
- Oksigen 2 liter/menit
Indikasi Rawat
Pemantauan dan Konsultasi
Pada kasus campak dengan komplikasi bronkopneumonia dan gizi
kurang perlu
dipantau terhadap adanya infeksi tuberkulosis (TB) laten. Pantau
gejala klinis serta
lakukan uji tuberkulin setelah 1-3 bulan penyembuhan. Pantau
keadaan gizi untuk gizi kurang/buruk, konsultasi pada Divisi Nutrisi
& Metabolik.
Diagnosis Banding
Komplikasi
Pencegahan
Pencegahan Tingkat Awal (Premordial Prevention)
Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit
yang masih dalam tahap prepatogenesis atau penyakit belum
tampak yang dapat dilakukan dengan memantapkan status
kesehatan balita dengan memberikan makanan bergizi sehingga
dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya
pelaksanaan imunisasi campak untuk semua bayi.
Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan
pada semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat
melindungi sampai jangka waktu 4-5 tahun. Vaksinasi bersama rubela
dan mumps (MMR) pada usia 15 - 18 bulan dan ulangan pada usia 10-12
tahun atau 12-18 tahun.
Imunisasi Aktif
Dianjurkan pemberian vaksin campak dengan dosis 1000 TCID50 atau
sebanyak 0,5 ml secara subkutan pada usia 9 bulan. Imunisasi ulangan
diberikan pada usia 6-7 tahun.
Imunisasi Pasif (Imunoglobulin)
Indikasi :
a) Anak usia > 12 bulan dengan immunocompromised belum mendapat
imunisasi, kontak dengan pasien campak, dan vaksin MMR merupakan
kontraindikasi.
b) Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien
campak mempunyai resiko yang tinggi untuk berkembangnya
komplikasi penyakit ini, maka harus diberikan imunoglobulin sesegera
mungkin dalam waktu 7 hari paparan. Setelah itu vaksin MMR
diberikan sesegera mungkin sampai usia 12 bulan, dengan interval 3
Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui
pemeriksaan fisik atau penunjang.
Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan
masuk sekolah selama empat hari setelah timbulnya rash.
Menempatkan anak pada ruang khusus atau mempertahankan isolasi
di rumah sakit dengan melakukan pemisahan penderita pada stadium
kataral yakni dari hari pertama hingga hari keempat setelah
timbulnya rash yang dapat mengurangi keterpajanan pasien-pasien
dengan risiko tinggi lainnya.
Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan
penderita yakni antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat
batuk. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder untuk
mencegah komplikasi.
Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh penderita sehingga dapat
mengurangi terjadinya komplikasi campak yakni bronkhitis, otitis
Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)