Вы находитесь на странице: 1из 37

Conceptual Framework

Syariah
Oleh :
KELOMPOK Empat
LAILA JAHIDATUL FALAH 1310532072
QONITA LUTFIAH 1310531075
RATIH EMILIA NOVITA 1310531077
Definisi Akuntansi Syariah??
Akuntansi dalam bahasa arab disebut Muhasabah
Artinya menimbang, memperhitungkan mengkalkulasikan, mendata,
atau menghisab, yakni menghitung dengan seksama atau teliti yang
harus dicatat dalam pembukuan tertentu.

Kata hisab dalam ayat Al-Quran menunjukkan pada bilangan atau


perhitungan yang ketat, teliti, akurat, dan accountable. Oleh karena
itu, akuntasi adalah mengetahui sesuatu dalam keadaan cukup, tidak
kurang dan tidak pula lebih (Adil).

Akuntansi Syariah antara lain berhubungan dengan pengakuan,


pengukuran, pencatatan transaksi dan pengungkapan hak-hak dan
kewajiban-kewajibannya secara adil. Sesuai dengan firman Allah
Surat Albaqarah ayat 282.
Akuntansi Syariah

adalah proses akuntansi (identifikasi, klasifikasi,


dan pelaporan) digunakan dalam mengambil
keputusan ekonomi sesuai dengan aturan yang
ditetapkan Allah SWT dan memiliki konsep,
prinsip dan tujuan sesuai akad-akad syariah, yaitu
tidak mengandung zhulum (Kezaliman), riba,
maysir (judi), gharar (penipuan), barang yang
haram, dan membahayakan.
Perkembangan Akuntansi Syariah di Indonesia

1. Tidak memiliki acuan 1. Telah memiliki acuan 1. Membentuk Komite


akuntansi yaitu PSAK 59 Akuntansi Syariah
2. Belum mengeluarkan tentang Akuntansi 2. PSAK Syariah sudah
PSAK Akuntansi Perbankan Syariah. dapat disahkan oleh
Syariah 2. PSAK 59 hanya DSAK pada tahun
diterapkan untuk 2007 dan berlaku
BUS, BPRS, dan KCS tahun buku 2008
Bank Konvensional. (PSAK 101-106)
3. Lembaga Keuangan untuk Lembaga
Syariah non bank Keuangan Syariah
tidak mengikat dan non Bank
tunduk pada PSAK 59 3. Tahun 2009 terbit
PSAK Syariah lain
(PSAK 107-111)

Sebelum tahun 2002 2002-2007 Setelah tahun 2008


Periode sebelum tahun 2002

Pada periode ini Lembaga Keuangan Syariah tidak memiliki acuan


akuntansi. Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAK) belum
mengeluarkan ketentuan (PSAK), sehingga masih menggunakan
acuan PSAK 31 tentang akuntansi perbankan, namun PSAK
tersebut tidak sepenuhnya dapat dipergunakan.

Perkembangan Akuntansi Bank Syariah secara konkrit baru


dikembangkan tahun 1999, BI sebagai premarkasa membentuk
tim penyusunan PSAK Bank Syariah. Tim ini membuahkan hasil
sebagaimana telah diterbitkannya Exposure Draft Kerangka Dasar
Penyusunan Laporan Keuangan Perbankan Syariah dan exposure
Draft tentang PSAK no.59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah
yang disahkan 1 Mei 2002 dan secara efektif mulai berlaku tanggal
1 januari 2003.
BACK
Periode tahun 2002 sampai dengan tahun 2007

Akuntansi Syariah telah memiliki acuan yaitu


PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah
yang mana hanya diterapkan pada Bank Syariah.
Sedangkan Lembaga Keuangan Syariah non Bank
tidak mengikat dan tunduk pada PSAK no 59.

