Вы находитесь на странице: 1из 42

7.

KOMPOSISI MAGMA DAN BATUAN


BEKU
MAGMATISME DAN BATUAN BEKU
KOMPOSISI MAGMA DAN BATUAN
BEKU
KOMPONEN VOLATIL DARI MAGMA
MAGMATISME DAN PEMBENTUK
BIJIH
MAGMATISME DAN BATUAN BEKU

Magma adalah bahan asal batuan beku. Menurut Turner & Verhogen
(1960), magma merupakan bahan dari semua batuan yang mobil
yang terjadi secara alamiah dengan komposisi utama larutan silikat.
Lava ialah magma yang mengalir lewat kepundan gunung api
sehingga dapat diamati
Magma banyak yang membeku di bawah permukaan sehingga
hanya dapat diamati hasil/ bentuk akhirnya sebagai batuan beku,
dari mana sifat asal magma dapat diduga.
Magma dicirikan oleh:
- Komposisi silikat dominan
- Temperatur tinggi
- Mobilitas mengalir
Magma merupakan larutan kental, hanya sebagian kecil yang
berupa larutan cair. Berdasarkan origin, magma dibagi menjadi:
Magma primer (asal dari mantel, misalkan granitik, basaltik)
Magma sekunder atau anateksi (batuan) yang berubah menjadi
magma (misalkan granit anateksi)
Menurut DALY :
Granitik menyusun 95% batuan intrusif
Magma (granit, granodiorit)
Primer Basaltik (basalt) menyusun 98% batuan ekstrusif

Untuk batuan basatik 98 % terlalu besar karena dijumpai juga


batuan ekstrusif lain non basaltik yang cukup banyak yaitu riolit dan
dasit.
Ada kecenderungan geolog yang berpendapat bahwa magma
basaltik kemungkinan besar merupakan magma primer tunggal
sebagai asal dari sebagian besar batuan beku. Pendapat tersebut
didukung argumentasi:
Magma basaltik mengalir ke permukaan bumi dengan jumlah besar
dalam waktu geologi.
Batuan basaltik menyusun sebagian besar cekungan samudera
Dari percobaan terlihat diferensiasi magma basaltik dapat
menghasilkan batuan-batuan kimiawi yang bervariasi, sesuai
dengan pengamatan kejadian batuan di alam.
Magmatic Intrusion
KOMPOSISI KIMIAWI MAGMA DAN BATUAN BEKU

Komposisi rata-rata 5159 contoh batuan beku (Clarke &


Washington) sebagai berikut:
SiO2 Al2O3 Fe2O3 FeO MgO CaO Na2O K2O H2O TiO2
59,14% 5,14% 3,08% 3,80% 3,49% 5,08% 3,84% 3,13% 1,15%
1,05%

Oksida yang lain < 0,30%

Data tersebut tidak mewakili komposisi magma primer sebagai asal


dari batuan beku, maupun magma lain. Meskipun begitu, magma
tersusun atas multi elemen dominan ( O, Si, Al, Fe, Mg, Ca, Na, K )
dan elemen-elemen lainnya.

Dari hasil analisis 5000 contoh batuan beku segar oleh Richardson
& Sneesby, terlihat bahwa kadar dominan SiO2 sebesar 52,5% &
73% adalah granit & basalt.
KOMPOSISI MINERALOGI BATUAN BEKU

Ada > 1000 mineral, tetapi yang dijumpai di dalam sebagian besar
batuan beku ( > 99% batuan beku yang ada ) sangat sedikit.

Hanya ada 7 grup mineral yaitu:


Silika, felspar, felspatoid, olivin, piroksin, amfibol dan mika.

Mineral lain yang sering dijumpai meskipun dalam jumlah sedikit


adalah:
Kwarsa felspar piroksin & hornblenda biotit mineral titanium
12% 59,5% 16,8% 3,8% 1,5%
Apatit mineral ikutan
0,6% 5,8%

Komposisi mineralogi dipakai sebagai kriteria dasar dalam membuat


klasifikasi batuan beku
Summary Classification for Igneous Rocks
1. GRUP SILIKA: struktur TEKTOSILIKAT
Di alam ada 7 mineral silika yaitu: kwarsa (termasuk kalsedon), tridimit,
kristobalit, opal, lechatelierit, coesit & stishovit.
Kwarsa & opal : sangat umum dalam batuan beku
Tridimit & kristobalit : dalam batuan volkanik & jarang
Lechatelierit (gelas silika) : jarang
Coesit & stishovit : terbentuk pada p tiba-tiba yang tinggi

