Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Case Detection
Rate above 70
TB %
Cure Rate
above 85 %
Millennium Development Goals - A complete listing of the goals, targets, and indicators for
MDGs. 2003 Available from: http://www.developmentgoals.org/Goals.htm.
Epidemiologi TB
TB di Indonesia tahun 2011 Hampir tidak ada
No Empat didunia (setelah India, Cina, wilayah bebas TB
Afrika Selatan)
450.000 TB kasus baru pertahun
Prevalensi : 187 / 100.000 penduduk
Prevalensi TB di Indonesia :
1. Indonesia Timur : Kalimantan, Papua, Maluku,
NTB dan NTT : 210 per 100.000 pend
2. Sumatera : 160 per 100.000 pend
3. Jawa-Bali : 64 per 100.000 pend 7
Epidemiologi HIV
Estimated number of new HIV infections, by region and yearworldwide, 19801999. Source:
Joint United Nations Program on AIDS.
Epidemiologi HIV/AIDS
Pada akhir tahun 2002, diperkirakan sejumlah 42 juta orang dewasa dan anak-
anak hidup dengan HIV atau AIDS, 28,5 juta (68%) tinggal di daerah sub
Sahara Afrika dan 6 Juta(14%) hidup di Asia selatan dan Asia Tenggara.
Pada tahun 2002, diperkirakan terdapat 5 juta orang dewasa dan anak-
anak terinfeksi HIV dan 3,1 juta meninggal karena HIV/ AIDS, Sekitar 2,4
juta (77,4%) dari 3,1 juta kematian ini terjadi di sub Sahara Afrika. Sub Sahara
Afrika merupakan kawasan dengan angka seroprevalensi HIV tertinggi (9% pada
akhir tahun 2002) pada populasi orang dewasa (15-49 tahun).
Dari 24 dari 25 negara dengan seroprevalensi pada orang dewasa di atas 5%
pada tahun 2001 terdapat di kawasan sub Sahara Afrika. Satu-satunya negara
di luar sub Sahara Afrika adalah Haiti.
Dengan demikian, sub Sahara Afrika merupakan daerah dengan beban
epidemi HIV/AIDS terbesar. Beberapa negara di kawasan lain juga
mengalami dampak HIV yang berat dengan seroprevalensi HIV pada orang
dewasa sektar 1 - 5% misalnya Kamboja, Myanmar dan Thailand (Asia
Tenggara) dan Belize, Guatemala, Guyana, Haiti, Honduras, Panama dan
Suriname (Amerika). Seroprevalensi HIV tampaknya stabil di kawasan Sub
Sahara Afrika namun tetap meningkat di beberapa negara dengan populasi
besar seperti Federasi Rusia.
HIV dan AIDS di Indonesia meningkat dari tahun 2005 yaitu sebanyak 859 kasus
HIV dan 2639 kasus AIDS menjadi 21031 kasus HIV dan 4162 kasus AIDS pada
tahun 2011. Sedangkan 3 Provinsi dengan jumlah kumulatif kasus AIDS
terbanyak dari tahun 1987-2011 adalah Provinsi DKI Jakarta sebanyak 5117
kasus AIDS, Provinsi Jawa Timur sebanyak 4598 kasus AIDS dan Provinsi
Epidemiologi TB HIV
3,2 juta koinfeksi TB-HIV terdapat di Asia
Selatan & Tenggara
Diperkirakan dalam 3-5 tahun mendatang, 20-
25% kasus TB pada beberapa negara di Asia
Selatan & Tenggara berhubungan langsung
dengan HIV
1/3 ODHA terinfeksi TB
TB merupakan OI terbanyak dan penyebab
kematian utama pada ODHA
40% kematian ODHA terkait dengan TB
TB is the main opportunistic infection
among people with advanced HIV/AIDS
Cryptosporidiosis: 23%
TB:
38%
21
Kapan org terinfeksi TB menjadi
menderita penyakit TB ?
