Вы находитесь на странице: 1из 27

Kebijakan & Strategi

Surveilans & Respon


KLB
di Indonesia
Hari Santoso
Subdit Surveilans & Respon KLB
Ditjen PP & PL

Pertemuan Penyusunan Review KLB


Bandung, 27 Juni 2012
Outline Presentasi

1. Latar belakang
2. Landasan Hukum
3. Kebijakan & Strategi
4. Implementasi Kegiatan
Tantangan Surveilans
Penyakit Menular
Setidaknya ada 30 penyakit baru yg
dapat diidentifikasi sejak tahun 1973
(HIV, Ebola, hepatitis C, Nipah virus)
Semakin meningkatnya resistensi agent
suatu penyakit terhadap obat-obatan
Semakin meningkatnya mobilitas
manusia, barang dan hewan antar
wilayah/negara
Masih tingginya angka KLB yang terjadi
KLB Penyakit Menular di Dunia, 19902004

CHINA, VIETNAM, SINGAPORE, CANADA


SARS, US$ 50-120 billion
UKBSE
USA West Nile virus US$ 34 billion
US$ >400 million, 1999-2001 1988-2000
HONG KONG
Influenza A (H5N1)
US$ 200 million, 1997

INDIAPlague
US$ 1.7 billion, 1995

PERUCholera TANZANIA
US$ 700 million for lost Cholera MALAYSIANipah virus
seafood exports, 1991 US$ 36 million, 1998 US$ 400 million, 1999

CDC, 2005 Korban Jiwa ???


Dasar Hukum
Kebijakan Surveilans &
Respon KLB

UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,


UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular,
PP No. 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular.
PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan,
PP No. 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan
Sebagian Urusan Pemerintahan Dalam
Bidang Kesehatan Kepada Daerah,
UU No. 36 tahun 2009
BAB X
PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR

Pasal 152

(1)Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat bertanggung


jawab melakukan upaya pencegahan, pengendalian, dan
pemberantasan penyakit menular serta akibat yang
ditimbulkannya.

(2)Upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan


penyakit menular
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk
melindungi masyarakat dari tertularnya penyakit, menurunkan
jumlah yang sakit, cacat dan/atau meninggal dunia, serta untuk
mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat penyakit menular.
Pasal 154

(1)Pemerintah secara berkala menetapkan dan


mengumumkan jenis dan persebaran penyakit yang
berpotensi menular dan/atau menyebar dalam waktu
yang singkat, serta menyebutkan daerah yang dapat
menjadi sumber penularan.

(2)Pemerintah dapat melakukan surveilans terhadap


penyakit menular sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).

(3)Dalam melaksanakan surveilans sebagaimana


dimaksud pada ayat (2), Pemerintah dapat melakukan
kerja sama dengan masyarakat dan negara lain.
BAB V UU No.4 Tahun 1984 Ttg Wabah Penyakit
Menular
UPAYA PENANGGULANGAN
Pasal 5

Upaya penanggulangan wabah meliputi:


penyelidikan epidemiologis;
....
Penjelasan : Huruf a

Penyelidikan epidemiologis, yaitu melakukan


penyelidikan untuk mengenal sifat-sifat
penyebabnya serta faktor yang dapat
mempengaruhi timbulnya wabah. Dengan adanya
penyelidikan tersebut, maka dapat dilakukan
tindakan-tindakan penanggulangan yang paling
berdaya guna dan berhasil guna oleh pihak yang
berwajib dan/atau yang berwenang.
Dengan demikian wabah dapat ditanggulangi dalam
waktu secepatnya, sehingga meluasnya wabah
dapat dicegah dan jumlah korban dapat ditekan
serendah-rendahnya.
Peraturan Pemerintah
Pada PP No. 38 Tahun 2007, telah diatur
bahwa Surveilans Epidemiologi atau
disebut juga dengan istilah Pengamatan
Penyakit telah diserahkan kepada
Pemerintah Daerah sesuai dengan
lingkup kewilayahannya masing-
masing.
Setiap pemerintah daerah memiliki urusan
wajib untuk menyelenggarakan
Surveilans Epidemiologi, dengan
petunjuk teknis yang tertuang dalam
Keputusan Menteri Kesehatan.
Lampiran PP 38 Huruf : B.
Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan.
Sub Bidang : Upaya Kesehatan :
Sub-Sub Bidang : Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit

Pemerintah :
Pengelolaan surveilans epidemiologi, kejadian luar
biasa skala nasional.
Provinsi :
Penyelenggaraan surveilans epidemiologi,
penyelidikan kejadian luar biasa skala provinsi.
Kab/Kota :
Penyelenggaraan surveilans epidemiologi,
penyelidikan kejadian luar biasa skala
kabupaten/kota.
PerMenkes No 1116 thn 2003 tentang
penyelenggaraan surveilans
epidemiologi nasional