Kwarsa, tridimit & kristobalit memiliki kestabilan yang tidak sama


dan menunjukan fenomena enantiotropisme

Pada p atmosferik,
Kwarsa stabil pada t s.d. 8670C
Tridimit stabil pada t 8670 14700C stabil
Kristobalit stabil pada t 14700 17130C
> 17130C larutan silika stabil (fasenya).
Larutan silika yang mengandung air akan membentuk kwarsa pada p >
1400 kg/cm2 dan t 11250C
larutan

kristobalit
T

tridimit

High Quartz

Low Quartz

P
Ke-3 polimorf silika tersusun atas tetrahedral Si-O di mana pada kwarsa
atom-atomnya lebih berdekatan dibandingkan dengan 2 mineral silika
yang lain tersebut (yang lebih terbuka) sehingga kwarsa memiliki d yang
lebih besar.
d d
kwarsa 2,65 tridimit 2,26
kristobalit 2,32 lechatelierit 2,20
Masing-masing dari ke-3 polimorf memiliki modifikasi bentuk high &
low. Perubahan bentuk modifikasi dari high ke low berjalan dengan
cepat pada temperatur transisi dan bersifat bolak-balik. Sedangkan
perubahan polimorf dari satu ke lain bentuk berjalan lambat.
Ada 2 fenomena penting sebagai berikut:
1) Apabila kristalisasi berlangsung dengan cepat (ada gas panas) meskipun
temperatur < 8670, maka kristalobalit dan /atau tridimit bisa mengkristal
walaupun di situ kwarsa berada pada fase stabil.
1) High & low quartz hanya terbentuk pada daerah kestabilan, tidak pernah pada
temperatur yang lebih tinggi.
- high quartz terbentuk pada temperatur > 573 0 dalam batuan beku sebagai
mineral pembentuk batuan
- low quartz terbentuk pada temperatur < 573 0 dalam vein kwarsa &
pegmatit
2, GRUP FELSPAR: struktur TEKTOSILIKAT

Felspar umum dijumpai dalam 2 kelompok:


potasium & barium felspar (alkali felspar) monoklin
sodium & calcium felspar (plagioklas) triklin
Rumus umum felspar adalah :WZ4O8
W = Na, K, Ca, Ba
Z = Si, Al
Perbandingan Si : Al berkisar dari 3 : 1 s.d. 1 : 1
Jarang dijumpai Felspar yang mengandung Ba, sehingga yang dominan
adalah:
KAlSi3O8 (Or)
NaAlSi3O8 (Ab)
CaAl2 Si2O8 (An)
Potash felspar : memiliki perbedaan sifat fisik & optik berangsur dari
Sanidin ---- monoklin ------ dalam batuan volkanik (t >>)
Ortoklas ---- monoklin
Mikroklin ---- triklin dalam batuan metamorf & batuan beku (t<<)
Adularia ---- pada vein hidrotermal temperatur <<
Pada temperatur tinggi terdapat larutan padat yang berkomposisi mulai
dari KAlSi3O8 NaAlSi3O8.
mineral yang lebih potasik disebut soda ortoklas (monoklin)
mineral yang lebih sodik disebut anortoklas (triklin)
Felspar sodi calcic (Plagioklas) ------ triklin dengan isomorf dari albite
sodik ------ anortite calcic :
Na(Si3AlO8) = Ab
Albit ---------------- 0 10 % An -------------- An 0 10
Oligoklas --------- 10 30 % -------------- An 10 30
Andesin ----------- 30 50 % -------------- An 30 50
Labradorit -------- 50 70 % -------------- An 50 70
Bitonit ------------- 70 90 % --------------- An 70 90
Anortit ------------- 90 100 % --------------- An 90 100
Ca(Si2Al2O8) = An
3. GRUP FELSPATOID : struktur TEKTOSILIKAT

