Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
JUNINGTYASTUTI
MATERI
I. PENDAHULUAN
II. VEKTOR
A. DEVINISI
B. PENJUMLAHAN VEKTOR
C. PERKALIAN VEKTOR
III. GERAK LURUS :
A. JARAK, KECEPATAN dan PERCEPATAN
B. GERAK LURUS BERATURAN
C. GERAK LURUS TIDAK BERATURAN
IV. GERAK BENDA DALAM BIDANG DATAR :
A. GERAK PELURU
B. GERAK MELINGKAR
C. BESARAN ANGULAR
EVALUASI
1. Nilai Tugas = 30 %
2. Nilai UTS = 30 %
3. Nilai UAS = 40 %
4 Nilai Akhir = 100 %
I. PENDAHULUAN
1. Pengertian Dasar
Ilmu Pengetahuan yang
FISIKA mempelajari bagian-2 dari alam
dan interaksi dari bagian tsb
A. PENGUKURAN :
Membandingkan suatu besaran dengan
besaran
standar
Fisika termasuk ilmu pengatahuan eksakta
yang
berdasarkan pengukuran
Pengukuran mempunyai batas ketelitian,
baik dari
alat ukur maupun terhadap pengukurnya.
Semakin kecil
perbedaan pengukuran (ketelitian baik),
semakin baik
pengukuran tersebut.
Contoh :
Tabel : Kelipatan Matrik (SI)
2. Satuan Statis :
Satuan dasar : panjang, gaya, waktu
Terdiri dari :
Contoh :
1. Menentukan gaya :
Tabel Satuan SI
TUGAS- I dikumpulkan minggu depan sesuai jadwal kelasnya.
dengan :
arah
* Vektor resultan penjumlahan dari vektor
F. Yang perlu diperhatikan pada Vektor adalah :
Contoh :
2. KOMPONEN VEKTOR
dengan :
= masing-2 merupakan komponen vektor
C. Penjumlahan Vektor
1. Metode Grafik :
Penjumlahan untuk dua vektor
Penjumlahan vektor > dua vektor
3. Metode Segitiga
4. Metode Poligon :
5. Metode Uraian :
Besar vektor R :
Arah vektor R :
D. Perkalian Vektor
A = vektor
k = konstanta
C = vektor
C = A B
dengan :
2. Perkalian silang (cross product)
Dengan :
E. Vektor Satuan :
Koordinat satuan (koordinat tegak) dengan tiga demensi terdiri dari :
- vektor satuan sumbu x = i
- vektor satuan sumbu y = j
- vektor satuan sumbu z = k
dengan :
1. Posisi :
+
Arah
partikel -
2. Kecepatan rata-rata
atau
atau
4.Percepatan sesaat :
5.Percepatan rata-rata :
Dari gambar di atas, kecepatan partikel A = v1 dan kecepatan partikel
dan
B. Gerak Lurus Beraturan
Berdasarkan persaqmaan dv = a dt
Sehingga :
v2 = v1 + a (t2 t1)
Hubungan pergeseran x dengan selang waktu t ,
dan
Yang mana xo dan vo merupakan kondisi awal dari gerak partikel searah
dengan sumbu x. Nilai x, v dan a dapat bertanda positif / negatif, berikut
grafik kecepatan dan pergeseran pergerakan dengan percepatan konstan.
