Вы находитесь на странице: 1из 121

Patologi

Kehamilan,
Persalinan dan
Nifas
Rizki Safaat N. dr., SpOG., M.Kes
Deteksi dini kehamilan,
persalinan dan nifas dengan:
..
PMS, candidiasis, tricomoniasis,
gonore/sifilis, HIV/AIDS
Gangguan jiwa: Depresi, Psikosa,
Psikoneurosa
Penyakit : Jantung, Tekanan darah
tinggi, Diabetes mellitus, astma
Infeksi: Torch, Hepatitis
TORCH dalam
kehamilan
TOKSOPLASMA GONDII
Toksoplasmosis pada kehamilan dapat
menyebabkan infeksi janin kongenital.
Janin yang terinfeksi kongenital tersebut
mengalami kerusakan organ/struktur
hidrosefalus, korioretinitis dan kalsifikasi
serebralis.
Hidrosefalus
Pelebaran ventrikel lateral, dimana
lebar atrial lebih dari 15 mm pada
trimester II dan III
Sekuele pada bayi

Sekuele ringan : sikatriks/ scar korioretinal


tanpa gangguan visus atau adanya
kalsifikasi serebral tanpa diikuti kelainan
neurologik.

Sekuele berat : kematian janin intra uterin


atau neonatal. Atau adanya scar
korioretinal dengan gangguan visus berat
ataupun kelainan neurologik berat.
Bila toksoplasmosis terjadi pada kehamilan
sebelum 20 minggu, 20% janin
mengalami infeksi kongenital 25% dari
janin yang terinfeksi ini memperoleh
kerusakan organ berat, 15% kerusakan
organ ringan serta sisanya 60% bersifat
subklinis (Foulon et al, 1994).
DIAGNOSIS TOKSOPLASMOSIS
PADA KEHAMILAN
Kehamilan dengan seropositif
ditemukan adanya antibodi IgG anti
toksoplasma dengan titer 1/20-1/1000.
Kehamilan dengan antibodi IgG atau IgM
spesifik titer tinggi ibu hamil seropositif
memperoleh ulangan infeksi (reinfeksi).
Kehamilan dengan seronegatif darah ibu
tidak mengandung antibodi spesifik
mengulangi uji serologik tiap trimester (3
bulan) sekali.
Kehamilan dengan serokonversi adanya
perubahan dari seronegatif menjadi
seropositif selama kehamilan.
Penderita memiliki resiko tinggi untuk
terjadinya transmisi vertikal dari maternal
ke janin serta mengakibatkan infeksi janin
(toksoplasmosis kongenital).
DIAGNOSTIK PRENATAL
Konsep lama hanya bersifat empiris dan
berpedoman pada hasil uji serologis ibu
hamil.
Saat ini pemanfaatan tindakan
kordosentesis dan amniosentesis dengan
panduan ultrasonografi guna memperoleh
darah janin ataupun cairan ketuban
sebagai pendekatan diagnostik
Diagnosis prenatal umumnya dilakukan
pada usia kehamilan 14-27 minggu
(trimester II).
Kordosentesis (pengambilan sampel darah
janin melalui tali pusat) ataupun
amniosentesis (aspirasi cairan ketuban)
dengan tuntunan ultrasonografi.
PRINSIP ULTRASONOGRAFI
CHORDOCYNTHESIS
AMNIOSENTESIS
Pemeriksaan dengan teknik P.C.R guna
mengidentifikasi DNA T.oxoplasma gondii
pada darah janin atau cairan ketuban.
Pemeriksaan dengan teknik ELISA pada
darah janin guna mendeteksi antibodi IgM
janin spesifik (anti toksoplasma).
Diagnosis toksoplasmosis kongenital
ditegakkan berdasar
Hasil pemeriksaan yang menunjukkan
adanya IgM janin spesifik (anti
toksoplasma) dari darah janin, dan D.N.A
dari T. gondii dengan P.C.R darah janin
ataupun cairan ketuban.
Diagnostik prenatal yang berdasarkan
amniosentesis (aspirasi cairan ketuban), saat
ini paling sering dilakukan guna mendeteksi
adanya infeksi janin kongenital.
Dengan tindakan diagnostik prenatal ini akan
diperoleh deteksi DNA (Deoxyribonucleic acid)
T.gondii dalam cairan ketuban melalui
metode PCR (Polymerase Chain Reaction)
secara akurat dan cepat.
TERAPI
Spiramycin 1-3 g/hari diberikan selama 3
minggu diselingi 25 mg pyrimethamine, 3 g
sulfadiazine/hari selama 3 minggu juga
sampai kelahiran
RUBELA
RUBELA
Selama kehamilan, virus ini menjadi
penyebab langsung kematian janin dan
bahkan yang paling penting malformasi
kongenital berat.
Dianjurkan untuk melakukan vaksinasi,
terutama pada wanita berusia subur.
Diagnosis
Konfirmasi infeksi rubela sulit dilakukan.
Gambaran klinisnya mirip dengan penyakit
lain, dan sekitar seperempat dari infeksi
rubela bersifat subklinis walaupun terjadi
viremia yang telah menginfeksi mudigah
atau janin.
Viremia mendahului gejala klinis sekitar 1
minggu
Orang nonimun yang mengalami viremia
rubela akan memperlihatkan titer puncak
antibodi 1 sampai 2 minggu setelah awitan
ruam.
Seiring dengan meningkatnya usia