Adalah grup alkali-aluminium silikat yang terbentuk dari suatu magma


yang kaya alkali kekurangan silika. Grup ini tidak pernah berasosiasi
dengan kwarsa primer.
Mineral utamanya adalah :
Leucite KAlSi2O6 Sodalit Na8Al6Si6O24(Cl2)
Kaliofilit KAlSiO4 Nosean Na8Al6Si6O24 (SO4)
Kalsilit KAlSiO4 Cancrinit Na8Al6Si6O24 (HCO3)2
Nefelin NaAlSiO4
Felspar berstruktur tektosilikat dan dikelompokan berdasarkan
kesamaan petrografis.
leucit umum ditemukan dalam batuan volkanik, tidak dalam batuan
plutonik
nefelin umum ditemukan dalam batuan volkanik dan plutonik.
4. GRUP PIROKSEN : struktur INOSILIKAT TUNGGAL
Dikelompokan berdasarkan kesamaan sifat kristalografik dan sifat fisik lain, serta
komposisi kimiawinya. Piroksen mengkristal dalam 2 sistem:
ortorombik
monoklin
Rantai tetrahedral Si O yang memiliki ratio 1 : 3 (inosilikat tunggal) paralel
dengan sumbu vertikal kristal dan terikat secara lateral dengan ion logam, sehingga
pada umumnya kristalnya berbentuk prismatik. Jenis Piroksen antara lain adalah:
Enstantit MgSiO3 Piroksen ortorombik
Hiperstene (Mg,Fe)SiO3
Klino Enstantit MgSiO3
Klino Hipersten(Mg,Fe)SiO3 Piroksen monoklin
Diopsid CaMgSi2O6
Hederbergit CaFe2+Si2O6
Augit
Pigeonit
Aegirin NaFe3+Si2O6 Piroksen monoklin
Jadeit NaAl Si2O6
Spodumene LiAl Si2O6
Johannsenit CaMn Si2O6
Piroksen ortorombik yang umum berada dalam batuan beku semua kaya akan Mg
5. GRUP AMFIBOL : struktur INOSILIKAT GANDA
Berstruktur ortorombik dan monoklin, terdapat kesamaan sifat fisik, kristalografi
dan komposisi kimiawi dalam grup ini.
Amfibol memiliki grup paralel dengan piroksen
Perbedaannya adalah: Amfibol memiliki kandungan OH yang cukup dalam
struktur. Ratio Amfibol adalah Si : O = 4 : 11 (inosilikat ganda) sedangkan
Piroksen 1 : 3
Komposisi kimiawi antara senyawa Amfibol dan Piroksen tidak jauh beda,
sehingga yang memiliki komposisi sama disebut polimorf.
Contoh:
MgO SiO2 H2 O
MgSiO3 ( piroksen ) 40,0 60,0
Mg7(Si4O11)2(OH)2 (amfibol) 36,2 61,5 2,3
Jenis Amfibol :
Seri Antofilit: (Mg,Fe)7(Si4O11)2(OH) 2 Mg > Fe ----------------- Ortorombik
Seri Cummingtonit: (Fe,Mg)7(Si4O11)2(OH)2 Fe > Mg
Seri Hornblenda Monoklin
Seri Alkali Amfibol: Na > Ca : Glakofan, Riebeckit, Arfvedsonit
Amfibol diduga lebih banyak terdapat dalam batuan plutonik daripada batuan
volkanik. Adanya OH dalam struktur akibat kristalisasi dengan tekanan atau
mungkin karena komposisi magmanya.
6. GRUP OLIVIN: strukktur NESOSILIKAT

Grup Olivin mengkristal dalam sistem ortorombik :


Forsterit ------------------------ Mg 2SiO4
Fayalit ------------------------- Fe 2SiO4
Tephrait ------------------------ Fe2SiO 4
Olivin --------------------------- (Mg,Fe) 2SiO4
Montcelite ---------------------- CaMgSiO 4
Glaucochroit ------------------- CaMnSiO 4

Grup Olivin memiliki struktur tertutup sehingga d tinggi


Forsterit : 3,22
Enstatit: 3,18
Antofilit: 2,96
Talc: 2,82
7. GRUP MIKA: struktur FILOSILIKAT
Grup Mika memiliki belahan basal sempurna dengan struktur filosilikat.
Beberapa jenis yang berlainan membentuk isomorf. Terdapat 2 anggota grup
yang sering mengkristal bersama dengan posisi paralel :
Biotit dan Muskovit
Muskovit dengan Lepidolit
Jenis Mika:
Muskovit --------------------------- KAl 2(AlSi3O10)(OH)2
Paragonit --------------------------- NaAl2(AlSi3O10)(OH)2
Phlogopit --------------------------- KMg 3(AlSi3O10)(OH)2
Biotit --------------------------- K(Mg,Fe) 3(AlSi3O10)(OH)2
Lepidolit --------------------------- KLi2Al(Si4O10)(OH)2
Jenis mika yang umum terdapat alam batuan beku adalah biotit. Muskovit ada
dalam granit. Lepidolit selain terdapat dalam beberapa granit, terutama ada di
dalam granit pegmatit. Phlogopit kadang-kadang ditemukan dalam batuan yang
kaya Mg, miskin Fe seperti Peridotit tetapi umumnya dalam batuan gamping
malihan dan pegmatit. Paragonit jarang ditemukan, biasanya terdapat dalam
batuan sekis.
Stabilitas:
Phlogopit (dan Biotit) dapat terbentuk langsung dari magma pada t kristalisasi
normal
Muskovit terdapat dalam granit pada p rendah, dengan uap air yang tinggi
dengan kedalaman yang cukup besar
KOMPONEN VOLATIL DARI MAGMA

