Вы находитесь на странице: 1из 72

ANALISIS KUANTITATIF

Kelompok 2
1. Denti Suastika Sari (15030194020)
2. Ellyana Firdaus (15030194030)
3. Siti Nur Latifah (15030194038)
4. Khoirotus Saadah (15030194056)
5. Dwi Retno Wulandari (15030194054)
6. Ade Tiyas Widyawati (15030194096)

PKB 2015
ANALISIS GRAVIMETRIK

PENYIAPAN
PENGERTIAN SAMPEL SIAP
UKUR

PENERAPAN ANALISIS /
ANALISIS PENGUKURAN
GRAVIMETRIK

PERHITUNGAN
KADAR
GRAVIMETRI

Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif


suatu zat atau komponen yang telahdiketahui dengan murni
setelah memalui proses pemisahan. Gravimetri adalah
proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau
senyawa tertentu
Analisis gravimetri dapat berlangsung baik, jika persyaratan dapat
terpenuhi:

1. Komponen yang ditentukan harus dapat mengendap secara


sempurna(sisa analit yang tertingggal dalam larutan harus cukup
kecil, sehingga dapat diabaikan), endapan yang dihasilkan stabil
dan sukar larut.
2. Endapan yang terbentuk haus dapat dipisahkan dengan mudah dari
larutan (dengan penyaringan)
3. Endapan yang di timbang harus mempunyai susunan stoikiometrik
tertentu (dapat diubah menjadi sistem senyawa tertentu) dan harus
bersifat murni atau dapat dimurnikan lebih lanjut (Vogel,1990)
Penyiapan Sampel Siap Ukur
Sampel yang dianalisis berbentuk padat. Maka
harus dilarutkan terlebih dahulu.

Adapun untuk melarutkan sampel dapat dilakukan


dengan cara :
1. Pengolahan dengan asam klorida, nitrat, sulfat,
atau perklorat
2. Pelelehan bersama fluks atau atau basa diikuti
dengan pengolahan air atau suatu asam.
Analisis / Pengukuran
1. Tahapan Analisis
2. Kondisi Pengendapan
3. Proses Pengendapan
A. Tahapan Analisis
Tahapan yaang dilakukan dalam analisis gravimatrikk dengan cara
pengendapan adalah:

1. Pembentukan endapan
Dibentuk dengan menambahkan reagensia berlebih pada temperatur dan
pH tertentu agar semua unsur / senyawa dapat mengendap sempurna.

2. Digest (menumbuhkan kristal endapan).


Untuk menyempurnakan endapan dengan membiarkan endapan dalam
penangas air selama beberapa menit.

3. Penyaringan, pecucian, dan pengeringan / pemijaran endapan


sampai diperoleh berat konstan.

4. Penimbangan endapan

5. Perhituangan kuantitas analit dalam sampel.


B. Kondisi pengendapan
Kondisi yang diperlukan untuk dapat mengendapkan analit
menggunakan pereaksi tertentu adalah
1) Pengendapan harus dilakukan dalam larutan encer dengan
memperhatikan kelaruta endapan, waktu yang diperlukan
untuk pengendapan, dan perlakuan-perlakuan yang harus
dilakukan setelah pengendapan. Hal ini dapat meminimalkan
kesalahan akibat kopresipitasi.
2) Pereaksi harus dicampurkan secaa perlahan-lahan sampil
dilakukan pengadukan terus-menerus agar dapat memperoleh
endapan kristalin yang berukuran besar, sehingga mudah
disaring.
3) Endapan kristalin harus dicerna dalam pengangas air. Proses
ini dapat mengurangi efek kopresipitasi dan menghasilkan
endapan yang lebih mudah disaring.
4) Endapan harus dicuci dengan elektrolit yang sesuai
dan encer.
5) Apabila endapan yang dihasilkan ternyata masih
terkontaminasi akibat kopresipitasi ataupun sebab
lainnya, maka kesalahan dapat dikurangi dengan
melarutkannya kembali menggunakan pelarut yang
sesuai. Larutan yang dihasilkan selnjutnya
diendapkan kembali.
c. Proses pengendapan
Pada prinsipnya endapan terjadi melalui dua
proses:
1.Terbentuknya sejumlah partikel- partikel
kecil(1-100 nm) yang disebut inti.
2.Inti yang terbentuk tersebut semakin besar
ukurannya dan mengendap ke dasar wadah.
Besar kecilnya ukuran partikel tergantung
pada laju relatif dari suatu proses diatas, yaitu
pembentukan inti dan pertumbuhan inti.
Ukuran partikel
Endapan yang dapat disaring harus memiliki ukuran partikel yang
cukup besar
Ion-ion dalam Partikel koloid Endapan kristalin