kehamilan, infeksi pada janin semakin kecil
menyebabkan malformasi kongenital.
Cacat rubela dijumpai pada semua bayi
yang memperlihatkan tanda infeksi
intrauterus sebelum minggu ke-11, tetapi
hanya 35% dari mereka yang terinfeksi
pada usia 13 sampai 16 minggu
Sindrom Rubela Kongenital
Lesi mata, termasuk katarak, glaukoma
Penyakit jantung, termasuk duktus
arteriosus paten, defek septum.
Tuli sensorineural
Defek susunan saraf pusat
microcephaly
Hambatan pertumbuhan janin
Hepatosplenomegali dan ikterus
Perubahan tulang
Bayi yang lahir dengan rubela
kongenital menyebarkan virus
sehingga merupakan ancaman bagi
bayi lain, serta orang dewasa rentan
yang berkontak dengan bayi
tersebut.
CYTOMEGALOVIRU
S
Virus ini menyebabkan pembengkakan sel
yang karakteristik sehingga terlihat sel
membesar (sitomegali) dan tampak sebagai
gambaran mata burung hantu.
Penularan
Transmisi horisontal
terjadi melalui
droplet infection
dan kontak dengan air
ludah.
Transmisi vertikal
penularan proses
infeksi maternal ke
janin.
transplasenta.
Infeksi CMV yang terjadi karena
pemaparan pertama kali atas individu
infeksi primer.
Infeksi primer berlangsung simtomatis
ataupun asimtomatis serta virus akan
menetap dalam jaringan hospes dalam
waktu yang tak terbatas infeksi laten.
Transmisi CMV dari ibu ke janin dapat terjadi
selama kehamilan, dan infeksi pada umur
kehamilan kurang sampai 16 minggu
menyebabkan kerusakan serius.
Infeksi eksogenus dapat bersifat primer yaitu
terjadi pada ibu hamil dengan pola imunologis
seronegatif dan non primer bila ibu hamil
dengan seropositif.
Infeksi endogenus suatu reaktivasi virus
yang sebelumnya dalam keadaan laten.
DIAGNOSIS
Metode serologis diagnosa infeksi maternal
primer dapat ditunjukkan dengan adanya
perubahan dari seronegatif menjadi
seropositif (tampak adanya IgM dan IgG anti
CMV)
Metode virologis, viremia maternal dapat
ditegakkan dengan menggunakan uji immuno
fluoresen.
DIAGNOSIS PRENATAL
Diagnosis prenatal harus dikerjakan terhadap
ibu dengan kehamilan yang menunjukkan
infeksi primer pada umur kehamilan sampai
20 minggu.
Diagnosis prenatal metode PCR dan isolasi
virus pada cairan ketuban yang diperoleh
setelah amniosentesis.
Kemungkinan infeksi CMV intrauterin bila
didapatkan :
Oligohidramnion,
Polihidramnion
Hidrops non imun
Asites janin
Gangguan pertumbuhan janin
Mikrosefali,
Ventrikulomegali serebral (hidrosefalus)
TERAPI DAN
KONSELING
Saat ini terminasi kehamilan merupakan satu-
satunya terapi intervensi karena pengobatan
dengan anti virus (ganciclovir) tidak memberi
hasil yang efektif serta memuaskan.
Dengan demikian konseling, infeksi primer
yang terjadi pada umur kehamilan 20
minggu setelah memperhatikan hasil
diagnosis prenatal dapat dipertimbangkan
terminasi kehamilan
HERPES
Virologi
Berdasarkan perbedaan imunologi dapat
dikenali 2 jenis herpes simpleks virus (HSV)
HSV tipe 1 (Non genital)
HSV tipe 2 (Genital) dan ditularkan melalui
hubungan seksual.
Diagnosis
Penemuan virus dengan biakan
jaringan merupakan konfirmasi paling
optimal untuk membuktikan infeksi
klinis.
Perjalanan penyakit selama kehamilan
80 persen wanita yang terjangkit infeksi
herpes genitalis mengalami kekambuhan
simtomatik sebanyak 2-4 kali selama hamil
Kekambuhan klinis tampaknya sedikit
lebih sering pada kehamilan tahap lanjut.
Pada Janin dan Neonatus
Janin hampir selalui terinfeksi oleh virus yang
di keluarkan dari serviks atau saluran genital
bawah.
Virus menginvasi uterus setelah selaput
ketuban pecah atau berkontak dengan janin
saat persalinan.
Infeksi pada Neonatus
Diseminata keterlibatan organ-organ dalam
mayor
Lokalisata Keterlibatan terbatas pada mata,
kulit atau mukosa
Asimtomatik.
Penatalaksanaan
Antepartum
Seksio sesarea diindikasikan pada wanita
dengan lesi genital aktif.
Dengan demikian seksio sesarea dilakukan
hanya apabila tampak lesi primer atau
rekuren saat mejelang persalinan atau saat
selaput ketuban pecah.
HIV/AIDS DALAM KEHAMILAN
DAN PERSALINAN
Besar masalah Dampak Faktor Risiko
Strategi & intervensi untuk menurunkan
kemungkinan penularan
MTCT Plus
Terapi ARV untuk ibu & bayinya
Implementasi program

