Вы находитесь на странице: 1из 17

REFERAT

GANGGUAN PANIK PENYUSUN:


Pembimbing :
dr. Laila Sylvia Sari, Sp. MUHAMMAD
KJ FA D H I L
(61112037)
BAB I PENDAHULUAN

Gangguan panik adalah yang sekurang-kurangnya terdapat 3


serangan panik dalam waktu 3 minggu dan tidak dalam kondisi
stress berat

Terdapat 3 model fenomenal Gangguan panik :


1. Serangan panik akut
2. Antisipasi kecemasan
3. Menghindari fobia
BAB I PENDAHULUAN

Penelitian epidemiologi telah melaporkan prevalensi


seumur hidup untuk gangguan panik adalah 1,5-5 %
dan untuk serangan panik adalah 3 5.6 %.

Jenis Kelamin wanita 2-3 kali lebih sering terkena


dari pada laki-laki, walaupun kurangnya diagnosis
gangguan panik pada laki-laki mungkin berperan
dalam distribusi yang tidak sama tersebut
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA ETIOLOGI

FAKTOR BIOLOGIS
Riset mengenai dasar biologis
gangguan panik adalah ditemukannya
suatu interpretasi bahwa gejala
gangguan panik terkait dengan
abnormalitas struktur dan fungsi otak.
Diperoleh data bahwa pada otak
pasien dengan gangguan panik,
beberapa neurotransmiter mengalami
gangguan fungsi, yaitu serotonin,
GABA (Gama Amino Butyric Acid), dan
norepinefrin.
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA ETIOLOGI

FAKTOR GENETIK
Pada keturunan pertama pasien
dengan gangguan panik dengan
agorafobia mempunyai risiko 4-8
kali mengalami serangan yang
sama.
Studi kembar yang telah dilakukan
saat ini umumnya melaporkan
bahwa kedua kembar monozigot
lebih mudah terkena bersamaan
daripada kembar dizigot
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA ETIOLOGI

FAKTOR PSIKOSOSIAL
Menurut teori kelekatan (attachment), pasien-
pasien dengan gangguan panik memiliki gaya
kelekatan yang salah.
Perpisahan atau kelekatan sering dipandang
sebagai hal yang menakutkan, antara lain
kehilangan kebebasan maupun kehilangan rasa
aman dan perlindungan.
Kesulitan ini tampak dalam keseharian pasien
yang cenderung menghindari perpisahan, dan
pada saat yang bersamaan juga menghindari
kelekatan yang terlalu intens.
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA

TANDA DAN GEJALA


Gangguan panik terutama ditandai dengan serangan panik
yang berulang. Serangan panik terjadi secara spontan dan
tidak terduga, disertai dengan gejala otonomik, terutama
sistem kardiovaskular dan pernapasan. Serangan sering
dimulai selama 10 menit, kemudian gejala meningkat
dengan cepat. Serangan cemasnya disertai dengan gejala-
gejala yang mirip dengan gangguan jantung, yaitu rasa
nyeri di dada, berdebar-debar, keringat dingin, hingga
merasa seperti tercekik.

Gejala mental yang dirasakan adalah rasa takut yang


hebat, ancaman kematian atau bencana. Pasien bisa
merasa bingung dan sulit berkonsentrasi. Tanda fisik yang
menyertai adalah takikardia, palpitasi, dispnoe, dan
berkeringat. Serangan dapat berlangsung 20-30 menit,
jarang lebih dari 1 jam.
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA

TANDA DAN GEJALA


Pada pemeriksaan status mental saat serangan dijumpai
ruminasi, kesulitan bicara (gagap), dan gangguan memori.
Depresi, derealisasi, dan depersonalisasi dapat dialami saat
serangan.
Fokus perhatian somatik pasien adalah perasaan takut mati
karena masalah jantung atau pernapasan. Pasien sering merasa
hampir-hampir menjadi gila.
Apabila disertai dengan agorafobia, maka pasien akan menolak
untuk meninggalkan rumah ke tempat ramai yang sulit untuk
keluar. Gejala penyerta lainnya adalah depresi, obsesi kompulsif,
dan pemeriksa harus waspada terhadap tendensi bunuh diri.
BAB II. TINJAUAN PPDGJ III F41.0
PUSTAKA Gangguan Panik
(Anxietas Paroksismal
Episodik)
Terjadinya beberapa serangan berat ansietas
otonomik, yang terjadi dalam periode kira-kira satu
bulan.