C. GerakLlusrus Berubah Beraturan
1. Gerak Jatuh Bebas
Jika sebuah benda sedang jatuh oleh pengaruh gaya
+ Y
gravitasi bumi, maka benda tersebut dinyatakan dalam
bend
a keadaan jatuh bebas. Besar percepatan jatuh bebas
dinyatakan dalam :
g = 9,8 m/s2 10 m/s2
Jika arah keatas adalah y positif, maka untuk benda
-g
m/s2 jatuh bebas dengan kecepatan awal = nol dinyatakan
X sebagai :
sehingga;
dan
Karena kecepatan arah subu x = tetap, arah y = berubah beraturan, jika :
r = i.x + j.y
x = Vox.t r = (i.Vox + j.Voy).t .g.t2
y = Voy.t .gt2
Nilai x dan Y merupakan koordinat
atau
posisi peluru sebagai fungsi waktu
t = vo sin / g
Waktu yang diperlukan bola sampai di titik B, dengan y = 0, sehingga :
y = voy.t gt2
dengan tB = 2.vo.sin / g
y = 0
Contoh :
4. Gerak Melingkar
Gerak melingkar beraturan adalah suatu gerak dimana besar
kecepatan dan percepatannya konstan dengan arah berubah setiap
saat. Arah kecepatan di suatu titik = arah garis singgung lingkaran
Arah percepatan selalu mengarah ke pusat lingkaran.
Jika sebuah benda bergerak mengelilingi lingkaran dengan jari2 = R,
kecepatan benda = v, panjang busur = s = R., maka :
1. = kecepatan sudut =
= 2..f = rad/detik
2. f = frekuensi = hetz
3. P = T = periode = detik
4. = .t = sudut A-B
5. R = jari-jari = m
6. v = kecepatan = m/det
Apabila kecepatan (posisi sudut) pada setiap saat, menjadi :
Jika pada gerak melingkar beraturan tidak ada percepatan sudut, maka
Tidak ada percepatan tangensial, namun percepatan sentripetal yang
akan merubah arah gerak kecepatan, yang mana nilai = tetap,sehingga
Percepatan total benda/partikel adalah :
Jika gaya centrripetalnya < komponen gaya normal (N) pada arah
sejajar jalan, maka mobil dapat bergerak pada tikungan tanpa
terlempar.
Apabila sudut kemiringan = , maka :
N = N.sin + N.cos.
dengan :
N.sin = m.v2 / r
tg. = v2./ r.g
N.cos. = m.g
menjadi :
N sin. + N.s = m.v2 / r
dan
N.cos. = m.g
NA - mg = F
NA = mg + m.vA2 / r
Pada titik B, karena arah gaya gravitasi
kebawah dan arah gaya tekan keluar,
maka gaya centripetal = negatif, sehingga
benda pada titik B akan jatuh.
Pada titik C = titik teratas
F = m.a = m.vA2 / r
NC + mg = F
NC = - mg + m.vA2 / r
Pada titik D = titik sebarang
F = m.a = m.vA2 / r
ND - mg.cos. = m.vA2 / r
ND = mg.cos. + m.vA2 / r
T.cos
l
T.sin
r
m.g
4.3 Gerak Relatif
Gerak Relatif merupakan perpaduan 2 buah gerak lurus beraturan
Misal : sebuah kapal laut bergerak dengan kecepatan v1, di atas kapal
s2 = v2.t
Diagram gerak relatif v1 dan v2
F = m.a
B. HUKUM NEWTON
p = momentum
Jadi :
Gaya adalah perubahan momentum per satuan waktu
Masa adalah ukuran dari inersia, berarti dua benda m1 > m2
diberi gaya F yang sama a1 < a2
Dengan gaya yang sama, masa (inersia) yang lebih besar
mendapatkan percepatan yang lebih kecil
Hukum ini berlaku pada gerak pusat masa
B.3. Hukum Newton III berlaku untuk dua sistem
Jika suatu benda mengerjakan gaya pada benda lain, maka benda yang kedua
ini mengerjakan gaya pada benda yang pertama yang besarnya = gaya yang
diterima tapi arahnya berlawanan arah.
Atau dapat dinyatakan bahwa :
yang mana :
Faksi = gaya yang bekerja pada benda
tarikan benda ) WR = - W
Karena besar percepatan benda = bumi seperti
halnya gaya W, maka dianggap bumi = tetap/diam
C. MACAM GAYA
Jika bidang benda sentuh tidak licin, maka gaya kontak mempunyai komponen
sepanjang bidang sentuh disebut gaya gesek statik
Jika bidang sentuh licin yang menyebabkan benda dalam keadaan bergerak
disebut gaya gesek dinamik.