Magma mengandung bahan volatil dengan jumlah dan komposisi yang


tidak diketahui dengan tepat.
Komponen tersebut tidak dapat ditentukan secara langsung, tetapi
dengan:
Pengamatan material yang diendapkan di dalam fumarol
Percobaan pemanasan batuan beku
Sampling gas pada kepundan (sulit & bahaya)
Hasil dari pengamatan berbagai vulkan menunjukan bahwa H2O selalu
dominan > 80% dari seluruh volume; sementara CO2, H2S, S, SO2,
HCl, dan NH4Cl sering melimpah. Sedangkan HF, N2, H2, CH4, H3BO3
dan CO berjumlah sedikit
MAGMATISME DAN PEMBENTUK BIJIH

Terdapat banyak bukti bahwa berbagai deposit bijih pada umumnya


memiliki hubungan dengan magma. Beberapa bukti berkaitan dengan
asosiasi geologi dari tubuh bijih dengan batuan beku dengan tipe
tertentu/

Contoh: cebakan timah di dalam batuan granit, kadang-kadang


gradasinya dapat ditelusuri dari pegmatit ke vein pembawa bijih
sampai ke vein kwarsa yang tanpa mengandung bijih timah. Contoh
lain ialah adanya pemisahan langsung mineral mineral bijih dari
magma.

Beberapa masalah yang belum terpecahkan dengan baik adalah :


Bagaimana pemisahan bijih dari magma
Bagaimana transportasinya
Bagaimana deposisinya
Selain itu beberapa hal yang perlu diketahui adalah :
Bahan pembentuk bijih meninggalkan magma dalam fase gas
ataukah fase cair
Larutan pembentuk bijih bersifat asam ataukah alkalin
Kondisi t & p

Terdapat beberapa kemungkinan sebagai berikut:


Jika t > t kritis, maka transportasi & deposisi terjadi dalam fase
gas. Tidak dipengaruhi oleh p tinggi.
Jika t < t kritis, maka larutan diendapkan dalam fase cair, hal
ini terjadi pada kedalaman sedang, di mana p > p kritisnya.

Dari magma yang temperaturnya turun, keluar material dalam fase


gas yang akan mengembun menjadi fase cair apabila pendinginan
t < t kritis,
8. KOMPOSISI KIMIA BATUAN
METAMORFISME
METAMORFISME DAN BATUAN
METAMORF
KOMPOSISI KIMIA BATUAN
METAMORF
KESTABILAN MINERAL
PRINSIP FASIES
METASOMATISME DALAM
METAMORFISME
METAMORFISME DAN BATUAN METAMORF
METAMORFISME SEBAGAI PROSES GEOKIMIA

Metamorfisme adalah :
- suatu proses pelapukan yang menyebabkan terjadi rekristalisasi bahan
pembentuk batuan. Secara umum, batuan tetap solid selama
berlangsung metamorfisme. Jika terjadi proses remelting seperti
pembentukan magma maka metamorfisme berubah menjadi
magmatisme
- hasil perubahan temperatur, tekanan dan lingkungan kimiawi dalam
batuan solid
berpengaruh pada kestabilan kimia dan fisika dari sekumpulan
mineral untuk membentuk kesetimbangan baru
akan menghasilkan struktur dan mineral baru di dalam batuan
yang mengalami rekristalisasi sebagian atau rekristalisasi total