Kebanyakan terjadi dalam 2 tahun
pertama setelah infeksi
Jika orang menjadi immunocompromised
HIV
Kanker
Khemoterapi
Diabetes yang tidak terkontrol
malnutrisi
22
Perjalanan Penyakit HIV
HIV
Termasuk dalam family retrovirus, genus lentivirus
Retrovirus mempunyai ciri ciri:
Dikelilingi oleh membran lipid
Mengandung 2 copy ssRNA
Mempunyai variabel genetik yg banyak
Menyerang semua vertebrata
Mempunyai kemampuan replikasi unik
Lentivirus
Menyebabkan infeksi kronis
Kemampuan replikasi yg persistent
Menyerang SSP
Periode klinis laten yg panjang
Target Sel dan Jaringan
26
Interaksi TB-HIV
TB mempercepat perjalanan infeksi HIV
Pasien dgn koinfeksi TB-HIV mempunyai
viral load sekitar 1 log lebih besar daripada
pasien tanpa TB
Angka mortalitas pada ko-infeksi TB-HIV
kurang lebih 4 x lebih besar daripada pasien
TB tanpa HIV
27
TB dan AIDS
70
% 60%
60
%
50
%
40 Risiko TB
% selama hidup
30
%
20
% 10%
10
%
0% PPD+/HIV-negatif PPD+/HIV+
Interaksi TB-
HIV
Kerentanan
Presentasi
TB
HIV
Progresi Penyakit
Mortalitas
Masalah
30
Koloborasi TB-HIV
(Diagnosis dan penatalaksanaan)
34
MANIFESTASI KLINIS
Gejala TB
Gejala respirasi ( batuk, batuk darah , sesak
napas, nyeri dada
Gejala sistemik ( demam, keringat malam ,
nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malise, terasa lemas)
Gejala TB paru pada ODHA tidak spesifik
Gejala yang sering; demam, penurun berat
badan > 10 %.
Gejala TB ektra paru
Gejala klinis / Stadium Klinis
infeksi HIVDewasa & Anak
Stadium klinis HIV dewasa
(WHO 2006)
Stadium Klinis 1
Asimtomatis
Limfadenopati Generalisata Persistent
Stadium Klinis 2
Stadium klinis 1
Asimtomatik
Limfadenopati generalisata persisten
Stadium klinis 2:
Nort
NortSumatera
Sumatera
Anak bukan TB
Kontak erat dengan pasien TB paru
Umur HIV Tata laksana
dewasa
Balita (+)/(-) Ya INH profilaksis
Pikirkan diagnosis lain, bila perlu
Balita (+)/(-) Tidak
dirujuk
> 5 th (-) Ya Observasi
> 5 th (+) Ya INH profilaksis
Pikirkan diagnosis lain, bila perlu
> 5 th (-)/(+) Tidak
dirujuk
Vaksinasi BCG
Bila status HIV ibu telah diketahui dan
Preventing Mother to Child Transmission
of HIV (PMTCT) telah dilakukan
vaksinasi BCG tidak segera diberikan
pada bayi sesuai jadwal
menunggu pemeriksaan PCR saat
bayi umur 6 bulan atau serologis pada
umur sesudahnya
Diagnosis HIV pada pasien
TB
A. Faktor Risiko HIV pd TB
dewasa
Berganti-ganti atau memiliki lebih dari satu
pasangan seksual.
Pengguna Napza suntik.
Memiliki tindik berlebihan dan tato permanen.
Memiliki riwayat Infeksi Menular Seksual (IMS).
Memiliki jenis pekerjaan berisiko tinggi, misalnya
orang yang karena pekerjaannya berpindah-
pindah tempat (supir, pelaut), migran, tuna
wisma, pekerja bar/ salon, pekerja seks.
Memiliki riwayat transfusi darah dan produk
darah, transplantasi organ tubuh
B. Gambaran Klinis infeksi ko-
infeksi HIV pd TB (dewasa)
Riwayat kesehatan
IMS - Pneumonia atau kambuh
Hepes zoster - Saat ini menjalani terapi TB
Gejala:
BB turun > 20% - Disfagi/odinofagi
Diare > 1 bulan - Neuropati perifer
Tanda:
Bekas luka herpes - Cheilitis angularis
Pruritus - Oral hairy leukoplakia
Sarkoma Kaposi - Nectotizing gingivitis
Limfadenopati generalisata - Ulkus aftosa yg besar
Kandidiasis oral - Bisul/borok pd genital
Gambaran klinis kemungkinan
HIV pd anak
Infeksi berulang: > 3 episode infeksi bakteri yang sangat
berat pada 12 bulan terakhir.
