Вы находитесь на странице: 1из 36

Penanggulangan

Kejadian Luar Biasa


Keracunan Makanan
Tim Fasilitator
Dinkes Prov. Sumbar
Pendahuluan
Salah satu penyebab utama kematian dan
kesakitan di Indonesia adalah penyakit yg
disebabkan oleh pangan
Pangan merupakan jalur utama penyebaran
patogen dan toksin yang di produksi oleh
mikroba patogen
Pangan menimbulkan masalah serius jika
mengandung racun (kimia, bahan berbaya
maupun racun alami) KLB
Sampai saat sekarang, data epidemiologi
KLB keracunan pangan belum sepenuh dapat
diungkapkan penyebabnya
Penyebaran
Selama tahun 1997 2001 terdapat xxx kali
laporan KLB keracunan pangan dengan xxx
penderita.
Tahun 2002 terdapat 57 kali laporan KLB
keracunan pangan dengan xxx penderita dan xx
kematian.
Di masa yang akan datang, diperkirakan KLB
keracunan pangan masih menjadi masalah,
terutama didaerah perkotaan dan daerah
perindustrian
Gambaran klinis
Gejala dan tanda-tanda klinik keracunan pangan sangat
tergantung pd jenis penyebabnya
Secara umum digolongkan menjadi 6 kelompok :
1. Mual, muntah (gejala gastrointestinal atas)
2. Sakit tenggorokan dan pernafasan
3. Kajang perut, diare (gejala gastrointestinal bawah)
4. Ganguan penglihatan, perasaan melayang, paralysis
(gejala neurolgik)
5. Demam, menggigil, rasa tidak enak, letih,
pembengkakan kelenjer limfe (infeksi umum).
6. Wajah memerah, gatal-gatal (gejala alergik)
Etiologi,
Secara umum disebabkan oleh:
1 Bahan kimia beracun (tanaman, hewan, metabolit mikroba)

2 Kontaminasi kimia

3 Mikroba patogen

Non bakteri (parasit, ganggang, jamur, virus, spongiform


4 enchephalopathies)
KLB Keracunan Makanan

Adalah suatu kejadian dimana terdapat dua orang


atau lebih yang menderita sakit dengan gejala-gejala
yang sama atau hampir sama setelah mengkonsumsi
sesuatu dan berdasarkan analisis epidemiologi
terbukti makanan tersebut sebagai sumber
keracunan.
Penyelidikan KLB Keracunanan
Pangan Studi
Epidemiologi

Deskriptif Analitik
Lebih banyak
- Observasional
digunakan
kohor
- Case control
- Eksperimen

Tepat
Secara operasional & berdasarkan tujuan,
penyelidikan KLB Keracunan Pangan dibagi:

1 2 3
Teknik penetapan Identifikasi Formulir
etiologi KLB sumber penyelidikan KLB
Keracunanan keracunan Keracunan
pangan Pangan
Teknik Penetapan Etiologi KLB
Keracunan Pangan ada 4 langkah :

1 2 3 4

Wawancara Distribusi gejala Gambaran Pemeriksaan


& pemeriksaan - tanda kasus Epidemiologi Pendukung,
fisik terhadap - kasus yang termasuk
kasus-kasus dicurigai Laboratorium
yang dicurigai & menarik
kesimpulan
Pada saat berada dilapangan, dilakukan
wawancara dan pemeriksaan pada
penderita yang berobat ke klinik
pelayanan
Dari hasil pemeriksaan dapat diperkirakan
gejala dan tanda penyakit yang paling
menonjol
Ditetapkan diagnosis banding awal

1. Wawancara & Pemeriksaan


kasus yang dicurigai.
Wawancara dilakukan pada kasus yang
lebih luas dan sistematis terhadap semua
gejala yang muncul.
Dari seluruh gejala disusun sebuah daftar
pertanyaan.
Kemudian pindahkan dalam distribusi
gejala

2. Distribusi Gejala pada kasus


yang dicurigai
Diagnosa banding KLB KP:
Vibrio hemolitikus : gejala nyeri perut,
mual, muntah, diare, menggigil, sakit
kepala, dan kadang-kadang badan panas.
Clostridium perfringens : gejala mual,
muntah, nyeri perut, diare, badan letih/
lemas.
Shigella dysentriae :gejala diare hebat
berlendir dan berdarah, nyeri perut, panas
badan dan sakit kepala
Tabel Distribusi Gejala KLB KP
(wawancara terhadap 25 kasus)

No. Gejala & Tanda Juml Kasus %


1 Diare 25 100
2 Diare berlendir 2 8
3 Diare berdarah 1 4
4 Muntah 20 80
5 Nyeri perut 10 40
6 Mual 20 80
7 Menggigil 2 8
8 Sakit kepala 2 8
9 Panas badan 3 12
Pada tabel dapat dipelajari etiologi yg
paling mungkin utk ditetapkan sebagai
diagnosis banding.
Pd tabel gejala diare berlendir dan
berdarah sangat sedikit sehingga etiologi
Shigella dysentriae dpt disingkirkan
sedangkan Vibrio hemolitikus dan
Clostridium perfringens belum dapat
disingkirkan.