Gaya gesek statik mempunyai batas maks.
yang sebanding dengan gaya normal N
dan konstanta perbandingan s, besar
koefisien gesek statis dinyatakan :
Fsmax = s. N
C.4. Gaya Tegang Tali
Gaya tegangan tali disebut juga sebagai tegaangan tali, yaitu gaya yang bekerja
pada ujung-ujung tali karena tali tersebut tegang.
Jika tali dianggap ringan, maka gaya tegangan tali pada kedua ujung tali yang
sama dianggap sama besarnya.
D. MOMEN INERSIA
Inersia adalah kecenderungan suatu benda untuk tetap diam atau tetap
bergerak lurus dengan kecepatan tetap bergerak lurus beraturan.
Hukum Newton I juga disebut sebagai Hukum Inersia, dan berlaku pada
suatu kerangka inersia.
Kerangka inersia didefinisikan sebagai suatu kerangka acuan yang tidak
dipercepat. Kerangka inersia dapat berupa kerangka diam atau kerangka yang
bergerak beraturan dengan kecepatan tetap.
Contoh :
Karena bumi = kerangka inersia dan kereta api = kerangka inersia, maka
gaya ataupun percepatan yang dialami oleh suatu benda yang dilihat dan
yang dialami oleh seseorang tersebut adalah sama besar.
E. MASSA
Massa inersia atau lebih dikenal dengan massa didefinisikan sebagai ukuran
inersia dan tidak tergantung pada tempat.
Massa suatu benda menunjukkan berapa besar kecenderungan suatu benda
untuk tetap diam atau bergerak lurus beraturan. Sataun SI massa = kg
Lebih sulit mempercepat benda yang bermassa besar, jika dibandingkan dengan
benda yang bermassa kecil.
Contoh :
Jika suatu gaya bekerja pada massa m1 dan percepatan yang dihasilkan =
a1. Kemudian suatu benda yang mempunyai gaya yang sama mempunyai
massa m2, dengan percepatan a2, maka akan diperoleh perbandingan kedua
massa yang merupakan perbandingan terbalik, seperti yang dinyatakan
dalam persamaan :
F. BERAT
Berat adalah gaya yang dilakukan oleh bumi terhadap sebuah benda.
Berat suatu benda adalah resultante gaya gravitasi pada benda itu, akibat
benda-benda di alam semesta ini. Berdasarkan Hukum Newton II, berat
dinyatakan sebagi :
W=mg
Tabel : Satuan Gaya
VI. KESETIMBANGAN
A. SYARAT KESETIMBANGAN
Jika benda dalam kesetimbangan, maka jumlah gaya reesultante = nol, secara
metamatis dinyatakan dalam :
dan
Titik tangkap = r :
Maka :
Mx My Mz
Besar momen gaya M adalah M = |r x F| = F.l.sin = F.L (N.m/ lb.ft)
Efek gaya F merupakan rotasi yang berlawanan dengan rotasi arah putaran
jam terhadap sumbu O diberi tanda positip, sedangkan efek gaya F yang sama
dengan arah jarum terhadap O diberi tanda negatip.
