Вы находитесь на странице: 1из 43

TERWUJUDNYA MASYARAKAT

JAWA TENGAH YANG


SEMAKIN SEJAHTERA
Pemerintah yang Ekonomi Kerakyatan
Memantapkan kondisi
bersih berbasis pertanian,
sosial budaya yang
dan profesional serta Usaha Mikro, Kecil dan
berbasiskan
sikap Menengah dan Industri
kearifan lokal
responsif aparatur Padat Karya;

Pengembangan Sumber Peningkatan


Daya perwujudan Mondisi aman dan
Manusia berbasis pembangunan fisik rasa aman dalam
kompetensi
dan infrastruktur kehidupan masyarakat
secara berkelanjutan
Mengurangi, menanggulangi kemiskinan
dan pengangguran dalam rangka
meningkatkan daya saing daerah untuk
mewujudkan investasi di daerah dan
meningkatkan kapasitas dan produktivitas
petani agar mencapai tingkat
kesejahteraan petani yang optimal serta
mantapnya ketahanan pangan.
Meningkatkan kualitas SDM melalui
penyediaan pelayanan dasar dan
peningkatan mutu serta relevansi
pendidikan.
Peningkatan kualitas dan akses
pelayanan kesehatan, jaminan
pemeliharaan kesehatan bagi
maskin, peningkatan status gizi,
pelayanan kesehatan sesuai SPM;
peningkatan kualitas hidup bersih
dan sehat serta pembentukan
lingkungan sehat; kefarmasian yang
terjangkau dan kebijakan dan
manajemen pembangunan, Jawa
tengah Sehat.
Pemerataan penyediaan perumahan dan
perbaikan prasarana dasar permukiman,
pemenuhan hak-hak perempuan dan
anak.
Mewujudkan pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan hidup yang optimal
dengan tetap menjaga kelestarian
fungsinya dalam menopang kehidupan.
Mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang baik melalui pelayanan publik yang
berkualitas, pemberantasan KKN serta
penegakkan hukum yang proporsional
dan tidak diskriminatif.
Meningkatnya pembangunan perdesaan
dalam rangka penanggulangan kemiskinan,
pengangguran, ketenagakerjaan dan
ketahanan pangan untuk meningkatkan daya
saing daerah serta penguasaan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
penelitian di berbagai bidang.
Meningkatnya kualitas sumber daya manusia,
derajat kesehatan dan pelayanan sosial dasar
serta pelayanan KB, kapasitas serta
produktifitas kerja, perumahan, prasarana dasar
permukiman, pemenuhan hak-hak perempuan
dan anak termasuk hak atas perlindungan.
Meningkatnya pemanfaatan
ruang, peningkatan daya dukung
dan daya tampung lingkungan
serta pengurangan potensi
ancaman bencana.
Meningkatnya pelayanan publik,
penyelenggaraan good
governance, kapasitas dan
kapabilitas aparatur pemerintahan
serta penegakkan hukum dan HAM.
Urusan Anggaran %
Urusan Pendidikan 268.898.714.000 4,7%

Kesehatan 747.980.669.000 13,1%

Pekerjaan umum 538.982.342.000 9,4%

Koperasi & UKM 34.458.290.000 0,6%

Ketahanan pangan 21.686.350.000 0,4%

Pemberdayaan Masy desa 16.404.523.000 0,3%

Pertanian 224.901.996.000 3,9%

Kelautan dan Perikanan 49.093.874.000 0,9%

Perindustrian 96.552.276.000 1,7%


Uraian Jumlah %

PENDAPATAN DAERAH 5.559.978.613.000


100 %
Pendapatan Asli Daerah 3.903.926.523.000
3.173.750.000.000 81 %
Pajak Daerah
49.068.971.000,00 1%
Retribusi Daerah
5%
182.765.967.000,00
Hasil pengel. Kekada yg Dipisahkan
498.341.585.000,00 13 %
Lain - lain PAD yang Sah

Dana Perimbangan 1.656.052.090.000

487.264.333.000,00
Dana Bagi Hasil Pajak /Bukan Pajak
1.168.787.757.000,00
Penyumbang PAD tertinggi adalah
Sektor Pajak, namun harus dilihat lebih
jeli karena antara lain masih banyak
disumbang oleh Pajak Kendaraan
bermotor. Hal ini dapat dilihat dari
KUA Bab 2.
Kontribusi Pendapatan lain yang sah
dalam seluruh Pendapatan Daerah
hanya sebesar 9%, menunjukkan
bahwa pengelolaan kekayaan
daerah/ BUMD belum maksimal
Kontribusi
Lain-lain pendapatan
yang sah dalam PAD hanya
sebesar 13 % , Ironisnya
didalamnya masih terdapat
pendapatan dari BLUD.
Uraian Jumlah

BELANJA DAERAH 5.729.883.464.000


Belanja Tidak Langsung 3.525.426.086.000
Belanja Pegawai 1.184.183.909.000
Belanja Hibah 54.280.163.000
Belanja Bantuan Sosial 211.173.760.000
Belanja bagi Hasil kepada Kab/kota 1.132.290.459.000
Belanja bantuan keu. Kpd kab/kota 918.497.795.000
Belanja tidak terduga 25.000.000.000
Belanja Langsung 2.204.457.378.000
Belanja Pegawai 211.855.433.000,00

