Вы находитесь на странице: 1из 45

INFEKSI DALAM KEHAMILAN

OBS II
SKDI
INFEKSI DALAM KEHAMILAN
infeksi dalam kehamilan berdasarkan penyebabnya :
Infeksi Virus ; meliputi varisella zooster, influenza, parotitis, rubeola,
virus pernafasan, enterovirus, parfovirus, rubella, sitomegalovirus.
Infeksi bakteri ; meliputi Streptokokus grup A, Streptokokus grup B,
Listeriosis, Salmonella, Shigella, Mourbus Hansen.
Infeksi protozoa; meliputi Toksoplasmosis, Amubiasis, amubiasis,
infeksi jamur.
TOKSOPLASMA GONDII
Toksoplasmosis pada kehamilan dapat menyebabkan
infeksi janin kongenital.
Janin yang terinfeksi kongenital tersebut mengalami
kerusakan organ/struktur hidrosefalus, korioretinitis
dan kalsifikasi serebralis.
Hidrosefalus
Pelebaran ventrikel lateral, dimana lebar
atrial lebih dari 15 mm pada trimester II dan
III
Sekuele pada bayi
Sekuele ringan : sikatriks/ scar korioretinal tanpa gangguan visus atau
adanya kalsifikasi serebral tanpa diikuti kelainan neurologik.