Sehingga pada gambar terjadi :
M1 = + F. L
Gambar berikut, menunjukkan sebuah kopel yang terdiri dari dua gaya F1 dan
Resultante gaya :
F = F1 F2 = 0 F1 = F2
Resultante Kopel thd. O :
C = M
C = F.r . Sin (r = l)
B. GAYA SEBIDANG (Coplanar Forces)
B.1. Gaya-2 Berpotongan gaya-2 yang garis kerjanya berpotongan di satu
titik
Resultante gaya : Arah gaya R :
Syarat benda berada dalam keadaan setimbang terhadap gaya-2 berpotongan :
benda diam dan tetap diam (kesetimbangan statik)
benda bergerak dengan vektor kecepatan yang tetap
(kesetimbangan translasi)
Secara matematik dinyatakan dalam :
.F = 0 atau .Fx = .Fy = 0
B.2. Gaya-2 Sejajar (paralel) gaya-2 yang berpotongan di suatu titik tak
terhingga
Syarat :
Resultante dari gaya-2 sejajar mempunyai arah = gaya-2 tsb
Besarnya = resultante gaya tsb
Besarnya gaya resultante R ini mungkin :
sebuah gaya resultante R yang sejajar dengan sistem
suatu kopel
nol, jika :
atau R.x = Mo
dengan :
Pusat massa m5
m m4
1
m2 m3
s = perpindahan = m
Jika gaya komponen gaya yang melakukan usaha membentuk sudut ,
dengan perpindahan s = m, maka gaya tersebut dapat diuraikan :
Komponen y Fy = F.sin.
W = F x s = (Fy + Fx) x s
Komponen x Fx = F.cos. W = F.s.cos atau W = F.s
Jika gaya-gaya yang bekerja pada benda tersebut adalah gaya berat Fw),
gaya normal (FN) dan gaya gesek (Fs), maka :
W = W1 + W2 + W3 F1 2
dan 1
3
W = F.s.cos
F3
dengan :
W1 = F1.s.cos 1
W2 = F2.s.cos 2
W3 = F3.s.cos 3
2. Transfer energi
3. Kerja
dengan :
Apabila permukaan bumi = potensial nol dan krtinggian > 1000 km, maka
kecepatan gravitaasi dianggap konstan, sehingga akan diperoleh :
Contoh :
Seorang pembalap dan sepeda balapnya mempunyai massa = 100 kg,
bergerak menanjak mendaki sebuah gunung dengan ketinggian 500 m,
kemudian menuruni sebuah lereng sejauh 7500 m.
Tentukan :
a. Besar energi potensial dipuncak gunung dan ditempat pembelap berhenti,
dimana titik acuannya adalah tempat sebelum pembalap menanjak.
b. Perubahan energi potensial ketika pembalap menuruni lereng s/d berhenti.
Jawab :
a.
tarikan
penekanan
Contoh :
matematis dinyatakan :
Dengan :
Contoh :
Jawab :
m = 750 kg
v = 30 m/det
Pada saat mobil direm, maka mobil akan berhenti energi kinetik = 0
F v1 v2
W = (v2)2 (v1)2
P = W / t = F. s/t
P = F.v
Efisiensi = rasio antara daya keluaran dan daya masukan, secara matematik
dinyatakan dalam persamaan :
Efisiensi tidak punya satuan maupun dimensi. Satuan kWh = kilowattjam adalah
Satuan nenergi, bukan satuan daya.
Contoh :
Air terjun dengan ketinggian 50 m, mengalirkan air sebanyak 300.000 kg
per menit. Air terjun ini digunakan untuk memutar generator,menghasikan
Daya sebesar 650 kwatt. Jika g = 10 m/det2.
Tentukan efisiensi dari generator.
Solusi :
Massa air yang jatuh = m = 300.000kg/60 det = 5000 kg/det.
Besar usaha = W = Ep = mgh
W = 5000 kg/set. 10 m/det2 . 50 m = 2.500.000 joule/det.
Nilai W = nilai masukan dari generator dan keluaran generator = 650 kw =
650.1000 joule/det , maka :
Eff. = (650.000 / 2500.000) x 100 % = 26 %
Em = Ek + Ep = konstan
Em = konstan
p = pt po = -15 20 = - 35 kgm/det.
B. IMPULS
Adalah hasil kali antara gaya dan lamanya gaya tersebut bekerja. Secara
matematis dinyatakan dalam :
F (N)
to t = det
t1
Contoh :
Sebuah benda dengan m = 2 kg bergerak lurus beraturan dengan kecepatan
v1 = 20 m/det, tiba-2 ada gaya yang bekerja pada benda tersebut searah dengan
gerak benda sebesar 50 N selama t = 0,2 detik.
