Ferdinand Guntur Panggabean 99 - 165 Obat golongan ini menghambat transmisi neuromuskular sehingga menimbulkan kelumpuhan pada otot rangka.
Menurut mekanisme kerjanya, obat ini dibagi menjadi 2
golongan yaitu:
1. obat penghambat secara depolarisasi resisten
2. obat penghambat kompetitif atau nondepolarisasi.
Pada anestesi umum obat ini memudahkan dan mengurangi
cidera tindakan laringoskopi dan intubasi trakhea, serta memberi relaksasi otot yang dibutuhkan dalam pembedahan dan ventilasi kendali. Perbedaan obat pelumpuh otot depolarisasi dan nondepolarisasi.
Depolarisasi : ada fasikulasi otot, berpotensi dengan
antikolinesterase, tidak menunjukkan kelumpuhan yang bertahap pada perangsangan tunggal atau tetanik, belum dapat diatasi dengan obat spesifik, kelumpuhan berkurang dengan pemberian obat pelumpuh otot nondepolarisasi dan asidosis.
Nondepolarisasi : tidak ada fasikulasi otot, berpotensi
dengan (hipokalemia, hipotermia, obat anestetik inhalasi, eter, halotan, enfluran, isofluran), menunjukkan kelumpuhan yang bertahap pada perangsangan tunggal atau tetanik, dapat diantagonis oleh antikolin esterase. Non Depolarisasi Depolarisasi Hambatan lain Hambatan Gabungan Penurunan Pelepasan acethylcholine kepekaan acethylcholine dg reseptor membran ujung motor Obat yg Tubocurarine Decamethonium Pemberian: menghambat Gallamine Suxamethonium -Procain Triethadione -Antibiotic Pancuronium aminoglikosida (pavulon) -Hypocalemia Alcuronium (alloferin) Fasikulasi - + Berpotensiasi Obat non depol Anticholinesterase dng Hypothermia Penurunan suhu Ether/ Halothane tubuh Enflurane Respirasi alkalosis Isoflurane Acetylcholine Efek menurun Anticholinesterase Non depolarizing oleh Depolarizing agents relaxant Ether Halothane Acidosis Obat-obat M.R yg Non Dep. berguna untuk: Melakukan intubasi Relaksasi selama operasi Menghilangkan spasme larynx Penggunaan alat bantu pernapasan (respirator) Indikasi penambahan M.R : Hiccup (o.k kontraksi diaphragma) Rigidity/ kaku dinding perut Peningkatan resistance to inflation of the lung Batuk Peningkatan amplitudo pernapasan dg respirator Peningkatan respons obat Indikasi penambahan analgesi: Otot pasien bergerak Peningkatan tensi & pulse Keringat Hiccup Penggunaan yg lain dari M.R Non Dep. Pengobatan tetanus Kejang/ kaku yg disebabkan peny. Neurologis Orthopaedic conditions (myositis, arthritis) Neostigmin (Prostigmin) Muscarinic effect bradycardia Pencegahan sulfas atropin Salivation Pencegahan sulfas atropin Menyebabkan bronchial constriction & secretion Predisposisi terjadinya atelectasis Terjadi asma Tanda efektifnya penggunaan Neostigmin Kembali normal tidal volume periksa dg flowmeter Dpt batuk dg penggunaan ETT Dpt membuka mata Dpt mengangkat kepala Kembali aktivitas otot secara penuh periksa dg electrical nerve stimulator Tanda kurang efektif penggunaan Neostigmin Tidak efektif batuk dg ETT Ptosis Gelisah Adanya respons yg abnormal dg menggunakan electrical stimulation of nerve
Kematian dpt terjadi setelah penggunaan
Neostigmin & SA kemungkinan krn: Cardiac inhibition Adrenergic effect dari Neostigmin & SA ventricular fibrilasi SA sendiri menyebabkan dysrhytmia Side effect Non Dep. Tachycardia Gallamin Histamin release Tubocurarine Respiratory paralysis Unexpectedly prolonged action
Penggunaan Depolarizing M.R
Intubasi Bronchoscopy Orthopaedic manipulation Penutupan abdomen (jahitan pd peritoneum) Electroconvulsive theraphy Prolonged apnoea pd penggunaan M.R Non Dep. pd keadaan: Metabolic acidosis Myasthenia Disordered Potassium metabolism Hyponatremia Antibiotic, neomycin, kanamycin Renal failure Relative overdose Prolonged apnoe pd penggunaan M.R Dep.pd keadaan: Atypical serum cholinesterase Dehydrasi & electrolit imbalance Overdose Penyebab lain dari prolonged apnoe Central depression pd pusat pernapasan oleh: Morphin Volatile anaesthetic Hypocapnia Hypercapnia Reflex laryngeal apnoe ok. ETT Head injury & peningkatan tekanan intracranial yg acut Metabolic acidosis