larutan -7 10-4 cm(
10 - 10-4 cm(
10-8 cm()
Von Weimarn menemukan bahwa ukuran partikel endapan
berbanding terbalik dengan kelewatjenuhan relatif dari larutan
RELATIVE SUPERSATURATION= (Q S)/S
Dimana:
Q = konsentrasi spesi
S = kesetimbangan kelarutan
RSS dapat digunakan untuk memperkirakan/ mengontrol endapan
yang terbentuk
Jika RSS >> endapan berbentuk koloid
Jika RSS << endapan berbentuk kristalin
Perhitungan Kadar Dalam Analisis Gravimetri
Penentuan massa dan kadar analit dalam analisis gravimetri dilakukan
berdasarkan massa endapan yang ditimbang. Persentase massa analit (%A)
adalah:
%A=

Cara lain yang dapat dilakakukan dengan menggunakan faktor gravimetri,


yaitu berapa gram analit yang terdapat dalam setiap gram endapan.
Massa analit A = Massa Endapan (E) x faktor gravimetri
sehingga,
%A =

dimana,

Faktor gravimetri =

Meskipun faktor gravimetri dapat dilakukan untuk menentukan kadar analit,


namun tetap harus menyelesaikan dan menyetarakan persamaan reaksi kimia yang
Contoh soal:
Anda menimbang sampel insektisida dengan massa
1,6270 g untuk menentukan kadar arsen (III) oksida secara
gravimetri. Sampel tersebut direaksikan dengan asam nitrat
untuk mengoksidasi arsen (III) oksida menjadi asam
arsenat(H3AsO4). Larutan ini selanjutnya diendapkan
sebagai MgNH4AsO4 dengan menambahkan larutan NH4Cl
dan MgCl2. Endapan yang terjadi dipijarkan kemudian
ditimbang sebagai Mg2As2O7 dengan berat konstan 106,5
mg. Berapa persentase(% massa) arsen (III)oksida dalam
sampel tersebut berdasarkan hasil analisis! (Diketahui Ar
Mg = 24,30; As = 74,92; O=16,00)
Penyelesaian:
Diketahui : massa sampel insektisida = 1,6270 g
massa endapan yang dihasilkan= 106,5 mg
Mr As2O3=197,84 dan Mr Mg2As2O7=310,44
Ditanya : % massa arsen (III) oksida?
Jawab:
Persamaan reaksi
As2O3(s) + 4HNO3(aq)+H2O(l)2H3AsO4(aq)+4 NO2(aq)
2H3AsO4(aq)+ 2NH4Cl(aq)+ 2MgCl2(aq)2MgNH4AsO4 (s)
+6HCl(aq)
2MgNH4AsO4 (s) Mg2As2O7(s)+ 2NH3(g)+ H2O(g)
dipijarkan

Mol As2O3=mol Mg2As2O7


Jadi % massa As2O3 dalam insektisida adalah 4,17 %
Daftar Unsur yang dapat di analisis secara gravimetri
Zat yang Pereaksi Endapan Warna Zat yang Warna zat Matrik
dianalisis pengendap yang endapan ditimbang yang pengganggu
dihasilkan ditimbang
Fe NH4OH Fe(OH)3 coklat Fe2O3 merah Al, Ti, Cr
Al NH4OH Al(OH)3 Putih Al2O3 Coklat Fe, Ti, Cr
Asam Al(OH)3 kuning Al(OX)3 kuning Banyak,
Oksalat kecuali Mg
dalam larutan
asam

Ba K2CrO4 BaCrO4 kuning BaCrO4 kuning Pb


SO42- BaCl2 BaSO4 putih BaSO4 putih NO3-, PO43-,
ClO3-
Cl- AgNO3 AgCl putih AgCl putih Br-, I-, SCN-,
CN-
Ag HCl AgCl putih AgCl Putih Hg(I)
PO43- NH4OH+ MgNH4PO4 Mg2P2O7 Abu-abu C2O42-, K+
MgCl2
Ni DMG Ni(DMG)2 Merah bata Ni(DMG)2 Merah bata Pd

