Вы находитесь на странице: 1из 29

Dwi Retno Nurhayati

2007730042
Pembimbing : dr. Suryono. Sp,A
Kadar bilirubin puncak Bilirubin menurun
BCB dengan susu formula Hari ke-3 (6-8 mg/dL) Hari ke-4 - 6 Selama 1-2 minggu
BCB dengan ASI Hari ke-3 (7-14 mg/dL) Dalam 2-4 minggu atau 6 minggu

Peningkatan yang mencapai 10-12 mg/dL


masih dalam kisaran fisiologis, bahkan hingga
15 mg/dL tanpa disertai kelainan metabolisme
bilirubin. Kadar normal bilirubin tali pusat
kurang dari 2 mg/dL dan berkisar dari 1,4
sampai 1,9 mg/dL.
1. Ikterus terjadi < 24 jam.
2. Setiap peningkatan kadar bilirubin serum yang
membutuhkan fototerapi.
3. Peningkatan kadar total bilirubin serum > 0,5
mg/KgBB/jam.
4. Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari
pada setiap bayi (muntah, letargi, malas menetek,
penurunan berat badan yang cepat, apneu,
takipneu, atau suhu yang tidak stabil).
5. Ikterus tetap bertahan selama 8 hari pada BCB dan
14 hari pada BKB.
Karena umur eritrosit bayi hanya 70-90 hari.
Karena usus BBL tidak ada normal flora
Karena kemampuan albumin untuk berikatan
dengan bilirubin rendah.
Karena produksi bilirubin bayi mencapai 8-10
mg/KgBB/hari, sedangkan dewasa hanya 3-4
mg/KgBB/hari.
Enzim UDP-GT pada bayi, baru aktif pada
umur 2 minggu.
Warna kuning pada bayi akibat deposisi
berlebihan pigmen bilirubin pada kulit dan
sklera (TSB 5-7 mg/dL).
Puncak: 48-120 jam PP, umumnya 5-6 mg/dL
dan biasanya tidak melebihi 17-18 mg/dL.
Patologis: Bilirubin Serum Total (TSB) melebihi
umur (dalam jam), spesifik pada persentil 95th
pada normogram Bhutani
Toksisitas bilirubin
Toksisitas akibat bilirubin tak terkonjugasi
Nekrosis fokal neuron dan glia
Ensefalopati bilirubin akut
Kronik: Kerniketrus
Sering mengenai ganglia basalis dan nukleus batang
otak
Gangguan pergerakan
Gangguan pandangan mata ke atas
Gangguan pendengaran
Toksisitas bilirubin
Berisiko ketika TSB > 25-30 mg/dL
Bayi prematur dan bayi sakit
Albumin level yang rendah
Obat-obatan: seftriakson, penisilin, sulfadiazin,
fenilbutazon
Asidosis
Hampir aterm (35-37 minggu)
Mendapat ASI
Penyakit hemolitik
Fase 1 Beberapa hari pertama
Letargia, hipotonus, refleks hisap buruk, high-pitched
cry
Fase 2 Akhir minggu pertama
Gelisah, hipertonus, retrocollis, opistotonus
Fase 3 Setelah 1 minggu
Stupor, coma, tangisan melengking
Total Serum Bilirubin (TSB)
End-Tidal carbon Monoxide konfirmasi ada
tidaknya hemolisis, kecepatan katabolisme
heme, dan kecepatan produksi bilirubin.
Golongan darah
Tes darah lengkap
Retikulosit, G6PD screen
Serum albumin
Ikterus pada 24 jam pertama
Umumnya karena hemolisis
Membutuhkan evaluasi ketat dan segera
Penyebab lain hiperbilirubinemia
Sefalhematoma, lebam yang luas, gangguan
konjugasi bilirubin
Fototerapi
Menggunakan sinar blue-green spectrum (panjang
gelombang 430-490 nm) dengan kekuatan paling
kurang 30 W/cm2
Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah
bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk
dieksresikan melalui empedu atau urin.
Bila konsentrasi bilirubin tidak menurun atau
cenderung naik pada bayi-bayi yang mendapat
fototerapi intensif, kemungkinan terjadi proses
hemolisis.
Risiko rendah: Mencapai 38 minggu, tanpa faktor
risiko.
>12 mg/dL dalam 24 jam. >15 mg/dL dalam 48 jam, dan
>18 mg/dL dalam 72 jam.
Risiko sedang: Mencapai 38 minggu dengan faktor
risiko atau 35-38 minggu tanpa faktor risiko.
>10 mg/dL dalam 24 jam. >13 mg/dL dalam 48 jam, dan
>15 mg/dL dalam 72 jam.
Risiko tinggi: 35-38 minggu dengan faktor risiko.
>8 mg/dL dalam 24 jam. >11 mg/dL dalam 48 jam, dan
>13,5 mg/dL dalam 72 jam.
Kecepatan penurunan hiperbilirubinemia
Jika TSB awal mencapai 30 mg/dL, dan fototerapi
intensif digunakan, umumnya terjadi penurunan
sebanyak 10 mg/dL dalam beberapa jam atau sekitar
0,5-1 mg/dL/jam.
Rata-rata pada bayi dengan usia gestasi >35 minggu,
penurunan TSB 30-40% setelah 24 jam fototerapi.
Dengan standar sistem fototerapi, angka ekspektasi
penurunan TSB mencapai 6-20% dalam 24 jam
pertama.
Penghentian fototerapi
Ketika TSB dibawah persentil 95th nomogram.
TSB <13-14 mg/dL.
Setalah 24 jam penghentian, pasien diminta follow-
up hitung bilirubin serum guna mencegah bilirubin
rebound.
Transfusi tukar
Tidak berespon terhadap fototerapi atau malah TSB
cenderung naik.
Berguna terutama hiperbilirubinemia akibat
hemolisis.
Untuk membuang antibodi maternal dan eritrosit yang
tersensitisasi.
Langsung di transfusi jika TSB awal >25 mg/dL
Adanya bukti gejala neurotoksisitas bilirubin
(kernikterus)
Umur BB < 1000 gr BB 1000-1500 gr BB 1500-2500 gr