Tentukan :
a.Besarnya impuls gaaya pada benda?
b.Momentum benda sebelum dan sesudah dikenai gaaya?
c.Perubahan momentum?
Solusi :
a.Besar Impuls (I) = F. t = 50.0.2 = 10 Ndet
b.Momentum sebelum dikenai gaya = p1
p1 = m.v1 = 2 .20 = 40 kg.m/det.
Momentum setelah dikenai gaya
a = F / m = 50 / 2 = 25 m/det2
v2 = v1 + a.t = 20 + 25.0,2 = 20 + 5 = 25 m/det
Jumlah momentum benda sebelum dan setelah tumbukan adalah sama, maka :
pA + pB = pA + pB Hukum Kekalan Momentum
Contoh :
Solusi :
m1 : m2 = 2 : 5 m1 = 2 dan m2 = 5
Setelah benda pecah, kecepatan benda m1 v1 = - 25 m/det
terlempar m m
1 2
Sebelum pecah, momentum p = 0 vo = 0
Setelah pecah, momentum p = m1.v1 + m2.v2
Kekalan momentum p = p
0 = m1.(-v1) + m2.v2
v2 = - m1.(-v1) / m2 v2 = 10 m/det (bergerak kekanan)
E. MACAM-2 TUMBUKAN
Jika nilai pada satu arah yang sama, maka besar koefisien
restitusi (e) :
Contoh :
Jawab :
F. PRINSIP PELUNCURAN ROKET
Akibat pancaran bahan bakar terbakar keluar akan nmendorong roket
meluncur keatasm gaya rata-2 yang dikerjakan gas pada roket disebut
gaya dorong, seperti yang ditunjukkan gambar dibawah.
a). Sebuah roket terbang vertikal mempunyai massa = m dan kecepatan = v
b). Setelah waktu t, bahan bakar keluar = sebanyak dm, kecepatan relatif
terhadap bumi = v, kecepatan relatif terhadap roket = vr, sehingga besar
momentum :
F = p / t t. F = p2 - p1
m
T 2
k
B.4. Ayunan Bandul
Sedangkan pada ayunan bandul sederhana, jika panjang tali =
L
maka periodenya adalah
l
T 2
g
t 0
2 2
T 2
t 0
T 2
t t
2 1 2 1
T
C.2. Kecepatan Gerak Harmonik Sederhana
Untuk benda yg pada saat awal 0 = 0, maka kecepatannya adalah
dy d
v ( A sin t ) A cos t
dt dt
Nilai kecepatan v akan maksimum pada saat cos t = 1, sehingga
kecepatan maksimumnya adalah
v m A
vy A y
2 2
C.3. Percepatan Gerak Harmonik Sederhana
Untuk benda yg pada saat awal 0 = 0, maka percepatannya
adalah
dv d
a ( A cos t ) 2 A sin t 2 y
dt dt
am A 2
Ek 12 kA2 cos 2 t
Jika gesekan diabaikan, energi total atau energi mekanik pada getaran
pegas adalah
EM E p Ek 12 kA2 ( sin 2 t cos 2 t )
EM E p Ek 12 ky 2 12 mv 2 12 kA2
D. GERAK OSILASI HORISONTAL
Osilasi terjadi, apabila suatu sisten mengalami terganggu dan berubah
dari posisi keseimbangannya.
