Вы находитесь на странице: 1из 51

Westen,1996

Psychology: Mind, Brain & Culture


INTELIGENSI
Dlm kuliah 1 diberikan ilustrasi penderita
epilepsi dg penurunan IQ yg diduga disebabkan
kerusakan diberbagai bagian otak.
Contoh lain dikemukakan Westen adalah
penderita stroke, ahli sejarah yg setelah terkena
stroke mendapat skor rendah pd tes IQ , masih
mempunyai rasa humor juga mempunyai
kemampuan2 lain spt bermain piano dg sangat
baik yg mencerminkan cara berpikir yg cerdas.
Jadi,apa inteligensi? Apakah orang yg tak bisa
bicara koheren tapi bermain piano dg baijk
dapat disebut cerdas?(inteligent)
Setepat apa pengukuran2 tes inteligensi?
Apabila memperoleh skor rendah tetapi dlm
kemampuan2 lain mencerminkan cara
berpikir cerdas, apakah org tsb bodoh?
Apakah inteligensi suatu sifat atau org
mempunyai jenis kecerdasan yg beda? Mis.
Pemain piano handal atau org dg kemampuan
verbal baik ?
Sejauh mana kecerdasan ditentukan biologi/
lingkungan?

SIFAT KECERDASAN
Dulu : kecerdasan adalah yg diperoleh dr hasil
pengukuran dg tes.
Apakah kecerdasan? Kebanyakan org
menekankan pd kemampuan2 problem solving
dan pengetahuan ttg dunia/ ada perbedaan
antara kecerdasan akademik dan kecerdasan
sosial atau kemampuan2interpersonal.
Kemudian psikolog menyatakan bhw
kecerdasan adalah multifacet dan fungsional
serta berkaitan dg budaya.

Multifacet dan sifat fungsional kecerdasan.