Hari ke-1 60-90 ml/Kg/hari 60-80 ml/Kg/hari 60 ml/Kg/hari

Hari ke-2 90-120 ml/Kg/hari 90-110 ml/Kg/hari 90-110 ml/Kg/hari

Hari ke-3 dst. 120-150 120-150 120-150


ml/Kg/hari ml/Kg/hari ml/Kg/hari

Jenis cairan yang digunakan untuk hari pertama adalah


Dekstrosa 10%, hari ke-2 adalah dekstrosa 10%
ditambah 1/5 NS.
Jika bayi belum bisa minum, maka dapat ditambahkan
KCl dalam 5 cc cairan.
Jika bayi diberi fototerapi, maka jumlah cairan per hari
ditambahkan 10-30%.
Evaluasi ikterus dalam 8-12 jam.
Identifikasi faktor risikonya.
Jika akan memulangkan pasien, follow-up
dalam 24 jam.
Penatalaksanaan harus segera dilaksanakan
jika sudah teridentifikasi hiperbilirubinemia.
Merupakan suatu tindakan pengambilan
sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan
pengembalian darah dari donor dalam jumlah
yang sama yang dilakukan berulang-ulang
sampai sebagian besar darah penderita
tertukar.
Transfusi tukar ini bertujuan mencegah
terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara
mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi,
membantu mengeluarkan antibodi maternal
dari sirkulasi bayi, mengganti RBC yang
sensitif dengan RBC yang tak dapat
dihemolise, memperbaiki volume darah dan
mengoreksi anemia, memberi albumin, dan
membuang zat toksik dan koreksi imbalans
elektrolit..
Hiperbilirubinemia ( indirect bilirubin )
Hemolytic disease of the newborn ( HDN )
Sepsis neonatal
Pembekuan intravaskular menyeluruh ( PIM )
Asidosis serat gangguan cairan dan elekrolit
berat
Pengaturan kadar hemoglobin
Risiko rendah: Mencapai 38 minggu, tanpa faktor
risiko.
>19 mg/dL dalam 24 jam. >22 mg/dL dalam 48 jam, dan
>24 mg/dL dalam 72 jam.
Kadar TSB/Albumin > 8,0.
Risko sedang: Mencapai 38 minggu dengan faktor
risiko atau 35-38 minggu tanpa faktor risiko.
>16,5 mg/dL dalam 24 jam. >19 mg/dL dalam 48 jam, dan
>21 mg/dL dalam 72 jam.
Kadar TSB/Albumin > 7,2.
Risiko tinggi: 35-38 minggu dengan faktor risiko.
>15 mg/dL dalam 24 jam. >17 mg/dL dalam 48 jam, dan
>18,5 mg/dL dalam 72 jam.
Kadar TSB/Albumin > 6,8.
Tipe Darah
Inkompabilitas Rh. Gunakan darah tipe o-Rh negatif, dengan titer anti A dan
anti B rendah. Harus di-cross-matced dulu dengan darah ibu. Pada bayi
inkompabilitas Rhesus berat ( seperti hydrops fetalis ), darah harus tersedia
sebelum kelahiran.
Inkompabilitas ABO. Gunakan darah tipe O-Rh sesuai dengan ibu dan bayi