OX= 8-hidroksikuinolin DMG = dimetilglioksim


Kesalahan- kesalahan dalam analisis gravimetri

1. Cara yang tidak tepat (kadar endapan terlalu kecil)


dan penyiapan sampel yang tidak tepat karena
sampel tercemar
2. Pelarutan komponen yang dicari kurang sempurna
3. Bahan pengganggu tidak hilang seluruhnya atau
kompnen lain yang dicari hilang
4. Pemijaran dan pengeringan endapan dimana
penimbangan belum tepat, ada penguraian
endapan karena pemijaran, kerusakan pada wadah
pemijaran, serta penyerapan H2O.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1. Penambahan perekasi pengendap
2. Pembentukan Endapan
3. Peptisasi
4. Kontaminasi Endapan
5. Penyaringan Endapan
6. Pencucian Endapan
7. Pengeringan dan Pemijaran
ANALISIS TITRIMETRIK
SYARAT
LARUTAN TITIK
ANALISIS
BAKU EKUIVALEN
TITRIMETRIK

MACAM
MACAM
TITIK AKHIR
INDIKATOR ANALISIS
TITRASI
TITRIMETRI
K
ANALISIS TITRIMETRIK

Analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan


menentukan volume larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya (larutan standar) yang ada di
dalam buret dan bertindak sebagai titran yang
diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif
dengan larutan sampel (analit) sampai reaksi tepat
bereaksi secara sempurna.
Larutan Standar
Larutan yang bobot nya diketahui dalam volume
tertentu.

Bobot larutan standar dilambangkan M. Menunjukan


konsentrasi normalitas dengan satuan mol/dm3 . Mol
dapat disebutkan ekuivalen.

Jadi dapat dituliskan:


VA x normalitasA =
maka
Normalitas = VB x normalitasB
Syarat zat zat standar primer

Zat mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan, dan


dipetahankan dalam keadaan murni.
Zat stabil, tidak berubah dalam udara saat penimbangan.
(dimaksudkan agar komposisi tak berubah saat penyimpanan.
Zat dapat diuji terhadap zat pengotor dengan uji yang
kepekaannya diketahui
Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi agar sesatan
penimbangan dapat diabaikan.
Zat mudah larut untuk kondisi saat zat tersebut digunakan.
Reaksi larutan standart harus stoikiometri dan praktis sekejap.

Namun meskipun begitu, pada kenyataan nya larutan primer yang


sesuai dengan semua syarat (ideal) sulit untuk diperoleh.
Suatu reaksi dapat digunakan dalam Analisis
titrimetrik jika memenuhi syarat sebagai
berikut :
1. Reaksi harus sesuai persamaan reaksi stoikiometri
atau ekuivalen.
2. Reaksi praktis yang berjalan sekejap dan cepat.
3. Reaksi harus benar benar selesai pada titik
ekuivalensi.
4. Adanya perubahan sifat fisika / kimia pada saat titik
ekuivalen.
5. Tersedianya indikator untuk mendeteksi titik
ekuivalen yang perubahan nya dapat diamati secara
visual. Indikator juga bisa digantikan dengan
berbagai metode titrasi intrumental.
Titik ekuivalen

Merupakan titik yang menunjukkan keadaan


dimana reaksi tepat lengkap atau jumlah ekuivalen
larutan standar sama dengan jumlah ekuivalen
larutan sampel. ( disebut juga sebagai titik akhir
teoritis).
Titik Akhir Titrasi

Merupakan titik yang menunjukan keadaan dimana


kegiatan titrasi harus dihentikan disebabkan volume
larutan standar yang diteteskan (bereaksi dengan larutan
sampel) sudah berlebih dan ditandai dengan perubahan
pada larutan campuran, berupa perubahan warna atau
endapan yang dibantu dengan adanya indikator. Pada
metode analisis titrimetrik diharapkan titik akhir titrasi
sedekat mungkin dengan titik ekuivalen. Namun pada
kenyataannya, terjadi perbedaan antara titik akhir titrasi
dengan titik ekuivalen. Keadaan ini disebut sesatan
(error) titrasi.
Indikator

