Вы находитесь на странице: 1из 36

KEAMANAN VAKSIN CAMPAK -

RUBELLA
Latar Belakang

Indonesia telah berkomitmen untuk


mencapai eliminasi Campak dan
pengendalian Rubella/Congenital
Rubella Syndrome (CRS) pada tahun
2020
Apakah Campak?
Definisi: penyakit infeksi virus akut,
sangat menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu stadium prodormal, erupsi
dan konvalesens
Manusia tuan rumah satu-satunya

Penyebab : virus campak Myxovirus


Viridae Measles (virus RNA)

Cara penularan : percikan ludah dan


melalui jalan napas.

Komplikasi berat : radang paru, radang


https://jdc325.wordpress.com/2011/04/25/european-immunization-
week/ otak, diare, radang telinga, dehidrasi,
kematian
Gejala Campak?
Gejala :

- Demam
- Batuk, pilek, konjungtivitis (mata merah)
3 C : coryza, cough, conjuctivitis.
(stadium prodormal : 3 5 hr)
- Selanjutnya timbul ruam (bercak keme-
rahan pada muka dan leher, kemudian
menyebar ke tubuh dan tangan serta
kaki. (stadium erupsi)
- Ruam hiperpigmentasi : 7 14 hr
(stadium konvalescens)
BAB 2 4
Bahaya Penyakit Campak

sakit berat kematian


tidak mau makan minum gizi
buruk
diare berat
infeksi paru (pneumonia) kematian
memperberat penyakit Tb paru
radang otak
dapat menimbulkan wabah/KLB
Apakah Rubella?
Definisi: penyakit infeksi virus akut, sangat
menular yang biasanya berupa penyakit ringan
pada anak.

Penyebab : virus Rubella (famili Togaviridae,


genus Rubivirus)

Cara penularan : melalui saluran napas pada


saat batuk atau bersin

Komplikasi berat : bila menulari ibu hamil pada


trimester pertama atau awal kehamilan, dapat
menyebabkan keguguran atau kecacatan pada
bayi yang dilahirkan yang dikenal sebagai
Sindroma Rubella Kongenital atau Congenital
Rubella Syndrome (CRS)
Courtesy of PGPKT
PENYAKIT RUBELLA

Demam dan rash ringan


50% kasus asymptomatic.
Tingkat penularan tinggi, karakteristik
epidemiologi mirip campak
Kekebalan setelah imunisasi seumur
hidup
CONGENITAL RUBELLA SYNDROME (CRS)
Bila Infeksi Rubella terjadi pada wanita hamil terutama pada
trimester pertama dapat berakibat :
Aborsi spontan atau
Berbagai kelainan kongenital :
Retardasi mental,
Kelainanan jantung,
Tuli dan/atau
Gangguan penglihatan seperti katarak congenital.

Tujuan utama Eliminasi Rubella adalah ELIMINASI CRS.


Semua/hampir semua Wanita Usia Subur harus kebal
terhadap rubella.
Gejala Rubella?
Gejala : Bila terjadi pada:
- Demam ringan, Anak sering hanya
- Bercak kemerahan/rash
makulo- menimbulkan gejala demam
papular di kulit terutama di ringan atau bahkan tanpa
wajah, lengan dan kult kepala gejala sehingga sering tidak
- Mirip campak biasa karenanya terlaporkan,
sering disebut campak Jerman, Wanita dewasa sering
- Ruam hanya 2-3 hari dan
hilang menimbulkan arthritis atau
sendiri (disebut campak 3 hari/ arthalgia
three days measle) Wanita hamil terutama
- Pembesaran kelenjar limfe di trimester 1 dapat
belakang telinga, leher belakang
mengakibatkan abortus atau
dan sub oksipital.
bayi lahir dengan CRS
Apakah Congenital Rubella Syndrome (CRS)?

Definisi: sindrom kecacatan pada bayi


baru lahir yang meliputi kelainan pada
jantung dan mata, ketulian dan
keterlambatan perkembangan

Penyebab : ibu hamil terutama


trimestes 1 yang terinfeksi virus Rubella
Cara penularan : ibu hamil menulari
janin melalui placenta
- Ibu hamil terinfeksi di usia kehamilan
<12 minggu risiko janin tertular 80-90%
- Jika infeksi di kehamilan 15-30 minggu,
risiko janin tertular 10-20%
TATA CARA
KAJIAN KIPI
Untuk Dokter Spesialis Anak
Definisi KIPI (WHO)
KIPI adalah setiap kejadian medis yang tidak
diinginkan yang terjadi setelah pemberian
imunisasi, kejadian ikutan ini tidaklah harus
memiliki hubungan sebab akibat dengan vaksin.