Bercak putih di mulut (thrush)
Parotitis kronik
Limfadenopati generalisata
Hepatomegali tanpa penyebab yang jelas
Demam yang menetap dan/atau berulang: demam
(>38C) berlangsung 7 hari atau terjadi > 1 x dlm waktu
7 hari.
Disfungsi Neurologis
Herpes zoster (shingles)
Dermatitis HIV
Penyakit paru supuratif yang kronik (Chronic
suppurative lung disease)
C. Konseling dan Tes HIV
Konseling dan Tes Sukarela
(KTS)=VCT
Konseling dan Tes atas Inisiatif
Petugas Kesehatan
(KTIPK)=PITC
Prinsip 3 C (Counseling,
Consent, Confidentiality)
Langkah KTIPK di unit DOTS
meliputi
1. Pemberian KIE mengenai kaitan TB dengan HIV.
2. Memeriksa tanda-tanda infeksi oportunistik lain pada kasus TB.
3. Identifikasi faktor risiko yang tampak, misalnya jejas suntikan,
tindik berlebihan dan tato permanen.
4. Pemberian informasi dan motivasi pasien TB yang berisiko HIV
untuk menjalani tes.
5. Rujukan pasien TB ke layanan tes HIV dengan menggunakan
formulir rujukan.
6. Pemberian informasi tentang hasil tes HIV kepada pasien TB
dan tindak lanjutnya.
7. Pengisian format pencatatan (rekam medis, register, dll) pada
setiap akhir layanan.
8. Kompilasi data pelaksanaan kegiatan kolaborasi TB-HIV.
Strategi Konseling dan Tes HIV pd
TB
Di wilayah dengan epidemi HIV yang meluas
Seluruh pasien TB di unit DOTS dilakukan konseling dan tes
HIV secara rutin.
Di seluruh Fasyankes di daerah dengan prevalensi HIV pada
pasien TB >5%, Konseling dan Tes HIV harus ditawarkan
secara rutin pada semua pasien TB.
Konseling dan tes HIV dapat dilaksanakan setiap saat
selama pengobatan TB.
Di wilayah dengan epidemi HIV yang rendah dan
terkonsentrasi
Dilakukan penilaian faktor risiko menggunakan formulir
skrining (kuesioner) pada setiap pasien TB.
Pasien TB dengan faktor risiko ditawarkan untuk konseling
dan tes HIV (oleh petugas TB atau dirujuk ke unit Konseling
dan Tes HIV).
Konseling Pasca tes
konselor melakukan :
Penjelasan hasil tes
Pembacaan hasil tes
Pemberian informasi selanjutnya
Merujuk pasien ke fasilitas layanan lain
yang diperlukan
Diskusi strategi untuk menurunkan
penularan HIV
PENGOBATAN KO-
INFEKSI TB-HIV
Prinsip pengobatan: ART diberikan
2-8 minggu setelah OAT dapat
ditoleransi
Hati-hati dgn interaksi obat
(terutama dgn rifampisin)
Hati-hati dgn efek samping yg
tumpang tindih
Obat Antiretroviral
108
27 maret 2010 109
PRINSIP ARV
110
ARV dan OAT
Interaksi obat
Rifampisin meningkatkan aktivitas sitokrom P450
yang berfungsi untuk metabolisme PI dan NNRTI
PI dan NNRTI juga dapat meningkatkan atau menekan
sitokrom P450, sehingga mengganggu kadar rifampisin
Hal yang terjadi :
Potensi ARV menurun,
Potensi OAT menurun,
Toksisitas obat meningkat
Kapan Memulai Terapi
ARV
ODHA dengan CD4 < 350 sel/mm3, terlepas ada
tidaknya gejala klinis.
ODHA dengan gejala klinis yang berat (Stadium
klinis 3 atau 4) berapapun jumlah CD4nya.