Batas antara diagenesis dan metamorf sukar ditentukan. Contohnya


alterasi dari peat antrasit dan akhirnya menjadi grafit adalah proses
metamorfisme. Tetapi batuan-batuan sedimen yang menutupi/
menyertainya hanya mengalami sedikit perubahan saja.
Terjadinya metamorfisme dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu
1. temperatur oleh pengaruh panas magma atau pengaruh kedalaman

hidrostatik (tekanan seragam) : mengubah volume,


menghasilkan struktur non oriented dalam butiran,
2. tekanan membentuk mineral berdensitas tinggi
shear ( tekanan langsung) : mengubah bentuk (distorsi),
menghasilkan struktur paralel atau pelapisan
3. fluida kimia aktif meskipun tidak menambah / mengurangi material
batuan, tetapi penting dalam metamorfisme karena menaikan reaksi
dengan pelarutan dan redeposisi

Fluida kimia aktif antara lain tersusun dari air, CO2, asam boric, asam
hidrofluoric, asam hidrochloric dan senyawa lain, pada umumnya
berasal dari magma
Jika terjadi penambahan / pengurangan bahan / material maka proses
tersebut disebut METASOMATISME
Beberapa tahap metasomatisme dapat / mungkin mengikuti sebagian
besar proses metamorfisme.
The Effect of Pressure

Pressure increases
with depth
Hydrostatic
Stress
Volume decreases
with depth
Flattened Pebbles
Normal vs. Shear Stress: Fabric Development

Original Fabric
Foliations and Lineations
Shearing
Flattening
KOMPOSISI KIMIA BATUAN METAMORF

Pada umumnya batuan metamorf memiliki komposisi kimia bervariasi


Beberapa ciri kimiawi yang dapat digunakan untuk memperkirakan asal
batuan aslinya adalah sebagai berikut :
a) Kelebihan alumina (disebut C)
Bila C > 5 % diduga asalnya adalah batuan sedimen
Bila C >10 % asalnya jelas batuan sedimen
b) K2O > Na2O dikombinasikan dengan Mg2O > CaO ciri batuan
lempungan, terutama yang mengandung mineral Illite dan
Montmorillonite cukup besar.
c) SiO2 berlimpah ( > 80 % ) menunjukan asalnya batupasir atau chert.
Secara umum, metamorfisme cenderung menghasilkan suatu batuan
yang berkomposisi mineral lebih kurang seragam pada daerah yang luas

Rekristalisasi yang terjadi selama proses metamorfisme dapat


menghasilkan segregrasi (pemisahan) mineral-mineral tertentu ke dalam
lensa-lensa atau lapisan-lapisan
Selama proses metamorfisme, komposisi kimia dapat mengalami 2 hal
sebagai berikut :
1. Konstan ( isochemical metamorphism), atau
2. Berubah ( allochemical metamorphism disebut juga metasomatisme),
perpindahan / pemasukan material melalui 3 cara transportasi yaitu :
1) dalam fase gas
2) dalam fase cair
3) berupa migrasi atom atau ion pada batas-batas kristal atau
melewati fase padat

Dari pengamatan lapangan dan percobaan laboratorium terlihat bahwa


metasomatisme pada dasarnya merupakan hasil penambahan atau
perpindahan material dalam fase cair

KOMPOSISI MINERALOGI BATUAN METAMORF


Batuan metamorf memiliki komposisi kimia yang sangat bervariasi
sehingga berpengaruh pada komposisi mineraloginya
Batuan metamorf terbentuk pada temperatur dan tekanan dengan kisaran
yang besar
Pada suatu perubahan sebagian (tidak total), kumpulan mineral yang stabil
pada kondisi (p dan t) tertentu bisa digantikan oleh kumpulan mineral lain
yang stabil pada kondisi (p dan t) yang lain pula. Dalam hal ini mineralogi
batuan metamorf tidak begitu kompleks karena ada beberapa mineral yang
tetap stabil tidak berubah.
Mineral silikat cukup berperan dalam batuan metamorf, yaitu antara lain :
TEKTOSILIKAT : Kwarsa, Feldspar, Albite
FILOSILIKAT : mineral dengan kisi perlapisan ciri batuan metamorf
NESOSILIKAT : Garnet, Epidot, silikat aluminium (Kyanit, Silimanit,
Andalusit)
Peran Al dalam mineral silikat dari batuan metamorf cukup penting. Ada
korelasi tertentu antara tipe koordinasi Al dengan derajad metamorfisme
Mineral-mineral yang mengandung Al koordinasi 4 adalah ciri batuan beku,
hasil metamorfisme termal dan metamorfisme regional berderajad tinggi.
Sedangkan Al koordinasi 6 adalah ciri batuan sedimen, batuan metamorf
berderajad rendah dan menengah.
Selain silikat, mineral-mineral lain yang terbentuk dalam batuan metamorf
pada umumnya berjumlah sedikit sekali. Tetapi ada perkecualian yaitu Kalsit
dan Dolomit yang juga menyusun bagian besar dari beberapa batuan
metamorf yang berkaitan dengan mineral-mineral tersebut.
KESTABILAN MINERAL