Merupakan reagensia pembantu yang mendeteksi


terjadinya kelebihan volume larutan standar
(titran) dengan mengalami perubahan warna.
Indikator harus dengan tajam menetapkan titik
akhir titrasi. Untuk mengurai besar kemungkinan
terjadinya sesatan titrasi, pemilihan indikator
harus tepat.
Macam Macam Metode Analisis
Titrimetrik

1. Titrasi Penetralan, atau asidimetri (asam


standar) dan alkalimeter (basa standar)
2. Titrasi Pengendapan (Argentometri)
3. Titrasi Pembentukan Kompleks
4. Titrasi Reduksi - Oksidasi
TITRASI PENETRALAN
ASAM BASA
(ASIDI ALKALIMETER)

Titrasi Asam-Basa merupakan suatu metode


untuk menetapkan kadar suatu zat (asam
atau basa) berdasarkan atas reaksi Asam-
Basa.
Asidimetri : Titrasi asam-basa dimana yang
bertindak sebagai larutan standar adalah asam
kuat.

Alkalimetri : Titrasi asam-basa dimana yang


bertindak sebagai larutan standar adalah basa
kuat.
Indikator Asam-Basa
Digunakan untuk mengetahui titik setara/ekivalen.
Merupakan senyawa organik alami atau sintesis
yang berwarna dan bersifat asam/basa yang dalam
rentang pH tertentu akan mengalami perubahan
warna.
Kekuatan asam basa indikatornya harus lebih lemah
dari kekuatan asam dan basa larutan yang dititrasi.
Perbedaan warna indikator berkaitan dengan
disosiasi asam basanya.
Terdapat 5 jenis titrasi asam-basa :

Titrasi Asam kuat dengan Basa kuat


Titrasi Asam lemah dengan Basa kuat
Titrasi Asam kuat dengan Basa lemah
Asam kuat dengan garam dari asam lemah
Basa kuat dengan garam dari basa lemah
Asam kuat - Basa kuat
- Asam kuat : HCl
- Basa kuat : NaOH

Persamaan Reaksi :
HCl+NaOH NaCl + H2O

Reaksi ionnya :
H+ + OH- H2O
Titrasi Asam Lemah-Basa Kuat

contoh :
-Asam lemah : CH3COOH
-Basa kuat : NaOH

Persamaan Reaksi :
CH3COOH+NaOHNaCH3COO
+ H2O

Reaksi ionnya :
H+ + OH- H2O
Titrasi Asam Kuat-Basa Lemah

contoh :
-Asam kuat : HCl
-Basa lemah : NH4OH

Persamaan Reaksi :
HCl + NH4OH NH4Cl +
H 2O

Reaksi ionnya :
H+ + NH4OH H2O + NH4+
Titrasi Asam Kuat-Garam dari
Asam Lemah
contoh :
- Asam kuat : HCl
- Garam dari asam lemah : NH4BO2

Persamaan Reaksi :
HCl + NH4BO2 HBO2 + NH4Cl

Reaksi ionnya :
H+ + BO2- HBO2
Titrasi Basa Kuat-Garam dari
Basa Lemah
contoh :
- Basa kuat : NaOH
- Garam dari basa lemah : CH3COONH4

Persamaan Reaksi :
NaOH + CH3COONH4 CH3COONa +
NH4OH

Reaksi ionnya :
OH- + NH4- NH4OH
Contoh :
Titrasi Asam kuat (analit) dengan Basa kuat (titran)
Perhitungan pH untuk titrasi asam kuat dengan basa kuat yaitu:
1. pH mula mula : Konsentrasi Analit ,
pH = -log [H3O+]. pH<7

2. pH sebelum Titik Ekivalent : mol asam kuat > mol basa kuat, pH<7
[H3O+]= (mol Asam kuat mol basa kuat)/ Volume total

3. pH Titik Ekivalent : mol asam kuat = mol basa kuat ; pH = 7


[H3O+]= (mol asam kuat)/Vol. total atau
[OH-]=(mol basa kuat)/Vol.total

4. pH setelah Titik Ekivalent : mol asam kuat < mol basa kuat. pH>7
[OH-]= (mol basa kuat mol asam kuat ) / volume total
TITRASI
ARGENTOMETRI
(TITRASI PENGENDAPAN)

Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang


berarti perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara
untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang
dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah
lama dikenal adalah melibatkan reaksi pengendapan
antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+.

Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari


kelarutan endapan yang terbentuk dari reaksi antara
analit dan titrant. Endapan dengan kelarutan yang kecil
akan menghasilkan kurva titrasi argentometri yang
memiliki kecuraman yang tinggi sehingga titik ekuivalen
mudah ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan
rendah akan menghasilkan kurva titrasi yang landai
sehingga titik ekuivalen agak sulit ditentukan.
Ada 4 daerah perhitungan pX untuk titrasi
pengendapan yaitu:
1)pX sebelum penambahan titran (keadaan
awal) ditentukan dari konsentrasi analit.

2)pX sebelum Titik Ekivalen ditentukan dari


setelah penambahan titrant tetapi belum mencapai
ekivalen dgn analit.

3)pX Titik Ekivalen ditentukan saat titik ekivalen


tercapai.

4)pX setelah Titik Ekivalen ditentukan setelah


kelebihan titrant setelah mencapai titik ekivalent.
Kurva Titrasi Argentometri (Pengendapan)
Kurva Titrasi Argentometri
analog kurva titrasi reaksi
asam basa. Perbedaannya
hasil kelarutan endapan
disubstitusikan ke dalam
harga Ksp nya.
Istilah yang digunakan adalah
pX (pAg atau pCl). Karna
itulah kurva titrasi
argentometri dapat dibuat
dengan plot pX vs volume
larutan titran (zat pengendap)
Jenis Titrasi Argentometri
(Pengendapan)

Metode Metode Metode


Mohr Volhard Fajans
Jenis Titrasi Argentometri (Pengendapan)
1) Metode Mohr
Metode Mohr merupakan titrasi larutan analit dengan
larutan mengandung ion perak sebagai larutan standar
menggunakan indikator kalium kromat untuk
menentukan titik akhir titrasi

Reaksi : Ag+ berlebih + Cl- AgCl (putih) + Ag+sisa


Ag+sisa + CrO4= Ag2CrO4 (merah bata)
Ksp Ag2CrO4= 1,7x1012
Berdasarkan data Ksp di atas, manakah yang terbentuk
pertama kali, endapan AgCl atau Ag2CrO4?
Berdasarkan data Ksp tersebut, maka kita dapat
menghitungkelarutan dari AgCl dan Ag2CrO4 yaitu:
AgCl Ag+(aq)+Cl-(aq)
Misal kelarutan AgCl= s mol/L,maka [Ag+]=[Cl-]=s
mol/L
Sehingga:
1,8x10-10 = (s)(s)
s=1,3 x 10-5 mol/L
Ag2CrO4(s) 2Ag+(aq)+CrO42-(aq)

Misal kelarutan Ag2CrO4 = s mol/L, maka [Ag+]=2s mol/L,


dan[CrO42-]= s mol/L,
Sehingga:
Ksp =[Ag+][CrO42-]
1,7x10-12=(2s)(s)
s3= (1,7x10-12)/4
s=7,5 x 10-5 mol/L

Oleh karena itu AgCl lebih kecil daripada kelarutanAg 2CrO4


maka yang mengendap lebih dulu adalah AgCl. Setelah semua
ion klorida terendapkan , maka kelebihan ion Ag + akan bereaksi
dengan indicator kalium kromat membentuk endapan Ag 2CrO4
yang berwarna coklat kemerahan.
Konsentrasi ion perak pada titik ekuivalen
ditentukan oleh harga Ksp AgCl, yaitu:

Dengan demikian konsentrasi ion kromat yang


diperlukan untuk memperoleh endapan perak kromat
adalah:
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan
titrasi dengan metode Mohr
Titrasi dilakukan dengan kondisi larutan pada pH dengan kisaran 6,5-10
Disebabkan ion kromat adalah basa konjugasi dari asam kromat.
Oleh sebab itu jika pH dibawah 6,5 maka ion kromat akan terprotonasi
sehingga asam kromat akan mendominasi di dalam larutan
Akibatnya dalam larutan yang bersifat sagat asam
Konsentrasi ion kromat akan terlalu kecil untuk memungkinkan terjadinya
endapan Ag2CrO4
Sehingga hal ini akan berakibat pada sulitnya pendeteksian titik akhir
titrasi
Pada pH diatas 10 maka endapan AgOH yang berwarna kecoklatan akan
terbentuk sehingga hal ini akan menghalangi pengamatan titik akhir titrasi.
Analit yang bersifat asam dapat ditambahkan kalsium karbonat agar pH
nya berada pada kisaran pH tersbut atau
dapat juga dilakukan dengan menjenuhkan analit dengan menggunakan
padatan natrium hydrogen karbonat.
Lanjutan..
. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan
titrasi dengan metode Mohr
Pada pH diatas 10 maka endapan AgOH yang berwarna kecoklatan akan
terbentuk sehingga hal ini akan menghalangi pengamatan titik akhir titrasi.
Analit yang bersifat asam dapat ditambahkan kalsium karbonat agar pH
nya berada pada kisaran pH tersbut atau
dapat juga dilakukan dengan menjenuhkan analit dengan menggunakan
padatan natrium hydrogen karbonat.
Karena kelarutan AgCl dan Ag2CrO4 dipengaruhi oleh suhu maka semua
titrasi dilakukan pada temperatur yang sama.
Pengadukan/ pengocokan selama larutan standar ditambahkan sangat
dianjurkan
Karena :
dapat mempermudah pengamatan pencapaian titik akhir titrasi dan
perak kromat yang terbentuk sebelum titik akhir titrasi dicapai dapat
dipecah sehingga terlarut kembali.
Lanjutan..
. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan
titrasi dengan metode Mohr
Konsentrasi ion perak pada saat terjadi titik ekivalen titrasi klorida
ditentukan dari harga Ksp AgCl yaitu:
[Ag+] = (Ksp AgCl)exp1/2 = 1.35 x 10-5 M
Dan konsentrasi ion kromat yang diperlukan untuk inisiasi
terbentukanya endapan perak kromat adalah sebagai berikut
[CrO42-] = Ksp / [Ag+]exp2 = 0,0066 M
untuk mencapai terbentuknya endapan perak kromat maka
konsentrasi ion kromat sejumlah 0,0066 M tersebut harus
ditambahkan
namun konsentrasi ion kromat konsentrasi tsb menyebabkan
terbentuknya warna kuning yang sangat intensif pada larutan analit
sehingga warna perak kromat akan susah sekali untuk diamati
oleh sebab itu sering digunakan konsentrasi dibawah nilai 0,0066
M tersebut ( yakni 0005 -0,01M).
2 Hal sumber kesalahan metoda Mohr

1. Penurunan nilai konsentrasi ion kromat ini akan


menyebebabkan semakin banyaknya ion Ag+ yang
dibutuhkan agar terbentuk endapan Ag2CrO4 pada
saat terjadinya titik akhir titrasi,
2. Tidak mudahnya pengamatan warna Ag2CrO4
diantara warna putih AgCl yang begitu banyak
akan mendorong semakin besarnya jumlah
Ag2CrO4 yang terbentuk.
Jenis Titrasi Argentometri (Pengendapan)
2) Metode Volhard
Menggunakan indikator : larutan standar ion tiosianat (SCN-) dan
Fe(III) atau ion Fe3+
Merupakan titrasi langsung terhadap Ag+ serta merupakan titrasi balik
terhadap ion klorida, bromida, dan iodida .
Larutan AgNO3 ditambahkan dalam jumlah tertentu dan berlebih, dan
kelebihan larutan perak nitrat tersebut dititrasi dengan larutan
standar ion tiosianat (SCN-)
Penambahan ion (SCN-) setelah titik eekuivalen akan bereaksi dengan
indikator Fe(III) membentuk ion kompleks yang berwarna merah
Ketika terbentuk warna merah, maka harus menghentikan titrasi
Lanjutan..
.
Jenis Titrasi Argentometri (Pengendapan)
2) Metode Volhard
Reaksi yang terjadi dalam titrasi Argentometri dengan
metode Volhard
Ag+(aq) berlebih + Cl-(aq) AgCl(s) putih
Ag+(aq) + SCN-(aq) AgSCN(s) putih
Fe3+ (aq) + SCN-(aq) Fe(SCN)2+ kompleks berwarna merah

Titrasi ini disebut sebagai titrasi balik atau titrasi


kembali. Karena perbandingan mol dari reaksi adalah 1:1
semua maka semua hasil diatas dapat langsung dikurangi.
Mol analit ditentukan dari pengurangan jumlah mol perak
yang ditambahkan dengan mol larutan standar tiosianat.