BACK
Periode Setelah tahun 2008

DSAK-IAI merasa perlu untuk menerbitkan


PSAK Syariah yang dapat digunakan oleh
entitas syariah atau entitas yang
melaksanakan transaksi syariah sehingga
mereka membentuk Komite Akuntansi
Syariah yaitu tim khusus yang melakukan
pembahasan akuntansi syariah dan
membahas tanggung jawab DSAK.
PSAK Syariah yang disahkan Selanjutnya terbit PSAK Syariah
tahun 2007 dan berlaku tahun lain yang berlaku tahun 2009
buku 2008 adalah : seperti :

PSAK 100 Kerangka Dasar PSAK 107-ED Akuntansi


Penyusunan dan Penyajian LKS
Ijarah
PSAK 101 Penyajian
Penyusunan LK Syariah PSAK 108-ED Akuntansi
PSAK 102 Akuntansi Penyelesaian Utang Piutang
Murabahah Murabahah Bermasalah
PSAK 103 Akuntansi Salam PSAK 109-ED Akuntansi
PSAK 104 Akuntansi Istishna Zakat, Infaq, Shadaqah
PSAK 105 Akuntansi PSAK 110-ED Akuntansi
Mudharabah Asuransi Hawalah
PSAK 106 Akuntansi PSAK 111-ED Akuntansi
Musyarakah Asuransi Syariah
Pola Pemahaman Akuntansi Syariah

Akuntansi
Koperasi Syariah
(hanya segi koperasi
Akuntansi
syariah saja) Akuntansi Syariah Lainnya
(Industri Khusu
(PSAK Syariah+ PSAK Transaksi Syariah Lainnya)
27+ peraturan DEP (LKS dan Pihak-
Koperasi)
pihak terkait)

Akuntansi PSAK SYARIAH Akuntansi


Perbankan Syariah Asuransi Syariah
(hanya segi perbankan PSAK 101 s.d 107 (hanya segi asuransi
syariah saja) syariah saja)

(PSAK Syariah + (PSAK Syariah + PSAK


Peraturan Bank 108 + Peraturan DEP
Indonesia) Keuangan)
Bangun Prinsip Akuntansi Syariah

Rangka Prinsip Akuntansi yang bersifat


Umum untuk Entitas Syariah Di
Indonesia

Tingkat 3 Praktik Konvensi dan Kebiasanaan Pendapat Ahli, Hasil Penelitian, Buku
Landasan
Pelaporan yang sehat sesuai Syariah teks
Operasional

Tingkat 2
SAK Internasional/ Peraturan Pedoman atas
Negara Lain yang Buletin Teknis Pemerintah Praktek Akuntansi
sesuai Syariah untuk Industri Industri (Asosiasi
(Regulasi) Syariah)

Tingkat 1 PSAK & ISAK Syariah PSAK & ISAK Umum yang
sesuai syariah

Landasan Konseptual KDPPLK Syariah


Landasan Syariah Fatwa Syariah
Al Hadits
Al Quran
Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan
Keuangan Syariah (KDPPLKS) paragraf 128 :
a. Biaya Hostoris
b. Biaya Kini
c. Nilai Realisasi/penyelesaian
Jadi, dari ketentuan diatas terdapat satu pengukuran yang
dilakukan pada LK Konvensional (dalam KDPPLK paragraf
100 butir D) tidak diperkenankan dilakukan pada Lembaga
Keuangan Syariah yaitu Present Value (didasari Surah
Lukman ayat 34).
Pemakai dan Kebutuhan Informasi Akuntansi
Syariah
Pemakai Laporan Keuangan meliputi :
1. Investor 6. Pengawas syariah
2. Pemberi dana qardh 7. Karyawan
3. Pemilik dana syirkah 8. Pemasok dan mitra
4. Pemilik dana titipan usaha
5. Pembayar dan 9. Pelanggan
penerima zakat, infak, 10. Pemerintah
sedekah, dan wakaf
Asumsi Dasar Akuntansi Syariah
Asumsi dasar yang dipergunakan dalam akuntansi
syariah tidak beda dengan asumsi dasar pada akuntansi
umum yaitu kelangsungan usaha (going concern) dan
dasar akrual (accrual basis).
1. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi
kelangsungan usaha entitas syariah dan akan melanjutkan
usahanya di masa depan.
Karena itu, entitas syariah diasumsikan tidak bermaksud
atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara
material skala usahanya
2. Dasar Akrual
Dalam asumsi dasar akrual asset, kewajiban, ekuitas,
penghasilan, dan beban diakui pada saat kejadian bukan saat
kas atau setara kas diterima dan dicatat serta disajikan dalam
laporan keuangan pada periode terjadinya.