Kestabilan adalah suatu sifat yang relatif. Contohnya Kalsit stabil pada t
dan p biasa, namun jika ditetesi HCl akan menjadi tidak stabil. Sehingga
kestabilan ditentukan tidak hanya terhadap p dan t saja tetapi juga
tergantung pada lingkungan kimiawinya. Dengan kata lain kestabilan
suatu mineral dipengaruhi oleh asosiasi mineralogi dan fluida kimia
dalam porositas.

Ada 3 keadaan yang dapat dibedakan yaitu

- Asosiasi mineral stabil : pada kondisi khusus memiliki energi bebas


paling rendah sehingga tdak memiliki kecenderungan untuk berubah
- Assosiasi mineral metastabil : memiliki energi bebas > energi bebas
minimum, tetapi kecepatan perubahan untuk menjadi stabil cukup
lambat sehingga tidak terdeteksi
- Asosiasi mineral tidak stabil : tidak memiliki energi bebas terendah dan
memiliki kecepatan perubahan cukup besar

Dalam hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kestabilan melibatkan 2


faktor independen yakni termodinamika dan kinetika
PRINSIP FASIES

Menurut Eskola, FASIES mineral terdiri dari semua batuan yang terbentuk
pada kondisi t dan p sama yang komposisi kimiawinya membentuk suatu
asosiasi mineral.
Dalam hal ini cara kristalisasinya bisa bervariasi

Kristalisasi magma / larutan / gas


Kristalisasi langsung dari larutan ( kristalisasi primer)
Kristalisasi metamorfik (gradual)

Fasies dikenali dan ditentukan dari adanya mineral kritis atau asosiasi
mineral penciri fasies tersebut yang tidak dijumpai pada fasies yang lain

Beberapa fasies dapat terjadi pada temperatur sebagai berikut (estimasi) :


Fasies diagenesis s/d greenschist : 200o C
Fasies epidot amfibolit : 400 o C
Fasies amfibolit : 500 o C
Fasies granulit : 650 o C
Hydrothermal Summary
Fasies fasies greenschist, epidot amfibolit, amfibolit, dan granulit bisa
disebut fasies normal dari metamorfisme regional yang urutan fasiesnya
mengikuti kenaikan derajad metamorfisme
Fasies fasies eclogit dan glaucophan schist terjadi pada tekanan
tinggi, dicirikan oleh mineral mineral berdensitas tinggi seperti garnet,
jadeite, piroksin, dan lawsonite.

METASOMATISME DALAM METAMORFISME

Adanya proses metasomatisme dibuktikan oleh adanya perbedaan


komposisi kimiawi antara batuan asal dengan batuan akhir yang
dihasilkan

Dari beberapa cebakan bijih terlihat adanya proses metasomatisme yang


terjadi sebelum batuan akhir terbentuk, dimana material bijih
menggantikan sebagian demi sebagian.

Metasomatisme sering mengikuti tahap akhir dari proses magmatisme


ULTRA METAMORFISME

Batuan akan meleleh jika t terus naik selama berlangsung metamorfisme.


Dalam hal ini akan terbentuk suatu magma, dan evolusi geokimia
berikutnya tidak lagi merupakan bagian dari metamorfisme.

Regenerasi magma tidak terjadi pada suatu t dan p terbatas, tetapi berupa
suatu kisaran di mana bisa saja prosesnya tidak selesai dan berhenti
pada suatu tahap sehingga menghasilkan batuan batuan campuran
dengan ciri campuran antara batuan beku dan batuan metamorf.

Proses tersebut dapat dianggap kebalikan dari proses kristalisasi


magmatik

Pada kondisi ultrametamorfik, sebagian besar magma akan terbentuk


lewat regenerasi yang hasilnya menyerupai batuan granitik

Pada umumnya, tekanan langsung yang terjadi selama rekristalisasi akan


menghasilkan GNEIS tetapi jika p langsung itu lemah atau tidak ada maka
akan terbentuk granit biasa.
Jadi granit dapat dihasilkan dalam beberapa cara :

kristalisasi magma
kristalisasi pelelehan batuan asal
rekristalisasi tanpa peleburan batuan asal

Вам также может понравиться