Вы находитесь на странице: 1из 13

SYOK AN

AFILAKTI
K
L a u ma
A
Fahri apasau
L
Fitria Padja
Prilli Rum
a
Arian Mamonto
il a w ati ma
Sus e Is
a n a Od an
K t ia w
Se
Agus at aliya
Hiday i Rahayu
in d i p uj mri
R A la
ah
Hikm

STIKES MUHAMMADIYAH
MANADO
PENDAHULUAN
Secara umum anafilaksis didefinisikan sebagai
rekasi hipersensitivitas sistemik yang serius dan
mengancam jiwa. Anafilaksis mempunyai onset
yang cepat dan memberikan gejala yang
mengancam jiwa pada jalan napas (edema
faring atau laring ),system pernapasan
(bronkospsme dengan takipneu) dan atau pada
sirkulasi (hipotensi dan takikardi). Pada
beberapa kasus terdapat juga manisfestasi
pada kulit dan mukosa.
ana yangberarti balik dan phylaxis yang berarti
perlindungan.

Menurut WHO pada tahun 2003, anafilaksis


adalah reaksi hipersensitivitas generalista atau

DEFINISI
sistemik yang berat dan mengancam
kehidupan.

Anafilaksis sendiri dibagi menjadi tiga, alergi,


non alergi, dan idiopatik. Anafilaksis alergi
terjadi bila diperantarai suatu mekanisme
imunologi, diperantarai IgE, atau diperantarai
antibodi-IgE. Sedangkan anafilaksis non alergi
atau pseudo alergi (atau anafilaktoid )
diperantarai penyebab non imunologi.
Sedangkan anafilaksis idiopatik, yaitu
anafilaksis yang tidak diketahui penyebabnya.
Faktor Predisposisi dan Etiologi
Beberapa faktor yang diduga dapat
meningkatkan risiko anafilaksis adalah sifat
alergen, jalur pemberian obat, riwayat atopi,
dan kesinambungan paparan alergen.
Golongan alergen yang sering menimbulkan
reaksi anafilaksis adalah makanan, obat-
obatan, sengatan serangga, dan lateks.

Sedangkan faktor-faktor yang diduga dapat


meningkatkan risiko anafilaksis antara lain:
1. Atopi
2. Cara dan waktu pemberian
3. Asma
Manifestasi klinis anafilaksis sangat bervariasi.
Secara klinik terdapat 3 tipe dari reaksi

Manifestasi Klinis
anafilaktik, yaitu:

1. Reaksi cepat yang terjadi beberapa menit


sampai 1 jam setelah terpapar dengan
alergen.
2. Reaksi moderat terjadi antara 1 sampai 24
jam setelah terpapar dengan allergen.
3. Reaksi lambat terjadi lebih dari 24 jam
setelah terpapar dengan alergen.
Pemeriksaan laboratorium diperlukan karena
sangat membantu menentukan diagnosis,

Pemeriksaan Penunjang
memantau keadaan awal, dan beberapa
pemeriksaan digunakan untuk memonitor hasil
pengobatan serta mendeteksi komplikasi lanjut.
Pemeriksaan secara invivo dengan uji kulit
untuk mencari alergen penyebab yaitu
denganuji cukit (prick test), uji gores (scratch
test), dan uji intrakutan atau intradermal yang
tunggal atau berseri (skin end-point titration/
SET). Pemeriksaan lainnya antara lain analisa
gas darah, elektrolit, dan gula darah, tes fungsi
hati, tes fungsi ginjal, feses lengkap,
elektrokardiografi, rontgen thorak, dan lain-lain.
Kalau terjadi komplikasi syok anafilaktik setelah
kemasukan alergen baik peroral maupun parenteral,
maka tindakan pertama yang paling penting dilakukan
adalah mengidentifikasi dan menghentikan kontak
dengan alergen yang diduga menyebabkan reaksi

Penatalaksanaan
anafilaksis. Segera baringkan penderita pada alas
yang keras. Kaki diangkat lebih tinggi dari kepala
untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam
usaha memperbaiki curah jantung dan menaikkan
tekanan darah. Tindakan selanjutnya adalah penilaian
airway, breathing, dan circulation dari tahapan
resusitasi jantung paru untuk memberikan kebutuhan
bantuan hidup dasar.
o Airway / penilaian jalan napas.
o Breathing support segera memberikan bantuan
napas buatan
o Circulation support yaitu bila tidak teraba nadi
pada arteri besar lakukan kompresi jantung luar.
Sampai sekarang adrenalin masih merupakan
obat pilihan pertama untuk mengobati syok
anafilaksis. Obat ini berpengaruh untuk

Obat-obatan
meningkatkan tekanan darah, menyempitkan
pembuluh darah, melebarkan bronkus, dan
meningkatkan aktivitas otot jantung. Adrenalin
bekerja sebagai penghambat pelepasan histamin
dan mediator lain yang poten. Pemberian
adrenalin secara intramuskuler pada lengan atas,
paha, ataupun sekitar lesi pada sengatan
serangga merupakan pilihan pertama pada
penatalaksanaan syok anafilaktik.
Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan
pemasangan jalur intravena untuk koreksi
hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang

Terapi Cairan
ekstravaskular sebagai tujuan utama dalam
mengatasi syok anafilaktik. Pemberian cairan
akan meningkatkan tekanan darah dan curah
jantung serta mengatasi asidosis laktat. Pemilihan
jenis cairan antara larutan kristaloid dan koloid
tetap merupakan mengingat terjadinya
peningkatan permeabilitas atau kebocoran
kapiler.
Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana
bila penderita syok anafilaktik dikirim ke rumah
sakit, karena dapat meninggal dalam perjalanan.
Kalau terpaksa dilakukan, maka penanganan
penderita di tempat kejadian harus seoptimal

Observasi
mungkin sesuai dengan fasilitas yang tersedia
dan transportasi penderita harus dikawal oleh
dokter. Posisi waktu dibawa harus tetap dalam
posisi telentang dengan kaki lebih tinggi dari
jantung. Kalau syok sudah teratasi, penderita
jangan cepat-cepat dipulangkan, tetapi harus
diobservasi dulu selama selama 24 jam, 6 jam
berturut-turut tiap 2 jam sampai keadaan fungsi
membaik.
Pencegahan merupakan langkah terpenting
dalam penetalaksanaan syok anafilaktik terutama
yang disebabkan oleh obat-obatan. Melakukan

Pencegahan
anamnesis riwayat alergi penderita dengan
cermat akan sangat membantu menentukan
etiologi dan faktor risiko anafilaksis. Individu yang
mempunyai riwayat penyakit asma dan orang
yang mempunyai riwayat alergi terhadap banyak
obat, mempunyai resiko lebih tinggi terhadap
kemungkinan terjadinya syok anafilaktik.
TERIMA KASIH

Вам также может понравиться