Kecerdasan dikatakan multifacet, artinya :
aspek2nya diekspresikan dlm banyak domain.
Ada org2 yg mencapai prestasi akademik dan
sosial yg luar biasa dan juga dpt mengerjakan
hal2 lain spt pemain piano handal atau
menyiapkan makanan lezat (tanpa bk resep).
Tp ada orang2 yg luar biasa dlm domain ttt
yg membuat lingkungannya kagum tapi dlm
bidang lain benar2 tak mampu. Seorang
psikolog Amerika yg mempunyai reputasi
nasional dikenal rekan2 & mahasiswanya sbg
prototipe gurubesar linglung. Suatu kali ia
mengikuti suatu pertemuan dan mengendarai
sendiri mobilnya, pulang pertemuan ia
menerima tawaran rekannya utk ikut pulang
dan melupakan mobilnya.
Kecerdasan juga bersifat fungsional. Perilaku
cerdas selalu ditujukan pd pencapaian suatu
tugas atau menyelesaikan suatu masalah.
Salah satu definisi kecerdasan adalah
Kemampuan utk suatu perilaku adaptif yg
mempunyai suatu tujuan (Sternberg & Sulter,
1982) Dari perspektif evolusi, perilaku cerdas
menyelesaikan masalah2 penyesuaian diri
dan karena itu menfasilitasi survival dan
reproduksi.
Dari perspektif psikodinamis, org
menggunakan kecerdasan utk memuaskan
keinginan2 dan menghindari hal2 yg ditakuti.
Dari perspektif kognitif, kecerdasan adalah
kognisi terapan, menggunakan ketrampilan2
kognitif utk penyelesaian masalah atau
mendapatkan akhir yg diinginkan.
PANDANGAN GLOBAL
konteks budaya dari kecerdasan: Ciri lain
dari kecerdasan dpt dijelaskan dari sudut
pandang budaya. Jika fungsi kecerdasan =
membantu org dlm menyelesaikan tugas yg
dihadapi dlm hidup mk perilaku cerdas akan
berbeda antar budaya krn situasi yg dihadapi
anggauta masyarakat akan berbeda dari
anggauta masy lain. Juga cara berpikir dan
perilaku yg dikatakan cerdas bisa ber-beda2.
Contoh: pd org Kipsigi di Kenya, kata ngom
adalah kata yg paling dekat dg kata bhs Ingg
intelligent. Tapi konsep ngom mempunyai
sejumlah konotasi yg oleh org Inggeris tidak
diasosiasikan dg inteligensi, diantaranya
kepatuhan dan tanggung jawab. (Super &
Harkness,1980). Org Indian suku Cree di
bagian utara Ontario mengatakan orang
adalah pemikir yg bagus bila ia bijaksana,
hormat, memberi perhatian, berpikir dg hati2
dan mempunyai rasa yg baik untuk arah.
Suku Cree juga menekankan taking time
(=bekerja lambat dan cermat) dan self
sufficiency (mampu hidup tanpa menjadi
beban utk org lain) (Berry & Bennet,1992).
Atribut2 yg dianggap budaya sbg cerdas
tidak berubah2. Kualitas2 pribadi,
ketrampilan2 dan gaya kognitif yg dihargai
suatu budaya cenderung berhubungan dg
konteks ekologi budaya, cara hidup dan
struktur sosial. (lihat Mistry& Rogoff, 1985).
Budaya menuntun anggautanya dg cara efisien
utk menyelesaikan berbagai persoalan sehari2
dan strategi2 ini menjadi bagian dari cara
berpikir individu2 (Vygotsky 1978, Wertsch &
Kanner 1923).
Pandangan2 barat ttg kecerdasan menekankan
ketrampilan2 verbal (spt kemampuan utk
mengerti suatu bag dr buku /tulisan) dan
berbagai kemampuan matematik dan spatial yg
berguna dlm engineering dan manufaktur yg
memang diperlukan dlm masyarakat2 kapitalis
dengan teknologi yg sdh maju. Tetapi dlm
kebanyakan budaya Afrika, kecerdasan
cenderung diartikan sehubungan dg
kemampuan2 praktis dan kompetensi2
(Serpell, 1989). Misalnya beberapa anggauta
suku !Kung di gurun Kalahari mempunyai
pengetahuan seperti ensiklopedi ttg perilaku
binatang yg perlu diketahui pemburu dan
cara menghindari binatang2 berbahaya.
(Blurton-Jones& Konner, 1976).
Kelompok2 yg mencari nafkah sbg nelayan
sering memperlihatkan kemampuan luar biasa
utk mengingat ciri2 lingk yg relevan atau
menghitung2 lokasi saat mengarungi lautan.
(Gladwin,1970).
Jadi, apakah kecerdasan adalah sifat individu
atau hanya konstruk sosial, atau value
judgement? Dpl. Apakah kecerdasan hanya
dilihat si pengamat? Mungkin tidak.
Ada beberapa sifat, spt kecepatan mental atau
kemampuan utk menghasilkan solusi saat di-
hadapkan pd persoalan2 baru yg dihargai dlm
tiap budaya. Lagipula diantara budaya2 dg
tingkat perkembangan teknologi yg sama,
konsep2 kecerdasan cenderung mempunyai
banyak elemen yg sama, karena tuntutan2 thdp
individu2nya serupa.
Mis. Orang Norwegia yg cerdas tak beda jauh dr
org Amerika yg cerdas walaupun mungkin org
Norwegia menguasai banyak bahasa yg
merupakan aspek inteligensi di negara kecil yg
dikelilingi negara2 dg banyak bahasa.
Amerika Serikat sendiri semakin bergantung
pd partner niaga yg kuat di seluruh dunia,
khususnya di selatan bila tak bisa bicara
lancar dlm bahasa2 lain yg merupakan ciri
kebanyakan orang A.S semakin dinilai
sebagai tidak cerdas.
Maka kecerdasan dpt dijelaskan sbg aplikasi
ketrampilan2 dan pengetahuan kognitif,
penyelesaian masalah dan mencapai tujuan2
yg dihargai individu /budaya (Gardner,1983)
Dahulu definisi kecerdasan tidak dijelaskan
sedemikian luasnya, baru dlm dekade terakhir
dinilai bhw kecerdasan adalah lebih dari sekedar
angka yg diperoleh dari tes2 kecerdasan.

