Вы находитесь на странице: 1из 22

ANALISIS RHODAMIN B

DALAM JAJANAN PASAR DENGAN


METODE KROMATOGRAFI LAPIS
TIPIS

Kelompok G4
NAMA KELOMPOK :
1. I Gede Agus Sindhu Aditama
2. I Gusti Agung Made Shinta Ari Putri
3. Ni Made Suastini
4. Ni Putu Fiviyanti Indah Pratiwi
5. Putu Yunita Prasanthi Sucipta
6. Romdiatus Tianah
7. Anastasia
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS :
Metode kromatografi lapis tipis adalah salah satu
metode pemisahan komponen menggunakan fase diam
berupa plat dengan lapisan bahan absorben inert.
KLT sering digunakan untuk identifikasi awal karena
banyak keuntungan menggunakan KLT, diantaranya
adalah sederhana dan murah.
PRINSIP KERJA KLT
Plat dilapisi dengan fase diam yaitu dengan silika gel
kemudian dipanaskan untuk mempercepat absorbsi.
Sampel kemudian ditotolkan pada plat.
Kemudian di tabung disiapkan fase geraknya, fase
gerak tidak tidak boleh melewati garis yang ada di
plat, jika fase gerak melewati garis pada plat, maka
sampel akan terurai oleh fase geraknya.
Kemudian ditutup agar kromatografi tank jenuh. Fase
gerak akan bergerak keatas dan memisahkan zat yang
ada pada plat.
Metode Penelitian

o Bahan penelitian yang digunakan adalah :


Standar rhodamin B (sigma)
Benang wol
Eter, aquadest, asam asetat 10%, amonia 2%, amonia 10%,
etanol teknis 70% (bratachem)
Silika gell GF254nm, etanol 96%, isopropanol, amonia, etil
asetat, metanol
Amonium hidroksida, isobutanol, n-butanol, asam asetat
HCl, H2SO4.
Alat yang digunakan:
Berupa satu set alat kromatografi lapis tipis
Timbangan
Penangas air
Lampu UV 254 nm, dan UV 366 nm, dan alat-alat gelas
yang biasa digunakan.
Pembuatan baku pembanding :
Ditimbang 25 mg rhodamin B, kemudian dilarutkan
dalam 25 ml etanol 96%

Pemisahan zat warna


Benang wol dididihkan di dalam air kemudian
dikeringkan, selanjutnya dicuci dengan eter untuk
menghilangkan kotoran dari lemak.
Setelah itu dididihkan dengan NaOH 1%, kemudian
dibilas dengan air.
10 g sampel (benang wol) direndam dalam 10 ml
larutan amonia 2% (yang dilarutkan dalam etanol
70%) selama kurang lebih 12 jam.
Selanjutnya larutan disaring, filtrat kemudian
diuapkan diatas penangas air.
Residu dari penguapan dilarutkan dalam 10 ml air
yang mengandung asam, larutan asam dibuat dengan
mencampur 10 ml air dengan 5 ml asam asetat 10%.
Benang wol dimasukan ke dalam larutan asam dan
dididihkan hingga 10 menit, benang wol diangkat,
pewarna akan mewarnai benang wol.
Benang wol dicuci dengan air , kemudian dimasukkan
ke dalam larutan basa yaitu 10 ml amonia 10% (yang
dilarutkan dalam etanol 70%) dan dididihkan.
Benang wol akan melepaskan pewarna, pewarna akan
masuk ke dalam larutan basa tersebut.
Larutan basa tersebut selanjutnya akan digunakan
sebagai cuplikan sempel analisis kromatografi lapis
tipis.
Analisis dengan Kromatigrafi Lapis Tipis
Sebanyak 2 L cuplikan sampel ditotolkan pada plat
KLT, kemudian dielusi dalam bejana yang berisi
isopropanol : amonia = 100 : 25 V/V
Setelah dielusi selesai plat dikeringkan, kemudian
kromatogram yang diperoleh dihitung nilai hRf-nya.
Nilai hRf kecil tiap bercak dibandingkan dengan nilai
hRf standar rhodamin.
Penampakan bercak dipertajam dengan menggunakan
lampu UV 254 nm dan 366 nm serta visualisasi
dengan menggunakan pereaksi semprot H2SO4 dan
HCl pekat.
Nilai hRf yang sama, adanya pemadaman pada UV
254 nm , fluoresensi pada UV 366 nm, warna merah
muda dengan pereaksi semprot HCl dan warna jingga
dengan pereaksi semprot H2SO4 menandakan adanya
zat warna rhodamin B dalam sampel.
Nilai hRf adalah nilai yang digunakan sebagai nilai
perbandingan relatif antar sampel. Nilai hRf juga
menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam
fase diam sehingga nila hRf juga disebut faktor
retensi.
Harga Rf