T. Delvaux, SCART 2004


Estimasi 7000 anak terinfeksi
HIV pada tahun 2003
Sebagian besar ok MTCT

- terjadi selama kehamilan, postnatal


dan menyusui

- 15-30% tanpa menyusui

- 30-45% dgn menyusui


Tantangan PMTCT di ASIA
Negara Est. HIV+ lahir/thn
India 500,000
China 70,000
Myanmar 23,000
Thailand 18,000
Cambodia 9,000
Indonesia 3,000
Malaysia 1,700
Laos 800
Vietnam 600
Estimasi Indonesia
2002
ODHA: 90,000- 130,000 orang
ODHA wanita yg hamil (angka kelahiran =
2,5%):
2,250- 3,250 orang
merupakan target PMTCT
Jumlah bayi HIV (+) yg dilaporkan:
20 orang
Penularan HIV pada
anak :
- 90 % krn MTCT
- 10 % krn transfusi
Mengapa PMTCT?
Infeksi HIV dari ibu
ke anak
mengganggu
kesehatan anak
Penularan dapat
ditekan sampai 50%
melalui intervensi
feasible, affordable
Memungkinkan
dilakukannya
pencegahan primer
kepada pasangan,
perawatan dan
pengobatan
Komitmen UNGASS
2001
Menurunkan angka infeksi karena HIV 15-
24 th sebesar 20 % di tahun 2005 dan
sebesar 50 % pada tahun 2010.
Menjamin 80% ibu hamil yg berkunjung ke
ANC mendapat in formasi, konseling dan
pelayanan pencegahan HIV

MDG( Millenium Development Goal)


2015 menurunkan prevalensi HIV ibu
hamil 15-24 th
Dampak HIV pada ibu dan
anak
ANAK
Gangguan tumbuh kembang
Kematian meningkat
Penyakit seumur hidup, isu kepatuhan berobat
Stigma sosial
Yatim piatu

IBU
Stigma sosial
Kematian meningkat
WAKTU & RISIKO PENULARAN HIV
DARI IBU KE ANAK

Masa kehamilan Persalinan Post partum melalui


36 mg- Selama ASI
0-14 mg 14-36 mg kelahira persalina 0-6 bln 6-24 bln
n n
1% 4% 12% 8% 7% 3%

Semua tanpa ASI 15-25 %


Semua dg pemberian ASI sampai 6 bln 25-30 %
Semua dg pemberian ASI sampai 18-24 bln 30-45 %

Source: De Cock KM, et al. JAMA. 2000; 283 (9): 1175-82


Kourtis et al. JAMA 2001; DeCock et al. JAMA 2000
Mekanisme Penularan HIV dari
Ibu ke Anak / Bayi
Infeksi melewati plasenta
Persalinan
ASI

Sumber Infeksi Rute Infeksi


Darah Ibu Sirkulasi Umbilical
Placenta Kulit
Cairan Amnion Mukosa membran
Sekresi Cervicovaginal Sal. Pencernaan
ASI Sal. Pernapasan

Simonds RJ, 2000


Faktor Risiko Penularan
HIV
dari Ibu ke Anak
Obstetrik
Kelahiran per vaginam vs
Maternal Sectio Caesarea
Viral load yang tinggi Ketuban pecah dini yg
(>5.000copies/ml misal terbengkalai
saat terjadi serokonversi) Perdarahan Intrapartum (Kala
Karakteristik Virus II)
CD4<200/ T limfosit count) Chorio amnionitis
Defisiensi imun Prosedur invasif (misal
Infeksi virus, bakteri, episiotomi, forceps, vakum)
parasit spt malaria saat
kehamilan
Defisiensi vitamin A Bayi
IDUs Prematuritas (BBLR rendah) <
Banyak pasangan seksual
34 mg
ASI/Mastitis
Luka dimulut bayi
Faktor Maternal
viral load
Merupakan faktor
terpenting
Terjadi terutama
pada awal infeksi
dan pada fase AIDS
Risiko tertinggi
terjadi ketika
Terinfeksi sewaktu
hamil tua/menyusui
Wanita hamil dgn
gejala AIDS
Kadar HIV ibu menjelang persalinan dan risiko
transmisi

Women & Infants Transmission Study (WITS)


Bayi yang terinfeksi HIV

Perjalanan penyakit lebih progresif dibanding orang


dewasa
Dulu : angka harapan hidup 9,4 bulan setelah diagnos
Saat ini ada 2 macam perjalanan penyakit
saat dan cara transmisi p24 antigenemia

2/3 perlahan 1/3 progresif


Asimtomatik Sudah
sampai usia bermanifestasi 1
sekolah tahun pertama
Tumbuh kembang terganggu, lebih mudah terinfeksi
Strategi Pencegahan Penularan HIV dari Ibu Ke
Bayi dan Kegiatan Pendukungnya
-Penyuluhan HIV/AIDS ;
Perempuan Usia Reproduktif Cegah Penularan HIV -Pelatihan Perubahan
Perilaku ;
- Penyebarluasan Materi
Cetak tentang
HIV Positif HIV Negatif Pencegahan HIV ;
- Layanan VCT; dll.