Asumsi dasar akrual dipergunakan dalam penyusunan


laporan keuangan syariah, sedangkan pendapatan yang
dipergunakan sebagai dasar perhitungan pembagian hasil
usaha kepada pemilik modal adalah pendapatan yang nyata
diterima (cash basis)

Proses (siklus) Akuntansi Syariah


Proses/siklus akuntansi perbankan syariah sama
dengan proses/siklus akuntansi umum
Transaksi Syariah
Informasi akuntansi yang diperoleh oleh penggunaannya sangat
dipengaruhi oleh ketepatan, kebenaran dan keakuratan data pada
laporan keuangan entitas yang bersangkutan. Laporan keuangan
entitas syariah ini sangat dipengaruhi oleh transaksi yang dilakukan
oleh Lembaga Keuangan syariah.

A. Paradigma Transaksi Syariah


Proses awal akuntansi syariah adalah adanya data dasar yang
berupa dokumen pembukuan yang berisikan informasi transaksi
yang dilakukan oleh entitas syariah. Paradigma transaksi syariah
akan membentuk integritas yang membantu terbentuknya karakter
tata kelola yang baik (good governance) dan disiplin pasar (market
discipline) yang baik.
B. Asas Transaksi Syariah

1. Persaudaraan Transaksi Syariah menjunjung tinggi nilai


(ukhuwah) kebersamaan dalam memperoleh manfaat
(sharing economics) sehingga seseorang tidak
boleh mendapat keuntungan di atas kerugian
orang lain

2. Keadilan Prinsip keadilan esensinya menempatkan


sesuatu pada tempatnya dan memberikan
sesuatu hanya pada yang berhak serta
memperlakukan sesuatu sesuai posisinya:
Implmentasi kegiatan usaha berupa aturan
prinsip muamalah yang melarang adanya unsur
Riba, Kezaliman, Maysir, Gbarar, Haram.
Transaksi syariah yang diangggap bersmaslahat harus
3. Kemaslahatan
memenuhi secara keseluruhan unsur-unsur yang menjadi
(mashlahah) tujuan ketetapan syariah (magasid syariah) yaitu
pemeliharaan terhadap Akidah, keimanan, dan
ketaqwaan (dien), Intelek, Keturunan, Jiwa dan
keselamatan (nafs), Harta benda

Transaksi syariah tidak hanya menekankan pada


4. Keseimbangan
maksimalisasi keuntungan perusahaan semata untuk
kepentingan pemilik (shareholder), sehingga mamfaat
yang didapatkan tidak hanya difokuskan pada pemegang
saham tetapi pada semua pihak yang dapat merasakan
mamfaat adanya suatu kegiatan.

5. Universalisme Prinsip universalisme (syumuliyah) esensinya dapat


dilakukan oleh, dengan, dan untuk semua pihak yang
berkepentingan (stakeholder) tanpa membedakan suku,
agama, ras dan golongan sesuai dengan semangat
kerahmatan semesta (rahmatan lil alamin)
C. Karakteristik Transaksi Syariah
1. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham
dan saling ridha
2. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya
halal dan baik
3. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur
nilai, bukan sebagai komoditas
4. Tidak mengandung unsur riba, kezaliman dan haram
5. Tidak menganut prinsip nilai waktu dari mata uang (time
value of money)
6. Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas
dan benar
7. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy)
maupun melalui maupun rekayasa penawaran (ihtikar)
8. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap
Prinsip Umum Akuntansi Syariah

1. Prinsip Pertanggung jawaban


Implikasi dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa
individu yang terlibat dalam praktik bisnis harus
selalu melakukan pertanggungjawaban apa yang
telah diamanatkan dan diperbuat kepada pihak-
pihak yang terikat.
Wujud pertanggungjawaban biasanya dalam
bentuk laporan akuntansi
2. Prinsip Keadilan
Keadilan dalam konteks aplikasi akuntansi
mengandung dua pengertian:
Berkaitan dengan praktik moral
Bersifat fundamental

3. Prinsip Kebenaran
Prinsip kebenaran tidak dapat dilepaskan dengan
prinsip keadilan. Kebenaran akan dapat
menciptakan keadilan dalam mengakui, mengukur
dan melaporkan transaksi-transaksi ekonomi
Akun-akun Akuntansi Syariah
Akun yang dipergunakan dalam akuntansi syariah
pada LKS lebih banyak dibandingkan dengan
akun-akun yang umumnya dipergunakan oleh LKK