Harga Rf = jarak yang digerakkan oleh senyawa dari titik asal


jarak yang digerakan oleh pelarut dari titik awal
Faktor yang mempengaruhi nilai hRf :
1. Struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan
2. Sifat dari penyerap dan derajat aktivitasnya
3. Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap
4. Pelarut dan derajat kemurnian fase bergerak
ANALISIS RHODAMIN B DALAM
SAMPEL
Sebelum dilakukan kromatografi lapis tipis zat
warna dalam sampel diekstrasi terlebih dahulu
menggunakan metode serapan benang wol.
Prinsipnya adalah penarikan zat warna dalam
sampel kedalam benang wol bebas lemak dalam
suasana asam dengan pemanasan dilanjutkan
dengan pelunturan atau pelarutan warna oleh
suatu basa.
Selanjutnya 41 sampel ditotolkan pada plat KLT, 25
diantaranya dicurigai mengandung rhodamin B. hal
ini didasarkan pada nilai hRf sampel yang sama atau
mendekati hRf standar rhodamin.
Untuk KLT kedua parameter yang dilihat adalah
adanya hRf yang sama atau mendekati standar,
adanya fluoresensi merah pada UV 366 nm dan
adanya reaksi spesifik dengan pereaksi semprot HCl
pekat dan H2SO4 pekat.
Untuk mempertegas hasil tersebut terhadap 25
sampel tadi dilakukan reaksi penegasan
menggunakan reaksi semprot HCl dan H2SO4 pekat.
Rhodamin B akan bereaksi membentuk warna dengan
pereaksi tersebut hingga rhodamin B menjadi lebih
spesifik yaitu berwarna merah muda dengan HCl
pekat dan berwarna jingga dengan H2SO4 pekat.
Hal ini dikarenakan adanya sumbangan H+ yang
menyebabkan panjang gelombang rhodamin B
bergeser lebih pendek.
Dari hasil penelitian dari 41 jenis jajanan pasar
terdapat 15 jajanan pasar yang positif mengandung
rhodamin B.
Gambar. Contoh Kromatogram Sampel yang Positif
Menunjukkan Rhodamin
Keterangan :
(a) D4, D3, D2, D1, rhodamin pada UV 254 nm
(b) D4, D3, D2, D1, rhodamin pada UV 365 nm
(c) D4, D3, D2, D1, rhodamin setelah disemprot dengan HCl
pekat
(d) D4, D3, D2, D1, rhodamin setelah disemprot dengan H2SO4
pekat
DAFTAR PUSTAKA

1) Utami, Wahyu dan Andi Suhendi. 2009. Analisis


Rhodamin B dalam Jajanan Pasar dengan Metode
Kromatografi Lapis Tipis. Jurnal Penelitian Sains &
Tekonologi Volume 10. No. 2.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/han
dle/123456789/442/6.%20WAHYU%20UTAMI%20c.pdf?se
quence=1
, 26 Februari 2015.
2) Sastro Hamidjojo, DR. Harjono. 1985. Kromatografi.
Yogyakarta: Liberty.
3) Gritter, Roy J, dkk. 1991.Pengantar Kromatografi
Edisi Kedua. Bandung : ITB

Вам также может понравиться