Sifat geraknya adalah periodik (berulang-ulang)
Salah satu gerak osilasi sederhana adalah gerak pegas berikut :
d 2x
F = - kx
F ma kx m
dt 2
d 2x k
a 2
x
dt m
Percepatan berbanding lurus dan arahnya berlawanan dengan
simpangan. Hal ini merupakan karakteristik umum gerak harmonik
sederhana :
d2x k d2x k
2
x 2
x0
dt m dt m
Dari persamaan berikut :
d 2x k
2
x 0 dengan x A sin(t ) ,
dt m
dx
maka : v A cos(t )
dt
d 2x
2
a 2
A sin( t ) 2
x
dt
Sehingga akan diperoleh :
k k
x x 0
2 2
m m
k
m
Kecepatan maksimum = A, terjadi pada saat a = 0
Percepatan maksimum = 2 A, terjadi pada saat v = 0
Dengan :
x = Simpangan
A = Simpangan maksimum/Amplitudo [m]
= Frekuensi sudut [radian/s] = 2 f
= Fasa awal [radian]
t+ = Fasa [radian]
f = Frekuensi [Hertz]
IX, MOMENTUM , IMPULS dan
TUMBUKAN
to t1 t = det
B.2. TUMBUKAN
B,3, Tumbukan dan Hukum Kekalan Momentum
Pada sebuah tumbukan selalu melibatkan dua atau lebih benda.
Misal bola A bergerak mendatar kekanan dengan momentum m A.vA,
Jumlah momentum benda sebelum dan setelah tumbukan adalah sama, maka :
pA + pB = pA + pB Hukum Kekalan Momentum
B.5. HK.KEKELAN MOMENTUM dan ENERGI
m1, u1 m2,u2
m1, v1 m2,v2
e = koefisien ristitusi
X. PERPINDAHAN PANAS
A. PENGERTIAN DASAR
ENERGI YANG
PERPINDAHAN
HILANG
PANAS
(BERUPA PANAS)
dT
q kA
dx
dengan ::
q = Laju perpindahan panas (w)
A = Luas penampang dimana panas mengalir (m2)
dT/dx = Gradien suhu pada penampang, atau laju perubahan suhu T
terhadap jarak dalam arah aliran panas x
k = Konduktivitas thermal bahan (w/moC)
A.2. Perpindahan Panas Konveksi
Adalah transport energi dengan kerja gabungan dari konduksi panas,
penyimpanan, energi dan gerakan mencampur. Proses terjadi pada
permukaan padat (lebih panas atau dingin) terhadap cairan atau gas
(lebih dingin atau panas)
Secara matematik dinyatakan dalam :
.
q = h A (T)
Dimana :
q = A (T14 T24)
Dimana :
= Konstanta Stefan-Boltzman = 5,669 x10- 8
w/m2 k4
A = Luas penampang
T = Temperatur
A.4. Perpindahan Panas Karena Penguapan
Penguapan ( Evaporation), perpindahan panas karena perbedaan lapisan
udara(steck effect) yaitu lapisan udara panas akan terdorong naik oleh
lapisan udaradingin. Gambar berikut menunjukkan efek suhu terhadap
perpindahan panas (Stack Effect)
Radiasi
Penguapan
Radiasi
Konveksi
Konduksi
Contoh Perpindahan Panas
Konduksi
Konveksi
Radiasi
B. KONDISI KEADAAN
TUNAK
B.1. Satu Dimensi
Bilamana konduktivitas thermal bahan tetap, tebal dinding adalah
x, sedang T1 dan T2 adalah suhu permukaan dinding seperti
terlihat pada gambar berikut : T2 T1
q K A A
x A
Profil Suhu T3 T2 T T
q
q K B A KC A 4 3
T1 x B xC
T2 q
T1 T4
q
x A x B xC
x
K A.A K B .A KC .A
x
Gambar.1 : x A xB xC
Konduksi pada bahan Tahanan Thermal
; ;
K A. A K B . A K C . A
B.2. Dua/lebih Dimensi
Berdasarkan Gambar.1, dapat dibuat analogi listriknya, untuk mempermudah
memecahkan soal-soal yang rumit baik yang seri maupun paralel.( Gambar,2)
q
B
F
q q
A C
E RA RB RC
G
D
x A x B x C
K A.A K B .A K C .A
1 2 3 4 5
(a) (b)
Gambar.2 : Analogi Listrik dari Gambar.1
(a) Aliran kalor (b) Analogi listriknya
Suatu silinder panjang dengan jari-jari dalam ri, jari-jari luar ro dan panjang L
Dimana silinder ini mengalami beda suhu Ti To. Untuk silinder yang
panjangnya sangat besar dibandingkan dengan diameternya, dapat
diandaikan bahwa aliran kalor berlangsung menurut arah radial.
