Вы находитесь на странице: 1из 27

REFERAT

ANESTESI PADA HIPERTIROID

Oleh : Gita Titian Tera Indah


61111040
Pembimbing : dr. Indra Nur Hidayat, Sp.An
IDENTITAS PASIEN

Nama :Ny. E
No. RM :053740
Umur : 43 tahun
Alamat :kav. sagulung baru, blok o no.71
Agama :budha
Pekerjaan :wiraswasta
Status :Menikah
Tanggal Masuk :15-05-2017

RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

Anamnesis :Autoanamnesis
Keluhan Utama :Patah tulang di paha kiri
Keluhan Tambahan:Nyeri (+) demam (-)
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien masuk RSUD Embung Fatimah Kota Batam di rawat di Ruang Bedah
Flamboyan pada tanggal 15 Mei 2017 dengan keluhan patah tulang di paha
sebelah kiri sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit. pasien
direncanakan untuk dilakukan operasi tapi ditunda karena pasien di
diagnosa dengan hipertiroid dan sudah di alami sejak 3 tahun yang lalu.
Demam disangkal. Pasien datang untuk persiapan operasi.
Penyakit Dahulu :
Hipertensi (+)terkontrol Alergi (-)
Diabetes Mellitus (-) Asma (-)
Anestesi sebelumnya (-)

RIWAYAT Riwayat Penyakit Keluarga :


Hipertensi (+)

Riwayat Pengobatan :
pasien mengkonsumsi obat PTU rutin selama 3
tahun dan rutin kontrol ke spesialis penyakit
dalam.
PEMERIKSAAN FISIK

Status Present
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS :E4V5 M6 = 15
Vital sign
Tekanan darah :160/71 mmHg
Nadi : 89 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,8 o C
Gizi : Baik
BB/TB :50 kg/150 cm
Status Generalis
Kepala
Rambut : Hitam, sedikit beruban, rambut sulit dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), palpebra edema (-/-)
Telinga : Simetris, serumen (-/-), othorea (-/-)
Hidung : Septum tidak deviasi, sekret (-/-), pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : Sianosis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-) , Kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Thorax : Simetris, Retraksi (-/-)
Jantung : BJ I-II murni reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Paru : Sonor, Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen : Bentuk cembung. Soepel (+), NT (-), BU (+) normal
Ektremitas: Akral hangat, Sianosis (-)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hemoglobin 11.1 gr/dl 11.0 16.5


Leukosit 6.700 /uL 3.500 10.000
Eritrosit 4,0 juta/uL 3.8 5.8
Trombosit 212.000/uL 150 500
BT 315 menit 1-6
CT 615 menit 6-11
Gula darah sewaktu 84 mg/dl < 200
TSH 0.63 uuL/ml 0.27 4.7
FT4 8.8 g/dl 4.5 - 10.9
ASSESMENT

Ny. E 43 tahun dengan diagnosis neglected fracture malunion femur


sinistra. Pada pemeriksaan fisik didapatkan vital sign TD 160/71 mmHg,
HR 89 kali per menit, RR 20 kali/menit dan Suhu 36,8C. Pada
pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 11.1 gr/dl, GDS 84 mg/dl, BT
315 menit, CT 615 menit, TSH 0.63 uuL/ml, dan FT4 8.8 g/dl. Status
ASA III dengan riwayat hipertiroid dan hipertensi terkontrol akan
dilakukan spinal anestesi.
LAPORAN ANESTESI
Preoperatif
Informed consent (+)

Puasa sekitar 6-8 jam

Tidak terdapat gigi goyang dan pemakaian gigi palsu

IV Line terpasang dengan infus RL 500 cc, mengalir lancar

KU Tampak sakit sedang

Kesadaran Compos mentis

TD 160/71 mmHg

RR 20X/menit

Nadi 89x/menit

Suhu 36,80C

PREMEDIKASI: Diberi Ondansentron 4 mg,Dexamethason 10 mg


TINDAKANANESTESI
Posisi pasien
Setelah
duduk, kepala
disuntikkan
menunduk
setengah
Suntikan obat volumenya
Menentukan lokasi kembali dilakukan
penyuntikkan di L3- anestesi (Spica
0,5%) 3cc tindakan aspirasi
L4 LCS untuk
memastikan kanul
Tindakan asepsis tidak bergeser, lalu
dan antisepsis Aspirasi untuk disuntikkan semua
memastikan kanul
spinal masih tetap
Penyuntikkan di di ruang
titik yg sudah subarachnoid Luka bekas
ditandai dgn jarum suntikan ditutup
spinal no. 27 G dengan plester
Pastikan LCS yg
jernih mengalir
Jarum spinal melalui kanul Pasien dibaringkan
dilepaskan hingga (ruang di meja operasi
tersisa kanulnya subarachnoid)
Pemantauan Selama Tindakan
Anestesi