Perempuan HIV Positif Cegah Kehamilan -Konseling;


-Sarana Kontrasepsi

Hamil Tidak Hamil


-Pemberian ARV;
-Konseling Kesehatan

Perempuan Hamil HIV (+) Cegah Penularan ke Bayi Ibu Hamil


-Konseling Pemberian
Makanan Bayi ;
- Persalinan yang Aman

Bayi HIV Positif Bayi HIV Negatif

- Pengobatan ARV;
Perempuan Post Partum
- Dukungan Psikologis,
-Pengobatan Infeksi
Oportunistik;
HIV Positif Sosial & Perawatan -Bantuan Pemeriksaan
Kesehatan;
Layanan
- Support Group
-Perawatan Anak,
Imunisasi;
-Bantuan Finansial; dll
STRATEGI I
(Pencegahan penularan usia
produktif/ primary prevention)
A Abstinence
Absen seks / tidak melakukan hubungan seks
B Be faithful
Bersikap setia kepada pasangan seks
C Condom
Cegah HIV dengan memakai kondom
D Drug No

Kegiatan bisa : penyuluhan, life skill training,


konseling bagi masy, remaja, pasangan
STRATEGI II
(pencegahan kehamilan pada ibu
HIV +)
MEMBUTUHKAN :
Layanan konseling & tes HIV sukarela
Sarana kontrasepsi yang aman & efektif
(kondom, kontrasepsi oral /implant/KB suntik,
sterilisasi)
IUD tidak dianjurkan infeksi, perdarahan
risiko penularan HIV pada bayi
STRATEGI III
(Pencegahan penularan HIV dari
ibu hamil HIV + ke bayi)

Layanan kesehatan ibu & anak yg


komprehensif
Layanan konseling & tes HIV sukarela
Pemberian ARV selama kehamilan,
persalinan & setelah melahirkan
Konseling & pemberian makanan bayi
Layanan persalinan yang optimal
(3.1) Layanan kesehatan ibu & anak
yg komprehensif

Sejalan dg kebijakan umum KIA melipui


ANC, pasca persalinan, kesehatan anak
Pintu masuk upaya PMTCT
Pemberian informasi pada ibu &
pasangan sadar utk konseling & tes
sukarela
Diintegrasikan dg paket layanan
antenatal di puskesmas pada daerah dg
tingkat prevalensi HIV yang tinggi
(3.2) Layanan konseling & tes
HIV sukarela untuk ibu hamil

Mengikuti Pedoman Nasional VCT di Indonesia


Dapat dilakukan di KIA,di RS, atau Puskesmas
Pemeriksaan darah di RS/Puskesmas/BLK
(3.3) Pemberian ARV selama
kehamilan, persalinan &
setelah melahirkan
Protokol pemberian ARV mengikuti Pedoman
Nasional Pengobatan ARV di Indonesia( pem
CD4/Limfosit)
Utk PMTCT semua ibu hamil diberi ARV
pencegahan tanpa melihat CD4/ Limfosit
Pemberian ARV melalui jalur RS Rujukan
ODHA yang telah ditentukan Pemerintah
PEMBERIAN ARV UNTUK MENGURANGI PENULARAN
HIV DARI IBU KE BAYINYA
Kondisi Klinis Ibu Regimen untuk Ibu Regimenuntuk Bayi

1 Odha dengan indikasi - AZT/d4T+ 3TC + NVP


pengobatanARV, dan ada (harus hindari EFV)
kemungkinan untuk hamil
2 Odha yang sedang Lanjutkan
- regimen sebelumnya AZT
- 1 minggu + NVP dosis tunggal
menggunakan ARV, dan dalam 72 jam pertama;
Jika
- pakai EFV, ganti dgn NVP
kemudian hamil atau
atau PI pada trisemester I
-AZT 1 minggu;
Lanjutkan
- dgn ARV yang sama
atau
selamadan sesudahpersalinan
NVP
- dosis tunggal 72 jam pertama
3 Odha hamil dengan indikasi -AZT/d4T + 3TC + NVP AZT
- 1 minggu + NVP dosis tunggal
pengobatanARV da
lam 72 jam pertama;
Hindari
- EFV pada trisemester I
atau
Jika
- memungkinkan, hindari
-AZT 1 minggu;
ARV hingga trisemester I
atau
NVP
- dosis tunggal 72 jam pertama
4 Odha hamil dan belum ada AZT
- mulai 28 minggu + NVP AZT - 1 minggu + NVP dosis tunggal
indikasipengobatanARV dosis tunggaldi awalpersalinan dalam 72 jampertama;
Regimen alternatif:
Hanya
- AZT mulai 28 minggu -AZT selama 1 minggu
AZT
- + 3TC mulai 36 minggu, -AZT selama 1 minggu
selama persalinan, 1 minggu
setelah kelahiran
NVP
- dosis tunggal di awal -NVP dosis tunggal
72 jam pertama
persalinan
Kondisi Klinis Ibu Rejimen
untuk Ibu Rejimen
untuk Bayi
5 Odhahamil dengan indikasi Sesuaiskenario 4,
tetapi lebih baik menggunakanregimen
pengobatan ARV tetapi tidak yang paling efektif dari yang ada
mulai menggunakan ARV
6 Odha
hamil dengan TB aktif Bila dipertimbangkan untuk mulai
pengobatan ARV, gunakan:
OAT yang sesuai untuk
perempuan hamil tetap -AZT + 3TC +SQV/r; atau
diberikan - d4T + 3TC +SQV/r
Bila pengobatan dimulai pada
trimester III, gunakan
:
-AZT + 3TC + EFV; atau
-d4T + 3TC + EFV
Bila tidak akan m enggunakan
pengobatan ARV , ikutiskenario 4.
7 Odha dalam masa persalinan Untuk ibu yang belum diketahui
yang tidak diketahui status HIV status HIV-nya,bila ada waktu,
tawarkan pemeriksaan dan
konseling, bila tidak, lakukan
pemeriksaan dan konseling
segera setelah persalina n
(dengan persetujuan) dan ikuti
skenario 8.
Bila hasil tesnya HIV positif:
Berikan
- NVP dosis tunggal; -NVP dosis tunggal 72
jam pertama
bila persalinan sudaherjadi
t
jangan berikan NVP tetapi ikuti
skenario 8
atau atau