TES KECERDASAN
Mengukur kecerdasan tidaklah sederhana, untuk
itu psikolog menggunakan instrumen
psikometrik tes2 psi yg membandingkan
individu2 dlm suatu populasi utk menentukan
bgmn org berbeda pd
dimensi2 spt sifat2 kepribadian atau
kemampuan2 intelektual. Umumnya para
saintis membuat alat ukur yg sesuai dg
konstruk yg mereka ukur (spt halnya
timbangan utk mengukur berat) tapi
kebalikannya terjadi dg konsep kecerdasan di
dunia barat yg tu berkembang sejalan dg
alat2 ukur yg disusun utk menjaringnya.
Tes2 kecerdasan adalah alat ukur yg didisain
utk menjaring tingkat kemampuan kognitif
individu
dibandingkan dg org2 lain dalam suatu populasi.
Sir Francis Galton (1822-1911) dari Inggeris
adalah keponakan Charles Darwin, melakukan
usaha sistematis pertama utk mengukur
kecerdasan.
Galton : kecerdasan dan keunggulan sosial
adalah hasil proses evolusi dari survival of the
fittest shg kelas sosial teratas adalah yg paling
cerdas. Ia yakin bhw kecerdasan hanya
kemampuan2 perseptual, sensoris dan motoris.
Spt juga Wundt, Galton menyatakan bhw dg
mempelajari
atom2 dari pikiran mk kita dpt ditarik
kesimpulan2 ttg cara menyatunya menjadi
molekul2 kecerdasan yg lebih besar. Utk
membuktikannya Galton membuat lab di
International Exposition di London th 1884 dan
dg membayar 3 penny, sekitar 10.000 org
mengikuti tes reaction time, memori,
kemampuan sensoris dan tugas2intelektual
lainnya. Hasilnya ? Tak ada hubungan antara
keanggautaan kelas sosial dan kecerdasan spt yg
ia ukur. Juga tak ada hubungan antara
ketrampilan2 perseptual motor dan hasil2
kecerdasan spt prestasi akademik.
Galton dianggap sbg bapak tes mental tetapi
sejarah mungkin lebih mengingatnya sbg
pionir statistik yg pertama menyatakan
hubungan antara 2 variabel dg menggunakan
koefisien korelasi yg merupakan alat statistik
utk mengerti kecerdasan.
Skala Binet
Alat2 ukur kecerdasan sekarang adalah
turunan tes2 kecerdasan yg dikembangkan th
1905 di Perancis oleh Binet.
Beda dengan Galton, Binet yakin bhw
pengukuran yg benar dari kecerdasan adalah
performa individu pd tugas2 yg rumit dari
memori, penilaian dan pengertian.
Binet lebih tertarik utk mengukur potensi
kecerdasan anak2. Tujuan Binet lebih praktis.
Th 1904 komisi pendidikan di Perancis
merekomendasi sekolah2 khusus utk anak2
terbelakang. Proyek ini menuntut suatu cara
obyektif utk membedakan anak2 terbelakang
dari
yang normal. Binet dan Simon melihat bhw
kemampuan menyelesaikan masalah akan
meningkat dg bertambahnya usia. Mk
disusunkah tugas2 dg tingkat kesukaran
berbeda2, mulai dari sederhana ke sukar
untuk menjaring kemampuan khas anak 5 th.
Untuk menyatakan tingkatan perkembangan
kecerdasan anak maka Binet dan Simon
memperkenalkan konsep Mental Age. MA =
usia rata2 dimana anak mencapai skor
tertentu.
Anak dg usia kronologis (sebenarnya) 5 th yg
dpt menjelaskan perbedaan antara kertas dan
papan tipis dan dpt menjawab pertanyaan2
serupa pd tingkatan anak 7 th mempunyai
MA 7 th.
Anak 5 th yg dpt menjawab pertanyaan2 yg