Membaca tabel
3. Gambaran Epidemiologi
Gambaran Epidemiologi menurut ciri:
Waktu
Tempat
Orang

Dapat digunakan menentukan etiologi KLB


keracunan pangan
WAKTU
Periode KLB dihitung sejak kasus keracunan
pertama sampai kasus terakhir yang
ditemukan saat tim penyelidikan berada
dilapangan.

Rumus pada KLB point source & common


source, penyakit dengan selisih masa
inkubasi terpendek terpanjang lebih pendek
dari perode KLB, dapat disingkarkan sebagai
etiologi KLB.
Diagnosis Banding KLB Keracunan
Makanan
No Nama Masa Inkubasi (Jam) Disingkirka
Penyakit Terpendek Terpanjang Selisi n sbg
h etiologi

1 Clostridium 8 22 14 Disingkirka
perfringens n
2 Vibrio 2 48 46 Belum
hemolitikus
Masa Inkubasi terpendek : disingkirka
n
Waktu anatara saat makan makanan yang dicurigai (waktu paparan)
sampai kasus KLB keracunan pangan pertama (KLB mulai)

Masa Inkubasi terpanjang :


Waktu anatara saat makan makanan yang dicurigai (waktu paparan)
sampai kasus KLB keracunan pangan terakhir (KLB terakhir)
Rumus

Penyakit dengan masa inkubasi


terpendek lebih panjang dari masa
inkubasi terpendek KLB, dapat
disingkirkan sebagai etiologi KLB
Penyakit dengan masa inkubasi
terpanjang lebih pendek dari masa
inkubasi terpanjang KLB, dapat
disingkirkan sebagai etiologi KLB
KLB Keracunan Pangan
No Nama Penyakit Masa Inkubasi Masa Penyakit
Terpendek Inkubasi disingkirkan
terpanjang

1 Vibrio 2 jam Belum


hemolitikus 3 jam
2 Clostridium 8 jam Disingkirkan
perfringens
3 Vibrio 12 jam Disingkirkan
hemolitikus
MENURUT TEMPAT & ORANG
Setiap daerah mempunyai pengalaman
epidemiologi yang berbeda
Golongan umur dapat digunakan untuk
identifikasi etiologi KLB
Gambaran epidemiologi menurut ciri
pekerjaan, kebiasaan makan dan minum
dpt digunakan sebagai identifikasi
etiologi KLB
4. Pemeriksaan Pendukung
Pemeriksaan pendukung ( spesimen tinja, air
kencing, darah serta pemeriksaan muntahan
dapat digunakan sebagai identifikasi etiologi
KLB
Investigator harus memperhatikan:
Prosedur pengambilan sampel
Pengamanan dalam penyimpanan
Pengiriman spesimen
5. Penarikan Kesimpulan

Dengan memperhatikan berbagai


cara dalam menetapkan etiologi
KLB keracunan pangan, maka
kesimpulan etiologi harus
didasarkan pada semua analisis.
Semakin lengkap data yang dapat
ditemukan oleh para investigator
maka semakin tepat etiologi yang
ditetapkan
Identifikasi Sumber Keracunan
Memanfaatkan diagnosis dan masa inkubasi
kasus-kasus KLB
Analisis epidemiologi deskriptif
Pemeriksaan penunjang
Analisis epidemiologi analitik
Hubungan khusus antara kasus dan sumber
keracunan
a. Diagnosis & Masa Inkubasi Kasus KLB

Periode paparan KLB adalah periode waktu sebelum kasus


pertama (A) dikurangi masa inkubasi terpendek penyakit
(A1) sampai dengan kasus terakhir KLB (B) dikurangi masa
inkubasi terpanjang penyakit (B1)
Masa inkubasi
terpanjang penyakit

Periode
Paparan KLB

Masa inkubasi
terpendek penyakit
b. Analisis Epidemiologi Deskriptif

Gambaran epidemiologi KLB deskriptif dapat


ditampilkan menurut karakteristik tempat
dan orang dengan menggunakan bentuk tabel
dan peta.
Langkah pertama identifikasi sumber
keracunan dengan memanfaatkan rate yaitu:
Attack rate
Case Fatality rate
Menurut umur dan jenis kelamin
Tabel
KLB Keracunan Makanan Menurut Umur