Odha yang datang pada saat AZT - + 3TC pada saat persalinan
persalinan tetapi belum pernah dilanjutkan hingga 1 minggu -AZT + 3TC selama 1
mendapatkan pengobatan ARV setelahpersalinan minggu
8 Bayi lahir dariOdhayang belum -NVP dosis tunggal
pernah me ndapat obat ARV sesegera
mungkin, ditambah
A
- ZT selama 1 minggu
(
usahakan diberikan
sebelum 2 hari)
ACTG 076 Protocol
Antepartum : AZT 300mg 2x/hr atau
200mg 3x/hr mg 14 sampai
melahirkan

Intrapartum : AZT IV 2mg/kg jam


pertama,lalu 1mg/kg/jam
sampai melahirkan

Postpartum : AZT syrup 2mg/kg tiap 6 jam


(3.4) Konseling & pemberian
makanan bayi
Untuk mengurangi risiko penularan HIV melalui
ASI, ibu HIV (+) dapat memberikan susu formula
kepada bayinya
Pada daerah dimana pemberian susu formula
tidak memenuhi persyaratan AFASS (Affordable,
Feasible, Acceptable, Sustainable & Safe), bayi
dapat diberikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan,
Pilihan lain ASI melalui manual. Breast pump dan
pasteurisasi 65 der Cel selama 35 menit
Ibu hamil HIV (+) perlu mendapat konseling
sehubungan dg keputusannya untuk
menggunakan ASI / susu formula
(3.5) Layanan persalinan yg
optimal
Tindakan persalinan pada ibu hamil
HIV (+) operasi caesar terencana pd
38 mg mengurangi transmisi 50-80%.
Keputusan SC terencana tergantung
individual
Hindari ketuban pecah > 4 jam
Hindari episiotomi, forceps
Pembersihan vagina sebelum dan
selama persalinan
STRATEGI IV (MTCT Plus)
Melakukan sistim rujukan antara
layanan kesehatan ibu & anak
dengan kegiatan masyarakat
untuk menindaklanjuti layanan psikososial &
perawatan yang dibutuhkan
ibu HIV (+) beserta bayi & keluarganya.
MTCT Plus: selamatkan ibu &
keluarga

8 negara di Afrika +
Thailand
Penatalaksanaan HIV
secara komprehensif
termasuk ART
Fokus pada keluarga
Perhatikan aspek klinis,
psikososial & lingkungan
Melibatkan pendamping
ODHA & sember daya
masyarakat
Strategi IV: MTCT Plus
Menyediakan Perawatan dan Dukungan kepada
Wanita terinfeksi HIV dan keluarganya

Perawatan Medis Dukungan Psikososial


VCT Konseling
Terapi profilaksis Dukungan spiritual
Terapi IO Konseling lanjutan
HAART Dukungan masyarakat
Perawatan paliatif
DEWASA, ANAK-
ANAK DAN
KELUARGA YG
MENGALAMI
DAMPAK HIV

Dukungan HAM dan Dukungan sosioekonomis


Hukum: Dukungan material
Partisipasi ODHA micro-credit
Mengurangi Dukungan nutrisi
stigma/diskriminasi
Penularan HIV
melalui ASI
Penularan HIV
melalui ASI
SERING TERJADI :
VL ibu yang tinggi
Penyakit tingkat lanjut
Defisiensi imun
Lama pemberian ASI
Adanya infeksi payudara
Adanya fissura pada puting susu

Jarang terjadi
Ibu yang malnutrisi
ASI dicampur dg susu formula
Luka pada mulut bayi
ASI vs Susu Formula

Miotti, dkk: ASI meningkatkan risiko transmisi HIV


Usia 0-5 bulan 0,7%/bulan
usia 6-11 bulan 0,6%/bulan
Usia 12-17 bulan 0,3%/bulan
Leroy, dkk: risiko melalui ASI 3,2 per 100 anak-tahun
Negara maju direkomendasikan menghindari ASI ibu
HIV
Negara berkembang ? Sulit dilakukan
kesulitan dana, air dan botol bersih, norma,
pengetahuan
Keadaan ibu <yang menyusui risiko kematian tinggi
ibu Odha
ASI vs Susu Formula

Coutsoudis, dkk
ASI eksklusif 3 bulan
lebih baik daripada
ASI + susu formula

Rekomendasi WHO, Unicef, UNAIDS


menghindari ASI jika alternatif lain(PASI) dapat
diterima, terjangkau, dapat berkesinambungan
dan aman
Bila tidak memungkinkan, ASI eksklusif 6 bulan
Pilihan Pemberian Makanan yang
lebih aman untuk bayi dari Ibu HIV +
Pengganti ASI
Susu formula komersial
Formula rumah tangga (seperti susu sapi yang
diencerkan)
ASI
ASI Eksklusif
Penyapihan lebih dini
ASI dipanasi
ASI dari wanita lain yang tidak terinfeksi HIV
(masih memerlukan data pendukung)
Source: UNICEF, UNAIDS, WHO. HIV and Infant Feeding: A guide
for health care managers and supervisors
IMPLEMENTASI PROGRAM
Ibu Hamil Mobilisasi Masyarakat - Pemerintah
- Tenaga Kader
- Tenaga LSM
Partisipasi
Pria
Layanan ANC untuk Ibu Hamil Penyuluhan Kesehatan -Petugas Kesh.
di Klinik ANC, Puskesmas & PMTCTdi Masyarakat - Tenaga LSM
-Tenaga Kader

-Petugas Kesh.
InformasiKonseling & Tes HIV Sukarela (VCT) - Tenaga LSM
-Tenaga Kader

Tak Bersedia Dikonseling Bersedia di Konseling Konselor VCT


Pre-Test Pre-Test

Tak Bersedia Bersedia Bidan


di Test HIV di Test HIV

Pemeriksaan Laboratorium Petugas Lab.