diharapkan bisa dijawab anak seusianya, tapi
tak dpt menjawab soal2 yg lebih sulit utk
tingkatan lebih tinggi mempunyai MA 5 th.
Dari sudut pandang ini, anak terbelakang
mental adalah sperti yg dinyatakan :
retarded/ slowed dlm perkembangan
kognitif. Anak terbelakang usia mental 7 th
tak dpt menjawab pertanyaan2 pd tingkatan
7 dan 6 th dan hanya menjawab beberapa
dari item2 untuk anak 5 th.
Tes2kecerdasan di Amerika Serikat
Skala Binet diterjemahkan dan direvisi Lewis
Terman dari Stanford University shg revisi ini
dikenal sbg skala Stanford-Binet (1916).
Modifikasi paling penting adalah IQ yaitu suatu
skor yg dpt diartikan sbg kuantifikasi fungsi
kecerdasan sehingga bisa dibandingkan antar
individu. Untuk mendapat skor kecerdasan mk
Terman pakai formula utk menjelaskan
hubungan antara MA individu dan usia
kronologis yg dikembangkan sebelumnya di
Jerman, yaitu IQ = MA/CA x 100.
Binet mengembangkan tes kecerdasan utk
prediksi keberhasilan sekolah dan ini berhasil, tp
di Amerika Utara, tu Amerika Serikat, IQ sinonim
dg smarts. Org terpaku dg IQ sebagai
pengukuran kemampuan umum kecerdasan yg
bisa meramalkan keberhasilan utama dlm hidup.
Tes Kelompok
Adaptasi skala Binet menjadi poluper krn tes
kecerdasan dpt memenuhi kebutuhan2
masyarakat A.S. Salah satunya di bidang militer
karena ketika Terman membuat revisi, A.S
terlibat dlm PD 1 dan perlu merekrut ratusan ribu
tentara dan banyak diantaranya adalah imigran2
baru.
Mk tes IQ dinilai dpt menentukan dg cepat
mana yg cocok utk dinas militer dan mana yg
dapat menjadi perwira yg baik.
Komite, termasuk Terman, yg ditunjuk
Angk.Darat A.S membuat adaptasi tes mental
utk memenuhi kebutuhan yg kemudian
menghasilkan 2 tes : Army Alpha utk org
dewasa berpendidikan dan Arny Beta utk yg
tak berpendidikan atau tak bisa bhs Inggeris.
Tes2 ini adalah yg disebut tes kelompok dg
menggunakan kertas & pinsil.
Tes kelompok/klasikal kini banyak dipakai
utk menjaring IQ dan atribut2nya yg
berhubungan. Salah satu yg dikenal adalah
Scholastic Aptitude Test atau SAT, yg
dirancang utk mengukur bakat atau potensi
utk performa baik pd tugas2 skolastik. Tapi
ternyata SAT mengukur ketrampilan2 verbal
atau nalar matematika yg sebagian besar
dipelajari (Cohen et al, 19920. Jadi SAT
adalah tes Achievement (tes pengetahuan dlm
area spesifik) dan tes bakat.
Skala Kecerdasan Wechsler
Tes Army Beta mencoba utk mengatasi masalah
bahasa tetapi tes2 di awal abad 20 mempunyai
bias bahasa dan budaya utkl org2 yg berbahasa
Inggeris. Utk mengatasinya, Wechsler menyusun
tes baru, tes Wechsler-Bellevue. Yg kita kenal
sekarang adalah Wechsler Adult Intelligence
Scale-Revised (WAIS-R 1981) dan versi anak
WISC-R(1991) yg bisa digunakan sampai usia 16
th. Wechsler tak lagi menggunakan formula IQ =
MA/CA x 100 tapi menghitung IQ sebagai posisi
individu terhadap teman2 seusianya pd distribusi
frekuensi.
Distribusi frekuensi menjelaskan frekuensi
berbagai skor dlm sampel suatu populasi.
Distribusi utk IQ spt halnya distribusi berat,
tinggi dsb berbentuk kurve normal.