Kejadian ikutan dapat berupa gejala yang


membuat tidak nyaman atau tanda klinis
penyakit tertentu, atau hasil laboratorium yang
tidak normal
Sumber: WHO. Causality Assessment of an Adverse Event Following
Immunization (AEFI): user manual for the revised WHO classification. 2013; p.2.
Dapat diakses pada: http://in.vaccine-safety-training.org/
Klasifikasi KIPI
Klasifikasi Lapangan
untuk petugas kesehatan di lapangan
Klasifikasi Kausalitas KIPI
untuk telaah komnas dan komda KIPI
Kausalitas WHO 2009
Kausalitas WHO 2013
Klasifikasi Lapangan KIPI, WHO
1999
1. Reaksi vaksin
2. Kesalahan program / teknik pelaksanaan
imunisasi
3. Reaksi suntikan
4. Faktor kebetulan (Koinsidens)
5. Tidak diketahui

Klasifikasi lapangan dipakai pada


pencatatan & pelaporan KIPI
REAKSI YANG BERHUBUNGAN
DENGAN PRODUK VAKSIN
Reaksi Ringan
Sering Sering sekali
Vaksin Reaksi lokal Demam Rewel, tdk
(nyeri,pembengkaka >38oC enak badan &
n,kemerahan) gejala
sistemik
BCG 90 95 % - -
Hib 5 15 % 2 10 % -
Hep B Dws: 15 % ; Anak: 5 - 16 %
%
Measles/ ~10 % 5 15 % 5 % ruam
MMR
Polio - <1% < 1 %**
(OPV)
~10 %* ~10 % ~25 %
DTP Sampai 50 % Sampai 50 % Sampai 55 %
*(pertusi
Kejadian (rate) reaksi lokal mungkin meningkat pd booster, bisa sampai 50-
85%
Reaksi Berat
Jarang Sangat jarang sekali

Vaksin Reaksi Interval awitan Rate per sejuta


dosis
BCG Lymfadenitis Supuratif 2-6 bulan 100-1000
BCG osteitis 1-12 bulan 1-700
BCG Diseminata 1-12 bulan 2
Hib Tidak diketahui -

Hep B Anafilaksis 0-1 jam 1-2


Sindrom Guillain Barr 1-6 minggu 5
Measles/ Kejang demam 5-12 hari 333
MMR Trombositopenia 15-35 hari 33
Anafilaksis 0-1 jam 1-50
Ensefalopati - <1
Polio Vaccine-associated 4-30 hari 0.76-1.3
(OPV) paralytic poliomyelitis (dosispertama)
(VAPP) 0.17 (dosis
Risiko meningkat pada berikutnya)
dosis pertama, dewasa, 0.15 (kontak)
dan penderita
imunokompromais
Reaksi Berat (2)
Jarang Sangat jarang sekali

Vaksin Reaksi Interval awitan Rate per sejuta


dosis
Tetanus Neuritis brakial 2-28 hari 5-10
Anafilaksis 0-1 jam 1-6
Abses steril 1-6 minggu 6-10
Tetanus- Sepert reaksi tetanus -
difteri
DTP Persisten inconsolable 0-24 jam 1000 - 60 000
screaming (>3 jam) 0-3 hari 570
Kejang
Hypotonic,hyporesponsive 0-24 jam 570
episode (HHE) 0-1 jam 20
Anafilaksis / renjatan 0-3 hari 0-1
Ensefalopati
KIPI Reaksi Suntikan

Reaksi suntikan langsung


Rasa sakit, bengkak & kemerahan

Reaksi suntikan tidak


langsung
Rasa takut
Nafas tertahan
Pernafasan sangat cepat
Pusing, mual/muntah
Kejang
REAKSI YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KESALAHAN
PROSEDUR
Kesalahan Program (1)

Kesalahan Program Perkiraan KIPI


Tidak steril Infeksi
Pemakaian ulang alat suntik / Abses lokal di daerah
jarum suntikan
Sterilisasi tidak sempurna Sepsis, sindrom syok toksik
Vaksin / pelarut Infeksi penyakit yang
terkontaminasi ditularkan lewat darah:
Pemakaian sisa vaksin utk hepatitis, HIV
beberapa sesi vaksinasi Abses lokal karena kurang
kocok
Efek negatif obat, mis. insulin
Salah pakai pelarut vaksin Kematian
Pemakaian pelarut vaksin yg
salah Vaksin tidak efektif
Memakai obat sbg vaksin
atau pelarut vaksin
Kesalahan Program (2)