Umur Populasi rentan Kasus Meninggal AR (%) CFR (%)


<15 50 5 0 10 0
15-24 2500 600 0 24 0

25-44 1000 50 0 5 0

45+ 100 5 0 5 0
Total 3650 660 0 18 0

Tabel
KLB Keracunan Makanan Menurut Jenis Kelamin
Jns Populasi Kasus Meninggal AR (%) CFR (%)
Kelamin rentan
Pria 1150 220 0 19,1 0
Wanita 2500 440 0 17,2 0
Total 3650 660 0 18,4 0
c. Pemeriksaan Penunjang
Gambaran epidemiologi menurut
karakteristik orang, tempat dan waktu sdh
dapat mengidentifikasi dugaan sumber
keracunan batasan hipotesis dibuktikan
dengan pemeriksaan laboratorium
Rumus :
Hipotesis sumber keracunan terbukti benar
jika racun yang ditemukan pada makanan
adalah sama dengan racun yang didiagnosis
sebagai penyebab KLB.
d. Analsis Epidemiologi
Analitik
Utk mengetahui jenis makanan yang
mengandung bahan beracun, menggunakan
desain analitik.
RR = AR yg makan makanan ttt
AR yg tdk makan makanan ttt

Misalnya: RR(gado-gado) = 10 (2,18)


Artinya :
orang yg makan gado-gado mempunyai resiko
jatuh sakit sebesar 10 kali dibanding resiko orang
yang tidak makan gado-gado, risiko paling rendah
2 kali dan paling tinggi 18 kali.
Tabel
KLB Keracunan Pangan
Makan Tdk Makan
Makanan Pop Kss AR Pop Kss AR RR

Nasi 280 113 40 20 7 35 1.1


(0,6 2,1)
Semur 270 110 40,7 30 10 33,5 1.2
(0,7 2,0)
Daging
Tempe 220 100 45,5 80 20 25,0 1,2
(1,0 2,4)
Keredok 130 115 95,8 170 5 3,0 16,4
(6,9
39,4)
Air 250 100 40 50 20 40 1,00
(0,7 1,5)
Minum
Kerupuk 22 22 100 178 98 55,0 1,4
(1,0 2,0)
Dari tabel dapat dilihat :
Makan keredok mempunyai resiko
yang sangat besar dibanding yang
tidak makan keredok.
laboratorium informasi berharga
utk menelusuri lebih jauh kenapa
keredok terdapat racun.
e. Hubungan Khusus antara kasus
dan sumber keracunan

Makanan yang tidak dimakan oleh


korban keracunan
Tamu sebagai korban keracunan
istimewa
Pesta sebagai sumber keracunan
Penjaja makanan sebagai tertuduh
sumber keracunan
PENANGGULANGAN KLB

Penanggulangan KLB meliputi :


Penyelidikan KLB
Pengobatan dan Pencegahan
Surveilans Ketat
1. Penyelidikan KLB

Dimulai saat informasi pertama adanya


kasus keracunan makanan
Tim KLB mendiskusikan dengan dokter atau
petugas kesehatan yg menangani penderita
utk menetapkan deferensial diagnosis
Menyusun tabel gejala
Pemeriksaan laboratorium
Penyelidikan diarahkan dengan penemuan
kasus baru dan kelompok yang rawan
menderita sakit
2. Pengobatan dan
Pencegahan
Tim KLB segera berkoordinasi dengan tim RS
dan klinik yg mengobati penderita dalam
pemilahan kasus berat dan ringan, rujukan
dan pengobatan penderita
Pengobatan dengan mengetahui etiologi
penyakit maka upaya netralisasi racun dan
tindakan spesifik dapat dilakukan.
Utk menghindari korban berikutnya,
makanan yang diduga mengandung racun
disimpan.
Jika sdh diketahui penyebabnya, maka
makanan yang tdk mengandung racun harus
segera diinformasikan kepada pemiliknya.
3. Survei ketat

Diarahkan perkembangan KLB menurut


orang, tempat dan waktu dan efektifitas
pengobatan dan upaya pencegahan adanya
korban baru
Bila tdk ada korban baru, berarti sumber
makanan beracun tdk memapari orang lagi
dan KLB dapat dinyatakan berakhir.
Apabila kurva KLB cenderung turun secara
konsisten, maka disimpulkan penularan
telah berhenti, tetapi kasus baru
diperkirakan masih muncul sampai masa
inkubasi terpanjang telah tercapai.

Вам также может понравиться