KETERBATASAN TES KECERDASAN


Validitas suatu tes psikologi berarti kemampuan
utk menjaring konstruk yg berusaha dijaring.
Jika dg kecerdasan diartikan kemampuan mental
yg memungkinkan org berhasil di sekolah
mk tes2 kecerdasan mempunyai validitas yg
baik. Salah satu cara untuk menentukan
validitas tes adalah dg mengkorelasikan
hasilnya dg pengukuran lain. IQ berhubung-
an erat dg hasil belajar akademik, dg
koefisien korelasi antara .60 dan .70 (1.0=
korelasi sempurna dan 0 = tak ada korelasi)
(Brody, 1992;Wilkinson,1993).
Tetapi selama bertahun2 ada kritik2 dan
kontroversi. Alasannya ?
1. Kurangnya dasar teoretik. Kritikan : tes2
IQ yg paling banyak dipakai tak memberi
banyak insight ttg kecerdasan praktis yg
terlibat dlm pencapaian tujuan2 dlm
kehidupan sehari2. Juga tak menjaring
kreativitas atau ketrampilan bersosialisasi.
2. Kerentanan thdp bias budaya. Misalnya,
pertanyaan : Crisco adalah : a) obat b)
desinfektan c) pasta gigi d) makanan.
Orang yg tak pernah tahu Crisco tak bisa
menjawab.
Kemudian ada banyak usaha utk membuang bias
budaya. Memang tak bisa dikatakan bhw
tes2adalah bebas budaya. Contoh: tes dg figur2
geometris akan membuat pusing org yg tak
pernah berhubungan dg figur2 spt itu spt
misalnya masy. terasing di pedalaman. Tapi kalau
org barat ditanya utk mengkategorikan daun2 dg
pohon2 asal daun2, pasti juga akan
kebingungan.
Pembatasan waktu juga merupakan bias
terselubung. Org2 dari masyarakat yg tak terlalu
membatasi waktu akan kesulitan
menghasilkan skor tinggi apabila waktu utk
menyelesaikan tes ditentukan.
Kalau begitu, mungkin tes tak berguna atau
berbahaya?
Tes2 psikologi adalah tes2 dg kemampuan
prediksi toinggi yg paling valid yg petrnah
disusun para psikolog. Lagipula, tes IQ dapat
mengevaluasi area2 kecerdasan yg penting
dlm masyarakat berpendidikan spt
kemampuan berpikir abstrak, menalar dg
kata2 dan memaknakan hubungan2 spatial
dg cepat dan tepat. Dr hasil2 evalauasi
terakhir terbukti bhw tes kecerdasan dpt
merupakan prediktor yg sangat kuat utk job
performance dan prestasi kerja (Barret &
Depinet,1991).