atau Rh negatif, dengan titer anti-A dan anti-B rendah. Darah harus di cross-
matched dengan darah ibu & bayi.
Inkompabilitas golongan darah minor ( seperti anti-kell, anti-Duffy ).
Gunakan golongan darah yang sesuai dan darah harus di cross-matced
dengan darah ibu.
Hiperbilirubinemia karena sebab lain, sepsis, gangguan metabolik ataupun
hemolisis lain yang tidak disebabkan oleh kelainan isoimunitas, gunakan
golongan darah yang sesuai dan darah harus di cross-matched dengan darah
bayi.
Jumlah Darah yang dibutuhkan :
Double volumen. Darah yang ditransfusi
tukar sebanyak 2 kali lipat volumen darah
bayi. Bayi cukup bulan mempunyai volumen
darah 80 ml/kgBB, sedangakan bayi prematur
95 ml.kgBB. jumlah ini dikali 2, menjadi jumlah
darah yang harus ditransfusi tukar.
Transfusi tukar parsial. Pada polisitemia,
dilakukan transfusi tukar dengan NaCl 0,9%
atau plasma, sedangkan pada anemia
digunakan PRC.
Simple doubl volumen ( push pull method )
Isovolumetric doubl volumen
Transfusi tukar parsial. Dilakukan dengan
plasma atau PRC, sesuai indikasi ( polisitemia
atau anemia berat ).
Infeksi dari prosedur ataupun dari darah yang
ditransfusikan, sperti bakterimia
Komplikasi vaskuler, seperti bekuan atau
emboli, spasme arteri, trombosis bahakan
infark organ mayor.
Agangguan faktor pembekuan ( koagulopati ),
disebabkan oleh trombositopeni atau
menurunnya kadar faktor pembekuan.
Gangguan elekrolit, seperti hiperkalemia,
hipernatremia, dan hipokalsemia.
Asidosis metabolik, bisa muncul sekunder
karena darah sudah tidak segar.
Alkolosis metabolik, karena terlambatnya
pembersihan sitrat dari hati.
Enterokolitis nekrotikans. Vana umbilikal
harus secepatnya dilepas, kecuali masih
diperlukan. Untuk memastikan tidak adanya
ileus pasca transfusi tukar, dilanjutkan untyk
menunda minum sampai 24 jam setelah
prosedur.
Gangguan kardiovaskuler, seperti arritmia
atau arrest.
Graft versus host disease.
Kosim, M. Sholeh, dkk. Buku Ajar Neonatologi.
Edisi Pertama. Badan Penerbit IDAI. 2010.
Management of Hyperbilirubinemia in the
Newborn Infant 35 or More Weeks of Gestation.
Subcommittee on Hyperbilirubinemia Pediatrics
2004;114;297-316. DOI: 10.1542 / peds.114.1.297
(http://www.pediatrics.org/cgi/content/full/114
/1/297)
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku
Kuliah Ilmu Kesehatan Anaka Jilid 3. FKUI.
Jakarta: 2005.

Вам также может понравиться