Konseling Post-Test Konselor VCT

-Konselor VCT
Hasil Test Hasil Test - Relawan
HIV Negatif HIV Positif - Odha

Pemberian ARV - Dokter


- Relawan

KonselingPemberian - Konselor
Makanan Bayi - Relawan

Layanan Persalinanyg Aman - Dokter


- Bidan

Dukungan Psikososial & Perawatan- Konselor


bagi Ibu HIV Positifdan Bayinya - Relawan
- Dokter
- Bidan
MOBILISASI MASYARAKAT
KEGIATAN :
Penyuluhan pada ibu hamil &
pasangannya agar mau memeriksakan
kehamilannya ke layanan ANC
Menyebarluaskan pesan tentang
HIV/AIDS untuk meningkatkan kepedulian
masyarakat & mengurangi stigma &
diskriminasi thd ODHA
Memanfaatkan kader (Ibu PKK, tokoh
masyarakat) utk memotivasi ibu hamil
menghadiri penyuluhan kesehatan
PARTISIPASI PRIA
Mendukung ibu hamil datang ke layanan
ANC
Membantu ibu hamil pd saat2 penting : ikut
tes HIV, mengambil hasil tes, menggunakan
obat ARV, memilih makanan bayi
LAYANAN ANC UNTUK IBU
HAMIL
Diintegrasikan dg paket pelayanan ANC di
seluruh jenjang sarana layanan kesehatan
Petugas kesehatan juga memberi informasi
tentang arti penting konseling & tes HIV
sukarela
KONSELING & TES HIV
SUKARELA

Ibu hamil dg kesadaran sendiri menentukan


sikap untuk menjalani / tidak menjalani
konseling & tes HIV
Tidak boleh ada paksaan
Perlu ruang khusus utk menjamin
kerahasiaan klien
Pre tes konseling & post tes konseling
PEMBERIAN ARV
Di bawah pengawasan dokter
Jelaskan efek samping yg dapat terjadi
Post partum, ARV dilanjutkan utk
meningkatkan kualitas hidup ibu
Sebaiknya ada pendamping minum ARV, krn
tingkat kepatuhan sangat menentukan
efektivitas hasil penggunaan ARV
KONSELING PEMBERIAN
MAKANAN BAYI
Ibu hamil dg HIV(+) perlu dikonseling
agar mampu memberi keputusan tentang
makanan yang akan diberikan pd bayinya.
Pilihan I : susu formula selama 1 th
Pilihan II : ASI eksklusif selama 4-6 bln bila
susu formula tidak memungkinkan & tidak
memenuhi AFASS (Acceptable, Feasible,
Affoedable, Sustainable, Safe)
Tidak boleh memberikan ASI dicampur
susu formula
LAYANAN PERSALINAN YANG
AMAN
Ibu hamil perlu dikonseling agar memiliki
informasi yg cukup utk memberi
keputusan sendiri tentang cara
persalinan yg akan dijalaninya
Utk mengurangi risiko penularan HIV, ibu
dapat menjalani CS, walaupun tindakan
persalinan per vaginam dapat juga
dijalani.
Tenaga kesehatan perlu menerapkan KU
DUKUNGAN PSIKOSOSIAL &
PERAWATAN
Ibu hamil perlu terus mendapat dukungan
psikologis & sosial stl melahirkan, apalagi ia
membutuhkan ARV jangka panjang
Perlu ada hubungan kerja yg baik antara RS
dg LSM dalam memberikan layanan rujukan
medis & psikososial
DIAGNOSIS DINI INFEKSI HIV
PADA BAYI