Kardiovaskular:pemantauan terhadap tekanan


darah dan frekuensi nadi setiap
5 menit
Respirasi :inspeksi pernapasan spontan
kepada pasen dan saturasi
oksigen
Cairan : monitoring input cairan infus
Lampiran Monitoring
TindakanOperasi

Pukul TD Nadi Saturasi


15.30 160/71 89 100
15.35 159/80 100 99
15.40 150/70 60 100
15.45 143/70 60 99
15.50 140/68 50 99
15.55 140/70 55 99
16.00 130/65 60 99
16.05 130/60 60 100
16.10 130/60 50 99
16.15 129/59 50 99
16.20 130/60 50 99
16.25 140/60 52 99
16.30 139/63 54 99
16.35 140/60 55 99
16.40 140/65 57 99
16.45 130/70 60 100
16.50 140/62 59 100
16.55 139/65 56 100
17.00 140/60 65 100
PENGAWASAN PASCA OPERASI DI
RUANG PEMULIHAN

Kesadaran :Composmentis
KU : Tampak sakit sedang
TD : 120/80 mmHg
HR : 70 kali per menit
RR : 20 kali per menit
SpO2 : 100%

Instruksi Post Operasi :


Pasien supine dan head up 30oselama 24 jam
Observasi tanda tanda vital
Jika sadar penuh, tidak mual muntah, tidak pusingboleh makan bertahap
Ceftriaxone 2x1
Gentamicin 2x1
Ketorolac 3x1
TINJAUAN PUSTAKA
DAN PEMBAHASAN
DEFINISI
Hipertiroidisme adalah suatu keadaan dimana terjadi kelebihan
produksi dan sekresi hormon tiroid pada tubuh seseorang.

DIAGNOSIS

Pada hipertiroid diagnosis dapat ditegakkan dengan manifestasi klinis yang ada
dan beberapa pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan T3, T4, dan TSH.
Gejala dan tanda hipertiroid tampak pada tabel dalam penilaian dengan indeks
Wayne.
Hasil penilaian dengan indeks Wayne
< 11 eutiroid
11-18 normal
>19 hipertiroid.
Gejala Subyektif Angka Gejala Obyektif Ada Tidak

Dispnoe deffort +1 Tiroid Teraba +3 -3


Palpitasi +2 Bising tiroid +2 -2
Lelah +2 Eksoftalmus +2 -

Tahan terhadap suhu panas -5 Lid Retraction +2 -

Tahan dingin +5 Lid Lag +1 -


Keringat banyak +3 Hiperkinesis +4 -2
Nervous +2 Tangan panas +2 -2
Tangan basah +1 Nadi
Nafsu makan bertambah +3 <80x/menit - -3
Nafsu makan berkurang -3 80-90 x/menit - -
Berat badan naik -3 >90 xmenit +3 -
Berat badan turun +3
Pemeriksaan FT4 dan TSH atau tidak terdeteksi (diagnosis
penunjang pasti keadaan tirotoksikosis)

FT4 disertai TSH (kelainannya berasal dari


hipofisis)

Hyperglycemia

Hypercalcemia

Hypokalemia
Pemeriksaan
EKG Sinus takikardi

Atrial Fibrilation (sering pada pasien usia


tua)

Pemeriksaan
Radiologi Uptake yang difus pada penyakit Grave
Nuklir

Focal uptake pada toxic nodular tiroiditis


PENATALAKSANAAN
3 x 100 mg sehari (menghambat formasi &
Propylthiouracil pengabungan iodotirosin pada tiroglobulin)
(PTU) efek yang ditimbulkan perlahan, sekitar 2 8 minggu
PTU juga dapat menghambat konversi T4 ke T3

efek yg ditimbulkan lebih panjang


Methimazole
dikonsumsi sekali sehari.

Efek yang ditimbulkan lebih cepat dari farmakoterapi


dengan PTU dan Methimazole
Iodine radioaktif
Pengobatan ini tidak boleh dilakukan pada wanita
hamil
Anak dgn hipertiroid yg berat
Ibu hamil yg tdk berhasil/ tidak dapat mentoleransi
pengobatan antitiroid farmakoterapi
Pasien dengan goiter yang sangat besar/ memiliki gg.
ophtalmopathy yg berat
Indikasi Pasien yg menolak terapi iodine radioaktif
tiroidektomi Pasien dgn hipertiroidisme yg diinduksi amiodarone yg
refrakter
Pasien yg membutuhkan normalisasi fungsi hormon tiroid
secara cepat, seperti pada ibu hamil, wanita yang
mengharapkan kehamilan dalam 6 bulan kedepan/ pasien dgn
kondisi jantung yg tdk stabil

