Вы находитесь на странице: 1из 25

KETUBAN PECAH DINI

Muhammad Afif
16 0221 066
DEFINISI
Ketuban pecah dini atau KPD atau dalam bahasa
inggris disebut PROM (Premature Rupture Of
Membrane) adalah kondisi dimana ketuban
pecah sebelum proses persalinan pada usia
kehamilan 37 minggu

Jika ketuban pecah pada usia kehamilan <37


minggu, disebut dengan ketuban pecah dini pada
kehamilan premature atau KPDP (PPROM,
Preterm Prematur Rupture Of Membrane)
EPIDEMIOLOGI
150.000 kehamilan setiap tahun di AS
Dikaitkan dengan 30-40% kelahiran prematur
85% morbiditas dan mortalitas neonatal
akibat lahir prematur
Insidensi KPD berkisar antara 5%-10% dari
semua kehamilan
KETUBAN (AMNION DAN CHORION)
Skaning mikroskop elektron dari lapisan amnion. Lapisan sel epitel tebal
diikuti oleh jaringan kolagen yang padat. Di bawah lapisan sel epitel padat adalah membran
basal dan lapisan kompak. Lapisan kompak berisi berkas paralel fibril kolagen dan
memberikan integritas mekanik dari selaput ketuban
MATRIX METALLOPROTEINASE
Matrix Metalloproteinase (MMP), juga disebut
matrixins, merupakan golongan enzym yang
menggunakan zinc sebagai mekanisme katalitik
yang berfungsi untuk mendegradasi protein
matriks dan nonmatrix.

1. Kolagenase
2. Gelatinase
3. Stromelysins
4. Membran MMP tipe 1
MMP memainkan peran utama dalam
perbaikan dan remodeling jaringan, dalam
penyembuhan luka , serta morfogenesis
jaringan

Integritas dari amnion yang tidak berubah,


disebabkan oleh karena adanya keseimbangan
dari aktivitas Matriks Metaloproteinase
(MMP) dan Tissue Inhibitor of Matrik
MetalloProteinase (TIMP)
Kadar MMP meningkat sehubungan dengan makin
dekatnya persalinan

Pada saat kehamilan akan mendekati persalinan,


keseimbangan antara Matrik Metalloproteinase (MMP)
dengan Tissue Inhibitor of Matrik Metalloproteinase
(TIMP) akan bergeser kearah degradasi proteolitik

MMP > TIMP


MMP-9 dihasilkan dalam sel epitel amnion
dan sel chorion trofoblas sel, memegang
peranan penting dalam proses awal pecahnya
amnion

Peningkatan MMP 9 terjadi di amnion daerah


servix, yang dinamakan daerah ZAM (Zone of
Altered Morphology), dimana menjadi titik
awal pecahnya amnion

ZAM
FAKTOR RESIKO
Defisiensi vitamin C (kofaktor pembentukan
kolagen)
Infeksi bakteri (sitokin prostaglandin
meningkatkan kadar MMP)
Distensi Uterus (peningkatan prostaglandin)
Kelainan jaringan ikat (sindrom Ehlers-Danlos)
DIAGNOSIS
Menanyakan riwayat keluar air-air dari vagina dan
tanda lain persalinan

Pemeriksaan inspekulo untuk melihat adanya cairan


ketuban keluar dari kavum uteri (meneran). Atau
terlihat kumpulan cairan di forniks posterior

Vaginal touche (VT) tidak dianjurkan kecuali pasien


diduga inpartu. Hal ini karena VT dapat meningkatkan
insidensi koriamnionitis, postpartum endometritis, dan
infkesi neonates.
Nilai PH vagina menggunakan kertas lakmus (Nitrazin
test). Bila ada cairan ketuban, warna merah berubah
menjadi biru. Selama hamil PH normal vagina adalah
4,5- 6,0. Sedangkan PH cairan amnion 7,1-7,3

Dengan USG, dapat mengkonfirmasi adanya


oligohidramnion. Normal volum cairan ketuban antara
250-1200 cc

Singkirkan adanya infeksi (suhu >38o C, air ketuban


keruh dan berbau, leukosit >15000/mm3 , janin
takikardi)
TATALAKSANA
Lakukan penilaian awal pada ibu hamil dan janin
yaitu :

Memastikan diagnosis
Menentukan usia kehamilan
Evaluasi infeksi maternal atau janin,
pertimbangkan antibiotik jika ketuban pecah
sudah lama
Dalam kondisi inpartu, ada gawat janin atau tidak
Penatalaksanaan ketuban pecah dini :

Pasien dengan ketuban pecah dini harus dirawat di RS


untuk observasi

Jika selama perawatan air ketuban tidak keluar lagi, pasien


boleh pulang

Jika ada persalinan kala aktif, korioamnionitis, dan gawat


janin kehamilan harus cepat diterminasi

Pada PPROM, ikuti tata laksana untuk persalinan preterm

Tata laksana bergantung kepada usia gestasi (jika tidak


dalam proses persalinan, tidak ada infeksi atau gawat janin)
Konservatif
Jika terjadi PPROM sangat disarankan untuk
dirawat dirumah sakit selama minimal 48 jam
untuk diobservasi. Hal ini dikarenakan 48-72
jam merupakan waktu yang rentan persalinan
atau terjadi korioamnionitis
Prinsip tata laksana untuk perawatan di rumah sakit :

A. usia gestasi <32 minggu disarankan dirawat inap, jika air


ketuban masih keluar. Tunggu hingga berhenti, berikan
steroid, antibiotik, observasi kondisi ibu dan janin.

B. usia gestasi 32-37 minggu


-Belum inpartu : steroid, profilaksis antibiotik dan
observasi tanda infeksi
-Sudah ada tanda inpartu : berikan steroid, antibiotik
intrapartum profilaksis dan induksi setelah 24 jam

C. usia gestasi > 37 minggu evaluasi infeksi, pertimbangkan


pemberian antibiotik jika ketuban pecah sudah lama dan
terminasi kehamilan
aktif
Kehamilan >37 minggu induksi oksitosin atau
misoprostol 25-50 mcg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali.
Bila ada tanda infeksi diberikan antibiotik
dosis tinggi dan terminasi.
Bila gagal pertimbangkan SC
antibiotik
Pemberian antibiotik terutama pada usia
gestasi <37 minggu dapat mengurangi risiko
terjadinya korioamnionitis, mengurangi
morbiditas neonatus dalam 2-7 hari
Ampisilin 1-2 gr IV setiap 4-6 selama 48 jam
Eritromisin 250 mg IV setiap 6 jam selama 48
jam
Kemudian lanjutkan dengan 2 terapi oral
selama 5 hari, amoksisilin dan eritromisin
(4x250mg PO). Pada pasien alergi penisilin
diberikan terapi tunggal klindamisin 3x600 mg
PO.
tokolisis
Pemberian tokolisis di usia gestasi 34-35
minggu berfungsi untuk pematangan paru
komplikasi
persalinan prematur,
infeksi maternal/neonatus
hipoksia karena kompresi tali pusat
naiknya insiden SC
hipoplasia pulmonal pada janin
Terima kasih

Вам также может понравиться