Seperti halnya larutan perak nitrat, maka larutan


tiosianat juga harus distandarisasi terlebih dahulu
menggunakan perak nitrat standar.
Jenis Titrasi Argentometri (Pengendapan)
2) Metode Fajans
Menggunakan indikator adsorbsi. Indikator adsobsi
merupakan senyawa organik yang dapat berubah
warnanya jika teradsobsi pada permukaan endapan.

Semua indikator adsorbsi bersifat ionik, sehingga


dapat teradsorbsi pada permukaan endapan

Keuntungan penggunaan indikator adsorbsi :


1. Memiliki galat yang kecil dalam penentuan titik akhir
titrasi.
2. Perubahan warna pada saat indikator teradsorbsi juga
dapat terlihat dengan jelas
Jenis Titrasi Argentometri (Pengendapan)
2) Metode Fajans
Jenis Indikator Adsorbsi dan Penggunaannya

INDIKATOR TITRASI KONDISI LARUTAN


Fluorescein Cl- dengan Ag+ pH 7-8
Dikolorfluorescein Cl- dengan Ag+

Bromkesol hijau SCN- dengan Ag+ pH4-5


Eosin Br-, I-, SCN- dengan Ag+ pH 2
Metil ungu Ag+ dengan Cl- Larutan asam
Rhodamin 6G Ag+ dengan Cl- HNO3 (0,3 M)
Thorin SO42- dengan Ba2+ pH 1,5-3,5
Bromtimol Biru Hg2+ dengan Cl- Larutan 0,1 M
OktokromI Pb2+ dengan CrO42- Netral, larutan 0,02 M
(Sumber : Christian, 2004)
Jenis Titrasi Argentometri (Pengendapan)
2) Metode Fajans

Reaksi yang terjadi :


1. Sebelum Titik Ekivalen:
Endapan terdapat dalam lingkungan
yang masih ada kelebihan ion X-
endapan menyerap X-. Butiran
endapan bermuatan negatif, akibatnya
ion Fl- (dari indikator) tidak diserap.
Hal ini disebabkan permukaan
endapan masih dikelilingi oleh ion X-
bebas sehingga antara endapan dan Fl-
saling tolak menolak

(AgCl)Cl + Fl- tidak ada adsorbsi


Lanjutan..
.
Jenis Titrasi Argentometri (Pengendapan)
2) Metode Fajans
Reaksi yang terjadi
2. Saat Titik Ekivalen :
Tidak ada kelebihan X-
maupun Ag+ endapan
bersifat netral. Kedua ion
tersebut telah habis bereaksi
Lanjutan..
.
Jenis Titrasi Argentometri (Pengendapan)
2) Metode Fajans
Reaksi yang terjadi
3. Sesudah Titik Ekivalen :
Penambahan sejumlah kecil ion
Ag+ menyebabkan kelebihan Ag+
dalam larutan, sehingga pada
permukaan terdapat ion . Ion Fl-
akan teradsoebsi melalui gaya
elektrolisis pada permukaan
endapan dari indikator akan
diserap. Hal ini mengakibatkan
terjadinya perubahan warna
indikator.
(AgCl)Ag+ + Fl- (AgCl)(Ag+ Fl-)
TITRASI
PENGOMPLEKSAN
Titrasi Pengompleksan

Digunakan Cara-cara
untuk dalam titrasi
menetapkan pengompleks
kadar logam an

Didasarkan
Indikator
pada Kurva
yang
pembentukan titrasi
digunakan
ion kompleks
Penetapan Kadar Logam
Apa itu titrasi pengompleksan?

Tritasi yang didasarkan pada reaksi pembentukan ion


atau senyawa kompleks.