a. Pada keadaan-keadaan yang sebenarnya secara


objektif tidak ada bahaya;

b. Tidak terbatas hanya pada situasi yang telah diketahui


atau yang dapat diduga sebelumnya;

c. Adanya keadaan relatif bebas gejala ansietas dalam


periode antara serangan-serangan panik (meskipun
lazim terjadi ansietas antipatorik).
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA
DSM-IV-TR Gangguan Panik Tanpa
Agorafobia
BAB II. TINJAUAN PPDGJ III F40.0
PUSTAKA
Agorafobia
a. Gejala psikologis, perilaku, atau otonomik yang timbul harus merupakan
manifestasi primer dari ansietasnya dan bukan sekunder dari gejala-
gejala lain seperti waham atau pikiran obsesif;

b. Ansietas yang timbul harus terbatas pada setidaknya dua dari situasi
berikut: banyak orang/keramaian, bepergian keluar rumah, bepergian
sendiri;

c. Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang


menonjol (penderita menjadi house-bound)
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA
DSM-IV-TR
Agorafobia
a. Ansietas saat berada di tempat atau situasi yang jalan
keluarnya sulit (atau memalukan) atau tidak ada
pertolongan. Rasa takut agorafobik secara khas melibatkan
situasi yang mencakup berada jauh dari rumah sendirian,
berada di keramaian atau mengantri, berada di bawah
jembatan, berjalan-jalan dengan bus, kereta atau mobil;

b. Situasi tersebut dihindari, atau dijalani dengan penderitaan


yang jelas dengan ansietas akan mengalami serangan panik
atau gejala mirip panik, atau membutuhkan adanya teman;

c. Ansietas atau penghindaran fobik tidak disebabkan


gangguan jiwa lain, seperti fobia sosial, fobia spesifik,
gangguan obsesif kompulsif, gangguan stress pasca trauma,
atau gangguan cemas perpisahan.
BAB II. TINJAUAN TATALAKSANA
PUSTAKA SERANGAN
PANIK
1. Terapi oksigen

2. Membaringkan pasien dalam posisi Fowler

3. Memonitor tanda-tanda vital, saturasi oksigen, dan EKG

4. Memeriksa ada tidaknya kelainan lain yang dialami pasien seperti kelainan
kardiopulmoner dan memastikan kalau pasien memang sedang mengalami serangan
panik.

5. Memberikan penjelasan dan motivasi pada pasien kalau semua keluhan yang
dialaminya dapat berkurang jika dia menenangkan diri.

6. Memberikan injeksi lorazepam 0.5 mg IV untuk menenangkan dan mengurangi impuls


tak terkontrol pasien.
TATALAKSANA
FARMAKOTERAPI
GANGGUAN
PANIK
Fluoksetin
Paroksetin
Setralin
SSRI Fluvoksamin
Citalopram
Escitalopram
Imipramin (tofranil, tofranil-PM)
Trisiklik Desipramin (Norpramin)
Clomipramine (Anafranil)

Phenelzine (Nardil)
MAO Inhibitor Tranylcypromine (Parnate)

Lorazepam (Ativan)
Clonazepam (Klonopin)
Benzodiazpine Alprazolam (Xanax, Xanax XR)
Diazepam (Valium, Diastat, Diazepam Intensol)

Serotonin-
Norepinephrine Venlafaxine (Effexor, Effexor XR)
Reuptake Inhibitors
TATALAKSANA
PSIKOTERAPI
GANGGUAN
PANIK
TERAPI RELAKSASI
COGNITIVE
BEHAVIORAL
THERAPY
PSIKOTERAPI
DINAMIK

APLIKASI RELAKSASI

TERAPI KELUARGA

PSIKOTERAPI
BERORIENTASI
TILIKAN
PSIKOTERAPI
KOMBINASI DAN
FARMAKOLOGI
PROGNOSIS

Walaupun gangguan panik merupakan penyakit kronis,


namun penderita dengan fungsi premorbid yang baik
serta durasi serangan yang singkat bertendensi untuk
prognosis yang lebih baik.

Untuk agorafobia, dimana sebagian besar kasusnya


dianggap diakibatkan oleh gangguan panik, sering
membaik seiring waktu ketika gangguan paniknya diobati.
Untuk perbaikan agorafobia yang cepat dan sempurna,
kadang-kadang diindikasikan terapi perilaku

Gangguan depresif dan


ketergantungan alkohol mempersulit
perjalanan gangguan
TERIMA KASIH

Вам также может понравиться