Bayi < 18 bulan


- Biakan Virus , wkt lama ( 2-4mg)
Umur 2 mg sensitivity 33%, 1-2 bl sens 70%, 5-7 bl sens.
100%
- Pemeriksaan PCR DNA
umur 1 mg sens. 30-35%, 1 bl sens. 100%
HIV RNA PCR
Monitor efficacy T/
- HIV p 24 antigen
sensitivity 60-98 %, false pos after birth
Bayi > 18 bulan
Seperti di atas atau dengan pemeriksaan IgG anti HIV Elisa
HIV + 3 reagen yg berbeda
HIV bila hanya 1 atau 2 positif dari 3 reagen
Kesimpulan
AIDS pada anak merupakan masalah kes. masy.
dalam tahun mendatang
MTCT merupakan jalan utama dari HIV Anak yang
didapat
Ada 3 mekanisme utama yg penting utk mencapai
pengurangan MTCT yg efektif yaitu:
1. Mengurangi VL ibu dgn ARV
2. Mampu menghindari/mencegah pajanan virus
HIV dari
ibu melalui perbaikan praktek persalinan
3. Mengurangi pajanan HIV melalui ASI
Penekanan harus berimbang utk seluruh
komponen Program PMTCT : IEC & konseling,
promosi kondom, VCT, Pengobatan IMS,
Pencegahan penularan dg ARV, Praktek persalinan
aman, konseling & dukungan pemberian makanan
bayi yg aman, ANC yg baik, partisipasi masy
Ibu dan suami harus partisipasi aktif dalam
PMTCT
Startegi intervensi PMTCT di integrasi dgn
MCH yg ada sebagai satu paket seperti
skrining IMS, Imunisasi rutin, suplemen Fe,
pendidikan gizi, perawatan dasar
persalinan, informasi pencegahan HIVdan
pelayanan, VCT, Konseling pasangan,
makanan bayi yg sesuai, & pemilihan KB,
pemb Vit A, desinfeksi Vagina,
Mobilisasi sumber daya oleh institusi &
pelayanan kesehatan
Pemerintah harus sepakat bhw PMTCT
prioritas
Gangguan jiwa
dalam kehamilan
dan persalinan
kehamilan
Kehamilan adalah suatu peristiwa alami dan
fisiologis yang terjadi pada wanita yang
didahului oleh suatu peristiwa fertilisasi
pembentukan zigot dan akhirnya menjadi
janin yang mengalami proses pertumbuhan
dan perkembangan di dalam uterus sampai
proses persalinan.
Kehamilan bagi seorang wanita merupakan
salah satu periode krisis dalam kehidupannya.
Perubahan psikologis pada ibu
hamil
Kehamilan membawa perubahan baik secara
fisik maupun psikologis.
Selama hamil perubahan-perubahan tersebut
terbagi atas tiga periode.
Masing-masing periode membawa perubahan
sendiri-sendiri
Perubahan Psikologis Pada Masa
kehamilan
Trimester 1
(periode adaptasi)
Trimester 2
(periode kesehatan)
Trimester 3
(periode penunggu)
Trimester 1
Merasa tidak sehat dan benci kehamilannya.
Selalu memperhatikan setiap perubahan yang
terjadi pada tubuhnya.
Mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan
bahwa dirinya sedang hamil.
Mengalami gairah seks yang lebih tinggi tapi
libido turun.
Khawatir kehilangan bentuk tubuh.
Membutuhkan penerimaan kehamilannya oleh
keluarga.
Ketidakstabilan emosi dan suasana hati.
Trimester 2
Ibu sudah mulai merasa sehat dan mulai
bisa menerima kehamilannya.
Mulai merasakan gerakan bayi dan
merasakan kehadiran bayi sebagai
seseorang di luar dirinya.
Perut ibu belum terlalu besar sehingga
belum dirasa beban.
Libido dan gairah seks meningkat.
Trimester 3
Ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.
Ibu khawatir bayinya akan lahir sewaktu-waktu
dan dalam kondisi yang tidak normal
Semakin ingin menyudahi kehamilannya.
Tidak sabaran dan resah.
Bermimpi dan berkhayal tentang bayinya.
Aktif mempersiapkan kelahiran bayinya.
Pengaruh perubahan psikologis
pada janin yang dikandung
Masalah psikologis ibu berpengaruh pada
kondisi janin yang dikandungnya. Jika masalah
ini terjadi saat trimester 1 maka akan
berpengaruh fatal pada proses pembentukan
organnya.
Trauma dan stress berkepanjangan
menyebabkan anak hiperaktif. Selain itu
memicu kelahiran prematur dan tidak
berkembangnya janin (Shinto,2009)
Setelah trimester pertama pembentukan
organ telah selesai. Artinya, janin sudah
lebih kuat menghadapi pengaruh dari luar.
Selain itu, janin sudah mampu mendengar
dan bereaksi terhadap sentuhan dari luar
dan sudah bisa merasakan kondisi
psikologis ibunya.
Kondisi ibu yang selalu menyenangkan
bisa membuat pertumbuhan janin optimal
Setelah trimester pertama pembentukan
organ telah selesai. Artinya, janin sudah
lebih kuat menghadapi pengaruh dari luar.
Selain itu, janin sudah mampu mendengar
dan bereaksi terhadap sentuhan dari luar
dan sudah bisa merasakan kondisi
psikologis ibunya.
Kondisi ibu yang selalu menyenangkan
bisa membuat pertumbuhan janin optimal
Kiat untuk Menghadapi Kondisi
Psikologis Ibu Hamil
Informasi
Komunikasi dengan suami
Rajin chek up
Makan sehat
Jaga penampilan
Kurangi kegiatan
Dengarkan musik
Senam Hamil
Latihan pernapasan
Kesimpulan
1. Selama menjalani masa kehamilannya,
seorang ibu hamil mengalami perubahan
psikologis, sehingga mempengaruhi kondisi
janin yang dikandungnya.
2. Terdapat beberapa kiat yang dapat
membantu ibu hamil menghadapi perubahan
psikologis selama hamil
Saran
Seorang ibu hamil dan keluarganya harus
mempersiapkan diri menghadapi perubahan-
perubahan selama masa kehamilan dan
setelah persalinannya, mencakup perubahan
fisik, psikologis, peran, dan perubahan-
perubahan lainnya.
Pregnancy is a wonderful dream and it
can be a nightmare when things go
wrong
Seorang bidan pada khususnya dan tenaga
kesehatan lain pada umumnya seharusnya
memiliki kemampuan untuk membantu ibu
menerima perubahan yang dialami selama
masa kehamilan dengan memberikan
informasi-informasi yang dibutuhkan dan
bermanfaat untuk ibu hamil
PMS, candidiasis, tricomoniasis,
gonore/sifilis, HIV/AIDS
Penyakit Menular Seksual (PMS)

Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan


penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seks. PMS akan lebih beresiko jika Anda
melakukan hubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan baik melalui vagina,
oral maupun anal. Bila tidak ditangani secara
tepat, infeksi pada alat reproduksi ini dapat
menjalar dan menyebabkan sakit
berkepanjangan, kemandulan, bahkan
kematian.
Gonorea (GO)
Kencing nanah atau gonore, sebuah penyakit
menular seksual yang disebabkan Neisseria
gonnorhoeae yang menginfeksi lapisan dalam
uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan
bagian putih maya (konjungtiva). Penyakit ini
bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian
tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian.
Herpes Genital
Penyakit ini disebabkan virus Herpes Simplex
dengan masa tenggang 4-7 hari sesudah virus
masuk ke dalam tubuh melalui hubungan
seks. Gejala yang ditimbulkan berupa bintil-
bintil seperti anggur di sekitar kelamin, jika
pecah dapat menyebabkan luka kering
mengerak lalu hilang, dan akan terus terulang
seumur hidup.
Sifilis (Raja Singa)
Raja Singa disebabkan virus Treponema
Pallidum dan masa tanpa gejalany
berlangsung 3-4 minggu, terkadang sampai
13 minggu. Setelah itu akan timbul benjolan
di sekitar alat kelamin, kadang disertai pusing
dan nyeri tulang seperti flu serta hilang
sendiri tanpa diobati.
Bercak kemerahan pada tubuh juga akan
muncul sekitar 6-12 minggu setelah
berhubungan seks. Seringkali penderita tidak
memperhatikan hal ini dan gejala ini akan
hilang dengan sendirinya.
Klamidia
Penyakit yang disebabkan Chlamydia
trachomatis ini memiliki gejala timbulnya
peradangan pada alat reproduksi laki-laki dan
perempuan. Gejala ini tidak akan terjadi pada
7-12 hari setelah penderita terinfeksi
Tidak jarang gejala ini tidak akan muncul
sama sekali, sehingga penderita tidak sadar
dirinya terkena PMS. Perempuan yang terkena
Klamidia dapat mengakibatkan cacatnya
saluran telur dan kemandulan, radang saluran
kencing, dan robeknya saluran ketuban
sehinga terjadi kelahiran prematur.
Sementara pada lelaki, dapat mengakibatkan
kemandulan, rusaknya saluran air mani, dan
radang saluran kencing.
Sekitar 60-70% bayi dapat terkena penyakit
mata atau saluran pernafasan (pneumonia).
HEPATITIS
Penyakit hepatitis, siapa yang tidak
mengenalnya. Penyakit yang sering disebut
dengan penyakit kuning ini, bisa menyerang
siapa saja. Tapi yang lebih berisiko adalah
orang-orang yang berusia produktif. Mungkin
Anda semua banyak yang sudah tahu, bahwa
penyakit hepatitis terdiri dari beberapa macam.
Diantaranya adalah hepatitis A,B,C, D,E. Tapi
yang paling ditakuti adalah hepatitis B dan C.
Hepatitis A
Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang
ringan dan jarang sekali menyebabkan kematian. Virus
hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis A) penyebarannya melalui
kotoran/tinja penderita yang penularannya melalui makanan
dan minuman yang terkomtaminasi, bukan melalui aktivitas
seksual atau melalui darah. Gejala yang ditimbulkan, mungkin
hampir sama seperti hepatitis yang lain, yaitu pada minggu
pertama penderita akan mengalami keletihan, demam, hilang
selera makan, muntah-muntah, pusing dan kencing yang
berwarna hitam pekat. Demam yang terjadi adalah demam
yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya yaitu
pada demam berdarah, tbc, thypus, dll.
Hepatitis B
Hepatitis B adalah infeksi yang lebih serius. Hal ini dapat
menyebabkan kondisi yang disebut sirosis (jaringan parut
permanen hati) atau kanker hati, yang keduanya
menyebabkan sakit parah dan bahkan kematian.
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B adalah jenis
yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain
melalui darah dan cairan tubuh lainnya. Hal ini dapat
ditularkan melalui hubungan seksual dan melalui jarum
seperti yang dipergunakan secara bersama-sama oleh
pengguna narkoba suntikan atau steroid yang memiliki
virus, atau jarum tato yang belum disterilkan dengan
benar.
Hepatitis C
Hepatitis C sama seperti hepatitis B, yang
disebabkan virus hepatitis C yang ditularkan melalui
darah atau cairan tubuh yang lain. Seperti halnya
hepatitis B, hepatitis C juga dapat menyebabkan
sirosis hati atau kanker hati. Hepatitis C merupakan
jenis hepatitis yang paling serius. Penderita
Hepatitis C kadang tidak menampakkan gejala yang
jelas, akan tetapi pada penderita Hepatitis C kronik
menyebabkan kerusakan/kematian sel-sel hati dan
terdeteksi sebagai kanker (cancer) hati.
Cara penyebaran yang paling efesien
Hepatitis C adalah melalui suntikan yang
terkontaminasi oleh darah, misalnya di saat
memakai obat suntik. Maka pergunakan jarum
suntik yang steril dan sekali pakai.
TERIMAKASIH

Вам также может понравиться