Pembagian akun dalam Akuntansi Syariah dapat


dikelompokkan menjadi beberapa kelompok

1 2 3
Akun Riil Akun Nominal Akun Ekstra
(akun LPK/neraca) (akun Laporan Laba Rugi) Komtabel
Akun Riil
(akun Laporan Posisi Keuangan/neraca)
Akun riil pada LKS harus menerminkan transaksi LKS yang tidak
memedakan sektor riil atau sektor keuangan, oleh karena itu
akun-akun yang dipergunakan oleh LKS merupakan gabungan dari
beberapa akun yaitu akun-akun yang dipergunakan oleh Lembaga
Keuangan, Lembaga Pembiayaan, kontruksi dan juga
perdagangan
PRINSIP AKUN NERACA
LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
PIUTANG KEWAJIBAN

AKTIVA IJARAH DANA SYIRKAH TEMPORER

INVESTASI

AKTIVA TETAP EKUITAS


1. KELOMPOK AKTIVA
Dipergunakan salah satunya untuk mencatat pengelolaan dana
yang dilakukan oleh LKS, yang dilakukan berdasarkan beberapa
prinsip, yaitu :
A) PRINSIP JUAL BELI
Jika melakukan jual beli dan pembayaranya dilakukan dengan
tanggung, pada penjual timbul akun piutang, sedangkan pada
pihak pembeli akan timbul akun hutang
B) PRINSIP UJROH
Prinsip ujroh (upah) yang meliputi Ijarah, Ijarah Muntahia
Bitambllik (IMBT), sewa berlanjut, dan sejenisnya. Aktiva Ijarah
bukanlah aktiva tetap tetapi merupakan aktiva produktif yaitu
aktiva yang diharapkan menghasilkan
C) PRINSIP BAGI HASIL
Terdiri dari Mudharabah dan Musyarakah, akun yang
dipergunakan dalam prinsip bagi hasil oleh adalah investasi
(dalam PSAK 59 disebut pembiayaan)
2. KELOMPOK PASIVA
Dipergunakan untuk sumber dana yang diterima
oleh LKS
A. Prinsip Wadiah (sumber dana)
Tanpa membedakan produk jika prinsipnya adalah
wadiah, akun yang dipergunakan adalah Titipan pada
unsur kewajiban.
Sebagai unsur kewajiban prinsip yang dilaksankan oleh
LKS adalah wadiah yad dhamanah yaitu penerrima
itipan atas seijin penitip diperkenankan mengambil
manfaat barang yang dititipkan, tetapi penerima titipan
harus menjamin (dhaman) dikembalikan apabila
sewaktu-waktu penitip memintanya kembali
B. Prinsip Mudharabah (sumber dana)
Tanpa memperhatikan produknya prinsip yang
dilaksanakan adalah Mudharabah Mutlaqah maka akun
yang digunakan dikelompokkan pada Dana Syirkah
Temporer.
Harus dibuat kelompok baru (tidak sebagai kewajiban
dan ekuitas), karena dalam prinsip ini terdapat
ketentuan yang menyatakan jika terdapat kerugian
dalam pengelolan dana dan bukan kesalahan pengelola,
maka kerugian ditanggung oleh pemilik dana, dengan
kata lain tidak ada jaminan untuk dikembalikan penuh
Perbedaan Persamaan Akuntansi Keuangan
Syariah dengan Persamaan Akuntansi Umum
atau Konvensional

Akuntansi Umum atau Konvensonal

Aktiva = Kewajiban + Modal

Akuntansi Syariah

Aktiva = Kewajiban + Dana Syirkah Temporer + Modal


Akun Nominal
(akun Laporan Laba Rugi)
Akun nominal merupakan akun untuk mendukung pembukuan
Laporan Laba Rugi. Akun ini memiliki karakteristik saldo akhir
tutup buku periode akuntansi dipindahkan akun Laba Rugi
Berjalan , sehingga pada awal periode tahun berikunya dimulai
dengan nihil.
Akun-akun yang bersifat umum penggunaannya sebagaimana
lazimnya. Namun terdapat beberapa akun khusus yang
membutuhkan penelasan lebih lanjut, yaitu :

Pendapatan Beban
Usaha Usaha
Utama Hak Pihak
Pendapatan
Ketiga
Usaha
atas Bagi
Lainnya
Hasil
1. Pendapatan Usaha Utama

Pendapatan yang diperoleh dari pengelolaan dana


yang berasal dari (1) prinsip jual beli, (2) prinsip ujroh,
(3) prinsip bagi hasil dan (4) pendapatan prinsip
syariah lainnya.