Titrasi pengompleksan digunakan untuk menetapkan


kadar logam dalam suatu sampel. Logam yang dapat
ditentukan antara lain Mg, Zn, Mn, Cd, Hg, Pb, Cu, Al, Fe,
Co, Ca, Ni, Pt, dll.
Pembentukan Ion Kompleks
Apa itu ion kompleks?
Ion yang terbentuk dari suatu kation
tunggal yang terikat langsung pada
beberapa anion atau molekul netral.
Contoh pembentukan kompleks

H2O + HCl H3O+ + Cl


basa asam

Reaksi kompleks = reaksi asam-basa lewis


Ion kompleks terdiri dari:
1. Atom Pusat
2. Ligan

Dalam titrasi pengompleksan atom pusat


berperan sebagai titran. Ligan berperan sebagai
titrat(penitrasi).
Ligan yang biasa digunakan adalah EDTA.
Senyawa ini stabil dan mudah diperoleh dalam
keadaan murni.
Struktur EDTA
Indikator yang digunakan

EBT
Murexide Calmagite
(Eriochrome Black-
T)
pH 8-10 pH 9-11 pH 8,1-
Merah muda - Ungu merah Ungu 12,4 kemerahan
Oranye
Biru biru
Merah
Kurva Titrasi Pengompleksan

Titik akhir titrasi pengompleksan diakhiri dengan


berubahnya warna larutan (menandakan terbentuknya
senyawa kompleks) akibat indikator yang bereaksi dengan
titran yang berlebih.
Cara-cara dalam titrasi pengompleksan
1. Titrasi Langsung
Dilakukan untuk ion-ion yang tidak mengendap pada
pH titrasi, reaksinya berjalan cepat.
Contoh : penentuan untuk ion-ion Mg, Ca, dan Fe.

2. Titrasi Tak Langsung


Dilakukan untuk ion/senyawa yang tidak bereaksi
dengan EDTA.
contoh: Penetapan PO43- yang diendapkan sebagai
MgNH4PO4
3. Titrasi Kembali
titrasi yang digunakan untuk ion-ion logam
yang mengendap pada pH titrasi, reaksinya
berjalan lambat.
Contoh: penentuan ion Ni

4. Titrasi Subtitusi
Dilakukan untuk ion logam yang tidak dapat
berikatan dengan indikator tetapi kompleksnya
dengan EDTA sangat stabil dibandingkan
dengan indikator logam lain yang dapat
berikatan dengan indikator.
Contoh: penentuan ion Ca dan Mg.
TITRASI
REDOKS
IODO/IODIMETRI
IODIMETRI (Secara IODOMETRI (Secara
langsung) tidak langsung)
Merupakan salah satu metode analisis Merupakan salah satu metode analisis
kuantitatif volumetri yang secara kuantitatif volumetri secara
langsung digunakan untuk zat oksidimetri dan reduksimetri melalui
reduktor atau natrium tiosulfat proses titrasi.
dengan menggunakan larutan iodin Dalam hal ini iodide sebagai perediksi
atau dengan penambahan larutan diubah menjadi iodium. Iodium yang
baku berlebihan. Kelebihan iodin terbentuk dititrasi dengan larutan
dititrasi kembali dengan meng- natrium tiosulfat.
gunakan larutan tiosulfat. Pada oksidator ini ditambahkan larutan
KI dan asam sehingga akan terbentuk
Reduktor + I2 2I- iodium yang kemudian dititrasi
Na2S2O3 + I2 NaI + Na2S4O6 dengan Na2S2O3.
Indikator
Reaksi :
Dalam metode Iodo/Iodimetri
H2O2 + KI + HCl I2 + KCl + 2H2O
menggunakan indikator amilum,
hal I ni dikarenakan iodium peka Oksidator + KI I2 + 2e
dengan amilum. I2 + Na2S2O3 NaI + Na2S4O6
Permanganometri

Permanganometri merupakan
Mangan mempunyai bilangan oksidasi
metode analisis berdasarkan
+2, +3+, +4, +6, dan +7.
reaksi oksidasi ion
permanganat.
MnO4 - + e- MnO4 2-
Kalium permanganat
MnO4 - + 4H+ + 3e- MnO2 + 2H2O
merupakan oksidator kuat dan
MnO4 - + 8H+ + 4e- Mn3+ + 4H2O
tidak membutuhkan indikator
MnO4 - + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O
kecuali untuk larutan yang
sangat encer.
Permanganat bereaksi secara
cepat dengan banyak zat
pereduksi berdasarkan reaksi
tersebut, namun ada yang perlu
pemanasan atau penggunaan
katalis untuk mempercepat
reaksi.

Вам также может понравиться