PENDEKATAN2 THDP KECERDASAN


Tes2 IQ menempatkan individu pd suatu
kontinuum kecerdasan tapi tak pernah
menjelaskan arti kecerdasan.
Ada 3 pendekatan, yaitu :
1). Pendekatan psikometrik mendapatkan
komponen2 dan struktur kecerdfasan secara
empirik dan analisis statistik thdp hasil tes2
kecerdasan.
2). Pendekatan Information-processing
mencoba utk mengerti proses2 kognitif yg
spesifik, yg mendasari perilaku cerdas. Org
berbeda2 dlm kecepatan berpikir, dasar
pengetahuan dan kemampuan utk belajar
serta menerapkan strategi2 yg dipikirkan.
3). Teori Gardner ttg Multiple Intelligence di
dasarkan atas 7 macam kecerdasan yg relatif
independent, beda neurologis dan
memperlihatkan arah perkembangan yg
berbeda. Teori ini didasarkan pd konteks
neurologis dan budaya, tp munghkin kurang
menekankan non-domain specific
intelligence dan juga kebanyakan belum diuji
kebenarannya.
Gardner memandang kecerdasan sbg suatu
kemampuan atau suatu set kemampuan yang
digunakan utk menyelesaikan masalah2 atau
produk2 baru yg memang diperlukan dlm
suatu setting budaya tertentu. 7 kecerdasan
tsb adalah : musical, bodily/kinesthetics, (spt
pengontrolan tubuh pd atlet dan penari2
terkenal), spatial (penggunaan mental maps),
linguistik atau verbal, logika/matematik,
intrapersonal (self-understanding) dan inter-
personal (ketrampilan2 sosial).
FAKTOR KETURUNAN & KECERDASAN
Pertanyaan : Apakah kecerdasan diturunkan atau
dipelajari ?
Utk mengetahuinya perlu diketahui bhw ada
perbedaan dalam IQ.
Ada pengaruh genetik dan lingkungan thdp tiap
org dan hasilnya akan berbeda2. Misalnya nutrisi
buruk atau penyakit rubella (German measles)
saat kehamilan ibu bisa merusak fungsi mental si
anak. Ini contoh faktor biokimia tp pengaruh
lingkungan memberi kontribusi lain.
Contoh: interaksi ibu-anak dan faktor2 spt
kualitas umum dr lingkungan rumah adalah
prediktor terbaik dari performance si anak
thdp IQ dan tes2 bhs yg dilakukan 4 th
kemudian.
Contoh lain : anak yg ditelantarkan ibu atau
anak di rumah yatimpiatu Rumania saat
kediktatoran Nicolai Ceasescu sering
menderita kerusakan permanen kecerdasan.
Faktor risiko lain adalah tingkat pendidikan
ibu, gangguan mental ibu, status minoritas
(yg dihubungkan a.l. dg standar hidup rendah
dan pendidikan yg bermutu rendah) dan
besarnya keluarga. Semakin banyak faktor
risiko, semakin rendah IQ si anak. Ada
keterkaitan antara faktor2 tsb.
Menurut suatu studi, IQ ibu dpt
mempengaruhi IQ anak secara genetis atau
lingkungan dan juga secara tak langsung
mempengaruhi faktor2 risiko lain spt tingkat
pendidikan yg rendah dr ibu.
Tapi ada studi2 lain yg bisa membedakan
pengaruh dari nature dan nurture, misalnya
dlm studi ttg anak kembar, keluarga dan
adopsi untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara derajat hubungan genetik
dan IQ. Suatu studi mengungkapkan bhw
kakak beradik, kembar 2 tewlur dan org tua-
anak mempunyai korelasi .50, tetapi kembar
1 sel telur secara genetis identik dengan
korelasi 1.0 sedangkan korelasi antara anak
angkat dg saudara2 angkatnya adalah 0.
Jadi bila faktor genetik penting dalam IQ makan
kembar 1 telur akan lebih mirip dp kembar 2 sel
telur, saudara kandung dan org tua-anak, dan
keluarga biologis akan lebih mirip dp anak2 dg
org tua adopsi atau saudara2nbya dalam rumah
tsb.
Lingkungan mempunyai pengaruh kuat pd IQ dan
ini diungkapkan berbagai studi. Kebanyakan
studi membandingkan IQ anak2 angkat dg
anggauta lain dari keluarga tsb, keluarga biologis
dan kelompopk kontrol yg berpasangan dg usia
jenis kelamin, status sosio-ekonomi dan latar
belakang etnik.
Dari studi2 awal yg dilakukan 50 th pertama
di abad 20 terungkap bhw faktor genetik
sangat berpengaruh thdp IQ. Studi lain
mengungkapkan bhw korelasi antara IQ anak
angkat dg or tua biologis mereka cukup
tinggi dibandingkan dg korelasoi antara anak
angkat dg org tua angkatnya.
Kecerdasan ekstrem
Kecerdasan berkisar dari ujung yang satu yaitu
retardasi mental ke ujung yang lain, yaitu
keberbakatan.
Mental retardasi adalah keadaan fungsi
kecerdasan umum yg berada di bawah rata2 dg
adanya defisit dlm perilaku penyesuaian yg bisa
dilihat pd masa anak.
Ada berbagai penyebab, spt Down syndrome dan
phenylketonuria (PKU) ataupun kerusakan otak
sblm lahir krn ibu sakit, saat melahirkan karena
ibu sakit, saat dilahirkan bayi kurang oxygen
atau luka setelah lahir, penyakit atau
penyebab lain dlm lingkungan. Retardasi
bisa juga disebabakan pengaruh alkohol atau
obat2/drugs (mis.cocaine) yg dikonsumsi ibu.
Sternberg mengemukakan definisi
keberbakatan dg adanya domain2 bakat
khusus, yaitu : ketrampilan intelektual verbal,
matematik, spatial & memori; ketrampilan
artistik:menari, drama, musik dan melukis.
ketrampilan niche-fitting yaitu kemampuan
utk memilih, menyesuaikan dan membentuk
lingkungan fisik dan interpersonal dan
ketrampilan fisik yang mencakup ketrampilan
survival dan atletik.
Maka definisi ttg keberbakatan tergantung
pada definisi kecerdasan.
Orang mempunyai bakat luar biasa di satu
bidang bisa dikatakan berbakat hanya apabila
area tsb dianggap sebagai aspek kecerdasan.
Bila seorang ahli dlm misalnya membedakan
mutu produk makanan spt coklat/kopi/teh mk
belum dpt dikatakan sangat cerdfas walaupun
kemampuan itu mungkin penting. Sekarang
keberbakatan tidak lagi menuntut persyaratan
mempunyai kecerdasan g-factor yg luar biasa,
keberbakatan bisa terbatas pd kemampuan2
tertentu saja.
Apakah org2 berbakat tak dpt menyesuaikan
diri? Dr hsl2 penelitian ditemukan bhw org2
cenderung mempunyai penyesuaian kepribadian
rata2/ diatas rata2 dan kemungkinan sedikit
lebih besar dlm keberhasilan perkawinan dan
mencapai keberhasilan dlm dunia kerja
dibandingkan dg populasi umumnya. Tetapi
anak2 dg IQ sangat tinggi, dlm sebaran 180
mempunyai kesulitan2 penyesuaian yg lebih
tinggi.

Kreativitas dan Kecerdasan


Yg berhubungan dg kecerdasan dan
keberbakatan adalah kemampuan utk menghasil
kan sesuatu secara unik dan baru. Orang2
yang sangat cerdas tidak cenderung
maladjusted, walaupun kreativitas tampaknya
tinggi pada orang2 dg gangguan bipolar
(manisch-depresssion) dan penderita ringan
gangguan tsb.

Вам также может понравиться