Wanita hamil berapapun jumlah CD4 nya
Semua pasien HIV dengan TB aktif tanpa melihat
jumlah CD4
Pasien HIV koinfeksi Hepatitis B tanpa
memandang jumlah CD4.
Kapan Memulai Terapi
ARV
Pilihan paduan pengobatan ARV
pada ODHA dengan TB
Keterangan:
Setiap 5 ml sirup Kotrimoksasol mengandung 200 mg SMX +
40 mg TMP
Tatalaksana efek samping ringan
untuk pasien TB yang tidak dalam ART
Bentuk:
Paradoxical worsening
Unmasking
Kriteria SPI
Manifestasi klinis atipikal setelah ARV
mulai diberikan.
Viral load turun 1 log10 per mL.
CD4 meningkat.
Bukan TB relaps atau resisten OAT.
Bukan karena ketidakpatuhan minum obat.
Bukan akibat efek samping obat.
Bukan karena infeksi lain atau keadaan
lain karena HIV.
PENGENDALIAN INFEKSI DAN
KEWASPADAAN STANDAR DI FASYANKES
Tidak
Ya
OPIM Darah atau cairan berdarah
Tak perlu
PPP
Macam pajanan yang terjadi
Kulit yg tak utuh atau selaput mukosa Kulit yang utuh Pajanan perkutaneus
KP 1 KP 2 KP 2 KP 3
Alur PPP pada pajanan HIV:
2. Menentukan Kategori/ status HIV
sumber pajanan (KS-HIV)
KS HIV
Pajanan dengan titer Pajanan dengan titer tinggi, mis. tidak tahu
rendah, mis. Asimtomatik AIDS lanjut, infeksi HIV primer, VL
dan CD4 tinggi yang meningkat atau tinggi atau
CD4 rendah
Pada umumnya
Tak perlu PPP,
Perlu telaah
KS HIV 1 KS HIV 2 kasus per kasus
Alur PPP pada pajanan HIV
3. Menentukan Pengobatan Profilaksis Pasca
Pajanan
Kategori Kategori Sumber Rekomendasi Pengobatan
Pajanan (KP) pajanan (KS HIV)
1 1 (rendah Obat tidak dianjurkan
Risiko toksisitas obat > dari risiko terinfeksi HIV
Profilaksis
Terapi TB (DOT)
Dukungan psiko-sosio-ekonomi
IO
Terapi IO
Fase intensif
Pencegahan HIV
ART
PERAWATAN
Fase
lanjutan
Pallatif
52
Perilaku risiko tinggi untuk
HIV
Infeksi
TB
Kel 1:
HIV + dan TB-
Kel 5:
HIV - dan
TB aktif
Kel 2:
HIV + dan
infeksi TB Kel 4:
laten HIV terapi
Kel 3: Berperilaku risiko
HIV + dan TB tinggi dan TB aktif
aktif
53
27 maret 2010
Risiko HIV
Infeksi TB
Kel 1 :
HIV (+) dan TB ()
-BCG (utk anak kecil, HIV
asimptomatik)
-Perawatan HIV / AIDS
berkesinambungan Kel 5:
-Penyuluhan kes utk HIV HIV (-) dan TB
(dan TB), termasuk aktif
skrining utk IMS, promosi -DOTS
kondom dan NAPZA
suntik yg aman
-Pemantauan terus
menerus terhadap TB
aktif Kel 2 :
HIV (+) dan TB laten Kel 4:
Kel 3:
-Profilatksis utk infeksi HIV (-) beresiko dan TB
HIV (+) dan TB aktif
TB aktif
-DOTS
-Perawatan HIV / AIDS -DOTS
-Perawatan HIV / AIDS
berkesinambungan -Penyuluhan kes utk HIV
berkesinambungan
-Penyuluhan kes utk HIV dan TB, termasuk skrining
-Penyuluhan kes utk HIV dan
(dan TB), termasuk utk IMS, promosi kondom
TB, termasuk skrining utk
skrining utk IMS, promosi dan NAPZA suntik yang
IMS, promosi kondom dan
kondom dan NAPZA aman
NAPZA suntik yg aman
suntik yg aman -Kotrimoksasol selama terapi
-Pemantauan terus TB 54
menerus terhadap TB
Terima kasih
selamat berlajar