Sekuele berat : kematian janin intra uterin atau neonatal. Atau


adanya scar korioretinal dengan gangguan visus berat ataupun
kelainan neurologik berat.
Bila toksoplasmosis terjadi pada kehamilan sebelum 20 minggu,
20% janin mengalami infeksi kongenital 25% dari janin yang
terinfeksi ini memperoleh kerusakan organ berat, 15% kerusakan
organ ringan serta sisanya 60% bersifat subklinis (Foulon et al, 1994).
DIAGNOSIS TOKSOPLASMOSIS PADA
KEHAMILAN
Kehamilan dengan seropositif ditemukan adanya
antibodi IgG anti toksoplasma dengan titer 1/20-
1/1000.
Kehamilan dengan antibodi IgG atau IgM spesifik titer
tinggi ibu hamil seropositif memperoleh ulangan
infeksi (reinfeksi).
Kehamilan dengan seronegatif darah ibu tidak
mengandung antibodi spesifik mengulangi uji
serologik tiap trimester (3 bulan) sekali.
Kehamilan dengan serokonversi adanya perubahan dari seronegatif
menjadi seropositif selama kehamilan.
Penderita memiliki resiko tinggi untuk terjadinya transmisi vertikal
dari maternal ke janin serta mengakibatkan infeksi janin
(toksoplasmosis kongenital).
DIAGNOSTIK PRENATAL
Konsep lama hanya bersifat empiris dan berpedoman pada hasil uji
serologis ibu hamil.
Saat ini pemanfaatan tindakan kordosentesis dan amniosentesis
dengan panduan ultrasonografi guna memperoleh darah janin
ataupun cairan ketuban sebagai pendekatan diagnostik
Diagnosis prenatal umumnya dilakukan pada usia kehamilan 14-27
minggu (trimester II).
Kordosentesis (pengambilan sampel darah janin melalui tali pusat)
ataupun amniosentesis (aspirasi cairan ketuban) dengan tuntunan
ultrasonografi.
PRINSIP ULTRASONOGRAFI
CHORDOCYNTHESIS
AMNIOSENTESIS
Pemeriksaan dengan teknik P.C.R guna mengidentifikasi DNA
T.oxoplasma gondii pada darah janin atau cairan ketuban.
Pemeriksaan dengan teknik ELISA pada darah janin guna mendeteksi
antibodi IgM janin spesifik (anti toksoplasma).
Diagnosis toksoplasmosis kongenital ditegakkan berdasar
Hasil pemeriksaan yang menunjukkan adanya IgM janin spesifik (anti
toksoplasma) dari darah janin, dan D.N.A dari T. gondii dengan P.C.R
darah janin ataupun cairan ketuban.
Diagnostik prenatal yang berdasarkan amniosentesis (aspirasi cairan
ketuban), saat ini paling sering dilakukan guna mendeteksi adanya
infeksi janin kongenital.
Dengan tindakan diagnostik prenatal ini akan diperoleh deteksi DNA
(Deoxyribonucleic acid) T.gondii dalam cairan ketuban melalui
metode PCR (Polymerase Chain Reaction) secara akurat dan cepat.
TERAPI
Spiramycin 1-3 g/hari diberikan selama 3 minggu
diselingi 25 mg pyrimethamine, 3 g sulfadiazine/hari
selama 3 minggu juga sampai kelahiran
RUBELA
RUBELA
Selama kehamilan, virus ini menjadi penyebab langsung kematian
janin dan bahkan yang paling penting malformasi kongenital berat.
Dianjurkan untuk melakukan vaksinasi, terutama pada wanita berusia
subur.
Diagnosis
Konfirmasi infeksi rubela sulit dilakukan.
Gambaran klinisnya mirip dengan penyakit lain, dan sekitar
seperempat dari infeksi rubela bersifat subklinis walaupun terjadi
viremia yang telah menginfeksi mudigah atau janin.
Viremia mendahului gejala klinis sekitar 1 minggu
Orang nonimun yang mengalami viremia rubela akan memperlihatkan
titer puncak antibodi 1 sampai 2 minggu setelah awitan ruam.
Seiring dengan meningkatnya usia kehamilan, infeksi pada janin
semakin kecil menyebabkan malformasi kongenital.
Cacat rubela dijumpai pada semua bayi yang memperlihatkan tanda
infeksi intrauterus sebelum minggu ke-11, tetapi hanya 35% dari
mereka yang terinfeksi pada usia 13 sampai 16 minggu
Sindrom Rubela Kongenital
Lesi mata, termasuk katarak, glaukoma
Penyakit jantung, termasuk duktus arteriosus paten, defek septum.
Tuli sensorineural
Defek susunan saraf pusat microcephaly
Hambatan pertumbuhan janin
Hepatosplenomegali dan ikterus
Perubahan tulang
Bayi yang lahir dengan rubela kongenital
menyebarkan virus sehingga merupakan
ancaman bagi bayi lain, serta orang dewasa
rentan yang berkontak dengan bayi tersebut.
CYTOMEGALOVIRUS
Virus ini menyebabkan pembengkakan sel yang karakteristik sehingga
terlihat sel membesar (sitomegali) dan tampak sebagai gambaran
mata burung hantu.
Penularan
Transmisi horisontal terjadi
melalui droplet infection
dan kontak dengan air
ludah.
Transmisi vertikal
penularan proses infeksi
maternal ke janin.
transplasenta.
Infeksi CMV yang terjadi karena pemaparan pertama kali atas individu
infeksi primer.
Infeksi primer berlangsung simtomatis ataupun asimtomatis serta
virus akan menetap dalam jaringan hospes dalam waktu yang tak
terbatas infeksi laten.
Transmisi CMV dari ibu ke janin dapat terjadi selama
kehamilan, dan infeksi pada umur kehamilan kurang
sampai 16 minggu menyebabkan kerusakan serius.
Infeksi eksogenus dapat bersifat primer yaitu terjadi
pada ibu hamil dengan pola imunologis seronegatif
dan non primer bila ibu hamil dengan seropositif.
Infeksi endogenus suatu reaktivasi virus yang
sebelumnya dalam keadaan laten.
DIAGNOSIS
Metode serologis diagnosa infeksi maternal primer dapat
ditunjukkan dengan adanya perubahan dari seronegatif menjadi
seropositif (tampak adanya IgM dan IgG anti CMV)
Metode virologis, viremia maternal dapat ditegakkan dengan
menggunakan uji immuno fluoresen.
DIAGNOSIS PRENATAL
Diagnosis prenatal harus dikerjakan terhadap ibu dengan kehamilan
yang menunjukkan infeksi primer pada umur kehamilan sampai 20
minggu.
Diagnosis prenatal metode PCR dan isolasi virus pada cairan
ketuban yang diperoleh setelah amniosentesis.
Kemungkinan infeksi CMV intrauterin bila didapatkan :
Oligohidramnion,
Polihidramnion
Hidrops non imun
Asites janin
Gangguan pertumbuhan janin
Mikrosefali,
Ventrikulomegali serebral (hidrosefalus)
TERAPI DAN KONSELING
Saat ini terminasi kehamilan merupakan satu-satunya terapi
intervensi karena pengobatan dengan anti virus (ganciclovir) tidak
memberi hasil yang efektif serta memuaskan.
Dengan demikian konseling, infeksi primer yang terjadi pada umur
kehamilan 20 minggu setelah memperhatikan hasil diagnosis
prenatal dapat dipertimbangkan terminasi kehamilan
HERPES
Virologi
Berdasarkan perbedaan imunologi dapat dikenali 2 jenis herpes
simpleks virus (HSV)
HSV tipe 1 (Non genital)
HSV tipe 2 (Genital) dan ditularkan melalui hubungan seksual.
Diagnosis
Penemuan virus dengan biakan jaringan
merupakan konfirmasi paling optimal untuk
membuktikan infeksi klinis.
Perjalanan penyakit selama kehamilan
80 persen wanita yang terjangkit infeksi herpes
genitalis mengalami kekambuhan simtomatik
sebanyak 2-4 kali selama hamil
Kekambuhan klinis tampaknya sedikit lebih sering
pada kehamilan tahap lanjut.
Pada Janin dan Neonatus
Janin hampir selalui terinfeksi oleh virus yang di
keluarkan dari serviks atau saluran genital bawah.
Virus menginvasi uterus setelah selaput ketuban
pecah atau berkontak dengan janin saat persalinan.
Infeksi pada Neonatus
Diseminata keterlibatan organ-organ dalam mayor
Lokalisata Keterlibatan terbatas pada mata, kulit atau mukosa
Asimtomatik.
Penatalaksanaan Antepartum
Seksio sesarea diindikasikan pada wanita dengan lesi genital aktif.
Dengan demikian seksio sesarea dilakukan hanya apabila tampak lesi
primer atau rekuren saat mejelang persalinan atau saat selaput
ketuban pecah.
TERIMA KASIH

Вам также может понравиться