PerMenkes No. 1479 thn 2003 tentang


pedoman penyelenggaraan surveilans
terpadu penyakit

PerMenkes No. 943 thn 2004 tentang


penyelenggaraan SKD-KLB

PerMenkes No. 1501 thn 2010 tentang Jenis


Penyakit tertentu yang dapat menimbulkan
wabah dan upaya penanggulangannya
Visi & Misi
Surveilans Epidemiologi
1. Visi Nasional
Manajemen kesehatan berbasis fakta yang cepat,
tepat, dan akurat.
2. Misi
Memperkuat sistem surveilans disetiap unit
pelaksana
program kesehatan.
Meningkatkan kemampuan analisis dan
rekomendasi
epidemiologi yang berkualitas dan bermanfaat.
Menggalang dan meningkatkan kerjasama dan
kemitraan
unit surveilans dalam pertukaran serta
Tujuan
1. Tersedianya informasi secara terus
menerus, cepat dan real time tentang
adanya ancaman potensial dan atau
adanya KLB masalah kesehatan yang
terjadi di masyarakat yang dapat
berdampak kepada sektor kesehatan
2. Menyediaan dukungan informasi
epidemiologi bagi pimpinan dalam rangka
penentuan kebijakan program
(perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi)
3. Terlaksananya respon secara cepat setiap
adanya ancaman (upaya pencegahan)
Kebijakan
Surveilans Epidemiologi
Nasional
1. Memaksimalkan peran daerah dalam
penyelenggaraan surveilans epidemiologi
dan respon KLB
2. Mengutamakan sumberdaya lokal/internal
dengan suplemen resources dari eksternal
3. Mengoptimalkan jejaring dan kerjasama
lintas program dan lintas sektor di semua
tahapan dan jenjang administrasi
pemerintahan
Strategi
1.Mengembangkan sistem surveilans sesuai
dengan era desentralisasi dan kebutuhan
masing-masing program, termasuk
penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini.

2.Meningkatkan mutu data dan informasi


epidemiologi
3.Meningkatkan profesionalisme tenaga
epidemiologi.
4.Mengembangkan tim epidemiologi
( fungsional ) yang handal.
5.Meningkatkan jejaring surveilans
Perspektif
Pengembangan & Penguatan
SE

1. Sekarang 2. Orientasi kedepan


- Laporan & Respon KLB < 24 jam
- Laporan & Respon KLB
- Penyakit diagnosis
terlambat laboratorium,
- Penyakit diagnosis klinis menuju surveilans molekuler
- Data individu
- Termasuk data faktor risiko
- Data agregat
- Hanya data penyakit
Pertimbangan lain
Pengembangan Sistem
Surveilans

1. Pengendalian tahap
Reduksi
2. Pengendalian tahap
Eliminasi
3. Pengendalian tahap
Eradikasi
Conceptual Framework
Implementasi
Kegiatan Untuk Surveilans Rutin
1. Penyakit menular kronis dan PTM
Pelaporan bulanan (manual)
Sistem menggunakan STP
Variabel umur, jenis kelamin
2. Penyakit Menular Potensial KLB
Pelaporan harian & mingguan (SMS
gateway & Email)
Sistemnya menggunakan EWARS
3. Penyakit khusus
Penyakit komitmen internasional
Implementasi
Dalam Penanggulangan KLB

1. Sistem Kewaspadaan Dini KLB


Mengembangkan komponen surveilans
faktor risiko
Mengembangkan surveilans berbasis
masyarakat (CBS) dan EBS
Memperkuat jejaring surveilans LP & LS
Memperkuat kemampuan analisis
Meningkatkan SDM
Meningkatkan kecepatan pertukaran
informasi/laporan
2. Respon Cepat

Dibentuk tim rumors verifikasi


Dibentuk tim expert surveilans
epidemiologi
Dikembangkan tim respon cepat
(nasional, provinsi , kab/kota.
Pengembangan sistem pelaporan cepat
(SMS gateway)
Optimalisasi laporan mingguan
puskesmas yg dilengkapi aplikasi dengan
sistem peringatan secara otomatis
Meningkatkan SDM (jumlah & kualitas)
Surveilans Lintas Negara
(Jejaring Kerja Surveilans Epidemiologi)

1. Forum yg sudah ada dan berfungsi


saat ini:
a. IHR 2005 NFP
b. BIMST forum 2 tahunan
c. ASEAN +3 on EID (website, NFP for
communication)
d. FETPN
e. Bilateral (Indonesia-Malaysia, Indonesia
Papua)
2. Konten
TERIMA KASIH

Вам также может понравиться