dT
q KA
dr
ro
q ri dT
q 2rlK
L
dr
2KL Ti To
q
Ln ro / ri
Dengan kondisi batas : T = Ti pada r = ri ;
T = To pada r = ro
Analogi Listrik untuk silinder - radial
q U 0 . A.Tmenyeluruh
Dimana :
Uo = koefisien perpindahan kalor menyeluruh
A = luas bidang aliran kalor
Tm = beda suhu menyeluruh
persatuan
Tw Tw volume
x
L L
Laju aliran panas yang dibangkitkan disini sama dengan rugi kalor pada
permukaan, dan untuk mendapatkan besar suhu pusat:
qL2
To Tw
2K
Dengan cara yang sama, untuk silinder dengan sumber kalor:
qR 2
To Tw
4K
Laju aliran panas yang dibangkitkan disini sama dengan rugi kalor pada
permukaan, dan untuk mendapatkan besar suhu pusat:
2
qL
To Tw
2K
Demikian halnya untuk silinder dengan sumber kalor:
qR 2
To Tw
4K
Perhatikan sebuah benda dua dimensi yang dibagi atas sejumlah jenjang yang
kecil yang sama pada arah x dan y seperti terlihat pada gambar:
m,n+1
y
x
m,n-1
Jika x =y maka gradien suhu :
T
q k .x.
y
XI. MEKANIKA FLUIDA
ZA
T
1. Padat 4.
Plasma
2. Cair 5. Padat
Plastik
3. Gas
1. Fluida = zat-zat yang mampu
mengalir dan mampu
FLUID menyesuaikan diri dengan bentuk
A wadah tempatnya
2. Sifat tidak menolak terhadap
perubahan
1. Zat cair = Fluida yang non kompresibel
bentuk dan kemampuan untuk
2. Gas = Fluida yang kompresibel
mengalir
3. Tergantung dari kecepatan,
1. Fluida Statik fluida
kerapatan, diam,
gaya dalam
geser, keadaan
kekentalan
setimbangdan ukuran wadah
PLASMA merupakan perubahan dari Zat sebelumnya
dan
B.2. Kemampatan Fluida (K) :.
P=F/A atau P = dF / dA
dengan :
P = tekanan fluida = N/m2 atau Pascal (Pa)
dA = luasan permukaan fluida (m2)
dF = gaya yang dialalmi oleh elemen dA (N)
P = Po + .g.h
dengan :
po = tekanan di permukaan
1 atm = 76 cmHg = 1,015. 105 N/m2
B.7. Tekanan Hidrostatika tekanan yang disebabkan oleh fluida tak
bergerak
Dengan :
Ph = tekanan hidrostatis (N.m2)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
h = kedalamam titik permukaan fluida (m)
dinyatakan dalam :
C. Hukum Archimedes. Tekanan pada suatu titik akan diteruskan
kesemua titik lain secara sama
FA = .V.g
dengan :
FA = gaya ke atas (N)
V = volume fluida yang dipindahkan (m3)
Hk.Archimedes :
Setiap benda yang berada dalam suatu Fluida, maka akan
benda tersebut akan mengalami gaya ke atas, yang disebut
dengan gaya apung sebesar berat air yang dipindahkan
C.1. Gaya Apung
Jika masa jenis benda < masa jenis fluida benda akan mengapung
atau
E. HUKUM STOKES
dengan :
B. Persamaan Bernoulli
Hukum Bernoulli terdiri dari : Tekanan pada fluida, energi kinetik + energi
potansial dan rugi-rugi energi karena gesekan (friction loss).
Swcara matematis Persamaan Bernoulli dinyatakan sebagai :
CUKUP SAMPAI DISINI KULIAH FISIKA DASAR.I