Pendapatan usaha utama merupakan pendapatan


yang akan dibagi hasil dengan pemilik dana
mudharabah
2. Hak Pihak Ketiga atas Bagi Hasil
Imbalan yang diberikan LKS kepada pemodal dalam bentuk
bagian hasil usaha yang diperoleh pengelola usaha (yang
sering disebut bagi hasil) yang besarnya tergantung pada
hasil usaha yang diperoleh oleh LKS sebagai pengelola dana.
Akun ini tidak dikategorikan sebagai beban operasinal
karena
(1) besarnya bagi hasil sangat tergantung pada hasil usaha
yang nyata-nyata diterima oleh LKS, dan
(2) merupakan bagian dari pendapatan usaha utama yang
diperoleh pengelola dana yang menadi hak pemilik
modal sesuai porsi pembagian hasil usaha yang
disepakati diawal akad.
3. Pendapatan Usaha Lainnya
Seluruh pendapatan atau upah yang diperoleh
LKS dari kegiatan yang dilakukan atas dasar
imbalan (fee base income) dalam
melaksanakan pekerjaan
Pendapatan ini bukan merupakan hasil dari
pengelolaan dana mudharabah yang dilakukan
oleh LKS sebagai mudharib , sehingga
pendapatan ini tidak dibagikan kepada pemilik
modal mudharabah.
4. Beban Usaha
a) Jika menggunakan prinsip revenue sharing, seluruh
beban usaha menjadi tanggung jawab pengelola
dana ( karena yang digunakan adalah dari laba
kotor/gross profit ), yaitu pendapatan sebelum
dikurangi dengan beban-beban.

b) Jika menggunakan profit sharing, beban


dikategorikan menjadi :
1) Beban usaha yang menjadi tanggungan LKS
2) Beban usaha yang menjadi beban pengelola
dana Mudharabah
Perbedaan Unsur Laporan Laba Rugi Akuntansi
Keuangan Syariah dengan Akuntansi secara Umum

Akuntansi Umum atau Konvensonal

L/R = Pendapatan - Jumlah beban

Akuntansi Syariah

L/R = Pendapatan Usaha Utama HPK atas bagi hasil +


Pendapatan Usaha lain Beban Operasional
LAPORAN LABA RUGI
LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
PENDAPATAN USAHA UTAMA XXXX
HPK ATAS PIHAK KETIGA ( XXXX )
PENDAPATAN SEBAGAI MUDHARIB XXXX
PENDAPATAN USAHA LAINNYA XXXX
XXXX
BEBAN USAHA ( XXXX )
LABA (RUGI) USAHA XXXX
PENDAPATAN NON USAHA XXXX
BEBAN NON USAHA ( XXXX )
LABA (RUGI) AKTIVITAS NORMAL XXXX
POS LUAR BIASA XXXX
XXXX
BEBAN PAJAK XXXX
LABA (RUGI) BERSIH XXXX
Akun Ekstra Komtabel
Adalah akun yang digunakan untuk kepentingan
pembuatan Laporan Sumberdan Penggunaan ana
Kebajikan dan laporan yang mencerminkan
kegiatan usaha entitas syariah tertentu.
Laporan-laporan tersebut merupakan laporan di
luar neraca, oleh karena itu tidak dapat
menggunakan akun-akun yang digunakan untuk
kepentingan Laporan Posisi Keuangan dan Laporan
Laba Rugi.
Laporan Keuangan
Entitas Syariah
Salah satu tujuan dari laporan keuangan dari LKS adalah
memberikan informasi yang lengkap kepada
penggunanya dan sebagai laporan pertanggungjawaban
fungsi yang dilaksanakan oleh entitas syariah
Perbedaan unsur LK LKK dengan
unsur LKS

1. LPK ( Neraca )
1. LPK ( Neraca ) 2. Laporan Laba Rugi
2. Laporan Laba Rugi 3. Laporan Arus Kas
3. Laporan Arus Kas 4. Laporan Perubahan Entitas
5. Laporan Sumber dan
4. Laporan Perubahan
Penggunaan Dana Zakat
Entitas 6. Laporan Sumber dan
5. Catatan Laporan Penggunaan Dana Kebijakan
Keuangan 7. Laporan Khusus yang
mencerminkan kegiatan Entitas
Syariah tertentu
8. Catatan Laporan Keuangan
Thank You :*

Вам также может понравиться