Kesalahan Program Perkiraan KIPI


Reaksi lokal / abses
Penyuntikan salah tempat Reaksi lokal / abses
BCG subkutan Kerusakan Nervus
DPT/DT/TT kurang dalam Isiadikus
Suntikan di bokong Reaksi lokal akibat
vaksin beku
Transportasi/penyimpanan Vaksin tidak aktif (tidak
vaksin tidak benar potent)
Mengabaikanindikasi-kon- Tidak terhindar dari
tra reaksi yang berat
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) MR
Vaksin MR sangat aman
Reksi Lokal:
Nyeri di lokasi suntikan
Bengkak di lokasi suntikan
Merah di lokasi suntikan
Reaksi sistemik:
Demam (hari ke 5 dan 6 pasca imunisasi) selama 5 hari beri obat penurun
panas
malaise
kulit bintik-bintik merah (hari ke 7 10 pasca imunisasi) selama 2 4 hari

KIPI serius:
Anafilaksis
Penangulangan :
Demam, nyeri : beri obat demam / nyeri
Demam , gelisah : minum sering, baju tipis
Kulit bintik-bintik merah : mandi, beri bedak
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) MR

Pada sasaran yang lebih besar bisa terjadi reaksi


kecemasan berupa pingsan (bedakan dengan
anafilaksis)
Reaksi kecemasan ringan ditandai oleh ekspresi
wajah yang penuh kecemasan dan pucat disertai
gejala-gejala hiperventilasi, sakit kepala ringan,
pusing, kesemutan di tangan dan sekitar mulut
Pada pingsan tanda vital masih normal, bisa
diatasi dengan membaringkan penderita secara
terlentang
KIPI yang koinsiden harus diwaspadai -->
penapisan status kesehatan anak penting
Isi Kit Anafilaktik
Pengenalan syok anafilaktik
Tanda awal anafilaktik adalah kemerahan
(eritema) menyeluruh dan gatal (urtikaria)
dengan obstruksi jalan nafas atas dan/atau
bawah.
Pada kasus berat dapat terjadi keadaan lemas,
pucat, hilang kesadaran dan hipotensi.
Pada dasarnya makin cepat reaksi timbul, makin
berat keadaan penderita.
Denyut nadi sentral yang kuat (contoh: karotis)
tetap ada pada keadaan pingsan, tetapi tidak
pada keadaan anafilaktik.
Tata laksana KIPI
Deteksi dan pelaporan
Investigasi KIPI
Analisis Data KIPI
Tindak lanjut
Evaluasi
Deteksi dan pelaporan
Tujuan

Deteksi dini dan respons yang cepat & tepat


terhadap kejadian KIPI, untuk meminimalkan
dampak negatif terhadap program imunisasi &
kesehatan

Indikator kualitas program imunisasi,


meningkatkan kredibilitas program imunisasi

Menampilkan data aktual tentang risiko


imunisasi di suatu negara
Alur Tatalaksana KIPI
Penemuan kasus Informasi dari
ortu / masyarakat
24 jam identitas
Pelacakan tunggal/kelompok Petugas kes
ada kasus lain
klasifikasi Kepala Puskesmas
Analisis Komda PP-KIPI
penyebab
pengobatan
Tindak lanjut komunikasi Puskesmas
perbaikan mutu pelayanan
tatalaksana kasus Evaluasi
Evaluasi
pemantauan KIPI
Alur pelaporan & pelacakan KIPI
Menteri Kesehatan
Ditjen PPM & PL
Komnas
PP-KIPI Subdit Imunisasi

Komda
PP-KIPI DinKes Propinsi
Propinsi

Komda
PP-KIPI DinKes Kab/Kota Rumah Sakit
Kabupaten

Puskesmas

Masyarakat
Pelaporan KIPI Serius
Puskesmas (Pelayanan) Segera
Dinkes Kab/Kota 24 Jam setelah
laporan
Dinkes Prov 24-72 Jam
Komda & Komnas PP KIPI 24 72 Jam
Kesimpulan
KIPI adalah risiko program imunisasi

Pelaksanaan imunisasi yang baik akan


mengurangi KIPI

Diperlukan pengetahuan imunisasi yang


mendalam

Penanganan KIPI yang baik dan


komprehensif akan menunjang program
imunisasi yang baik pula
Terima
kasih

Вам также может понравиться