pemberian obat antitiroid diberikan hingga fungsi tiroid


normal 4-8 minggu
Propanolol di titrasi hingga nadi < 80x/menit, pemberian
Persiapan iodida dalam bentuk larutan potasium iodide 1-2 tetes 2x/hari
tiroidektomi selama 10-14 hari sebelum tiroidektomi.
Dexamethasone 8mg dapat diberikan sblm operasi untuk
mengurangi nausea, nyeri, muntah, dan memperbaiki fungsi
suara
Manajemen Operatif
Hipertiroidisme
Preoperatif Gejala dan tanda yang menjadi perhatian utama pasien
hipertiroid terkait dengan fungsi jantung dan respirasi

Pasien dgn tindakan pembedahan elektif, ditunda hingga


pasien mengalami keadaan yg eutiroid.

Preparasi cepat dibutuhkan untuk pasien yang akan


menjalani pembedahan darurat dgn kombinasi beta-
bloker, kortikosteroid, thionamid, iodium dan asam
iopanoic (mengandung iodium dan penghambat
pelepasan hormon tiroid).
Intra Fungsi kardiovaskuler dan temperatur tubuh harus dimonitor
operatif secara ketat pada pasien yang memiliki riwayat hipertiroid.

Pasien hipertiroid dapat menjadi hipovolemi dan vasodilatasi dan


menjadi rentan untuk mengalami respon hipotensi selama
induksi anestesi.

Tujuan utama dr manajemen intraoperatif pasien hipertiroid


untuk mencapai kedalaman anestesia yg mencegah peningkatan
respon SSP thdp stimulasi pembedahan.
Ancaman serius pd periode postoperatif adalah badai tiroid
Post (thyroid storm) yg memiliki ciri hiperpireksia, takikardi,
kesadaran (agitasi, delirium, koma) dan hipotensi
operatif

Onset badai tiroid biasanya 6-24 jam setelah pembedahan


tetapi dapat muncul intraoperatif.

Penanganan badai tiroid termasuk hidrasi dan pendinginan,


infus esmolol/propanolol IV (0,5 mg & ditingkatkan sampai
denyut jantung < 100/menit), propylthioruacil (250-500 mg
tiap 6 jam secara oral maupun dgn nasograstric tube) diikuti
sodium iodida (1g IV dlm 12 jam) & koreksi faktor yg
mempresipitasi (misal: infeksi). Kortisol (100-200 mg tiap 8
jam) direkomendasikan untuk mencegah komplikasi supresi
kelenjar adrenal yang muncul.
Anestesia Spinal

Anestesia spinal merupakan bagian dari anestesia regional yang terdiri dari blok
spinal sub arakhnoid & blok spinal epidural

Blok spinal menghasilkan blokade sistem saraf simpatis, analgesia/ anastesia


sensorik & blokade motorik yg bergantung pada dosis, konsentrasi/ volume
anestetika lokal setelah pemberian melalui jarum plana ke neuroaksial.

Anestesia spinal & epidural terkenal mampu menumpulkan tanggapan terhadap


stress terhadap pembedahan, menurunkan kehilangan darah intraoperatif,
menurunkan kejadian tromboemboli pasca bedah dan menurunkan morbiditas
dan mortalitas pada pasien-pasien yang beresiko tinggi.
Bedah ekstremitas bawah
Bedah panggul
Tindakan sekitar rektum-perineum
Indikasi
Bedah obstetri-ginekologi
Badah urologi
Bedah abdomen bawah

Infeksi sistemik (sepsis, bakteremi)


Infeksi sekitar tempat suntikan
Kelainan neurologis
Kontra Kelainan psikis
Indikasi
Relatif Bedah yang memakan waktu yang lama
Penyakit jantung
Hipovolemia ringan
Nyeri punggung kronis
Awitan dan Durasi

Bupivacain membutuhkan >20 menit untuk mencapai tinggi blok


puncak.
Blokade spinal akan hilang secara bertahap mulai dari dermatom
paling sefalad sampai ke paling kaudal.
Anastesi spinal untuk pembedahan bertahan lebih lama di tingkat
sacral dibandingkan di tingkat toraks.
Durasi pertama penting untuk mengukur anastesia pembedahan
sementara durasi kedua penting untuk mengetahui waktu pemulihan.
Penentuan durasi utama ialah anastesi lokal yang digunakan seperti
bupivakain adalah agen durasi yang panjang. Penentuan selanjutnya
ialah dosis obat dan tinggi blokade.
Thank you

Вам также может понравиться