Belanja Barang dan Jasa 1.565.901.164.000,00

Belanja Modal 426.700.781.000,00


Rasio BTL dalam Belanja daerah sebesar 62
%, dan sisanya 38 % untuk belanja
Langsung. Sehingga pembangunan belum
maksimal jika dibandingkan dengan jumlah
penduduk jawa tengah dan penduduk
miskin (6,19 juta tahun 2008)
Dari total Belanja langsung (38 %) masih
harus digunakan untuk membiayai belanja
pegawai/ honorarium sebesar 10 %, Belanja
Barang dan Jasa 71 %, sisanya 19 % untuk
belanja modal.
Belanja Pemerintah belum berpihak pada
publik.
Kapasitas Fiskal Daerah :
Gambaran kemampuan masing-masing daerah yang
dicerminkan melalui penerimaan umum APBD (tidak termasuk
DAK, Dana Darurat, dana pinjaman lama, dan penerimaan
yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran
tertentu) untuk membiayai tugas pemerintahan setelah
dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan dengan jumlah
penduduk miskin KF = Kapasitas Fiskal
KF = (PAD+DBH+DAU+LP)-BP PAD = PendapatanAsli Daerah
DBH = Dana Bagi Hasil
JumlahPenduduk Miskin DAU = Dana Alokasi Umum
LP = Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang
Sah
Katagori Indek KFD BP = Belanja Pegawai

- indeks < 2 =sangat tinggi


- 1 < 2 = tinggi
- 0,5 < 1 = sedang
- Indeks < 0,5 = rendah
PETA KAPASITAS FISKAL DAERAH DI JAWA TENGAH
1.2000

1.0000
Katagori Indek KFD
- Indeks < 2 =sangat tinggi
0.8000
- 1 < 2 = tinggi
- 0,5 < 1 = sedang
0.6000 - Indeks < 0,5 = rendah

0.4000

0.2000

Peta kapasitas fiskal daerah di Jawa Tengah rata-rata masuk katagori indek KF rendah, termasuk
provinsi sendiri. Hanya ada 3 kota, yakni Tegal, Pekalongan dan Semarang masuk katagori sedang
dan 2 lainnya: Kota Salatiga dan Kota Magelang katagori tinggi. Kondisi ini mencerminkan bahwa
semua daerah kabupaten kemampuan untuk membiayai urusan pemerintahan dalam
penanggulangan kemiskinan dipastikan sangat rendah.
10.47%
9.01%

7.40%
6.96%

KEBUMEN CILACAP JEPARA KLATEN


Kemampuan daerah untuk
membiayai kebutuhannya
sangat kecil.
Dibutuhkan kebijakan untuk
mengoptimalkan
kemampuan fiskal daerah
Proporsi PAD

PAD Pajak daerah Retribusi daerah Hsl penglolaan Lain2 pendapatan


kekayaan drh yg asli daerah yang
dipisahkan sah
KEBUMEN 67,981,056,000 11,307,500,000 36,274,734,000 1,937,523,000 18,461,299,000
CILACAP 126,058,245,000 42,999,890,000 37,652,500,000 4,982,080,000 40,423,775,000
JEPARA 71,081,298,000 15,419,796,000 9,827,992,000 2,489,305,000 43,344,205,000
KLATEN 71,371,000,000 20,900,000,000 13,990,000,000 5,081,000,000 31,400,000,000
Kecilnya PAD yang bersumber dari
Pajak, retribusi, Pendapatan Lain-lain
menunjukkan kurangnya upaya daerah
dalam memaksimalkan target
pendapatan sesuai potensi riilnya,
misalnya bagi hasil BUMD.
Belum adanya upaya perencanaan
pendapatan yang didasari semangat
pencapaian kinerja pengumpulan dana
pembangunan daerah secara optimal
(target wajib pajak)
1,000,000,000,000
74 % 88 %

900,000,000,000 80 %
800,000,000,000

700,000,000,000
69 %

600,000,000,000

500,000,000,000
26 31
400,000,000,000 %
% 12
20 %
300,000,000,000
%
200,000,000,000

100,000,000,000

-
KEBUMEN CILACAP JEPARA KLATEN
Belanja Tidak Langsung 802,697,810,717 912,349,946,000 562,112,483,000 907,425,827,000
Belanja Langsung 196,355,894,562 325,591,736,000 254,974,924,000 121,536,081,000
Kebijakan belanja daerah belum
berpihak pada publik.
Bagaimana pemerintah mampu
membangun daerah dan
menyelesaikan problem kemiskinan,
pengangguran, kerawanan pangan,
jaminan sosial dan minimnya
infrastruktur, jika belanja tidak
langsung menggerogoti struktur
belanja daerah ?
KEBUMEN CILACAP JEPARA KLATEN

75.13%

67.03%
62.70%

57.75%

KEBUMEN CILACAP JEPARA KLATEN


Tingginyabelanja pegawai
dalam belanja daerah, makin
mengaburkan agenda
pemerintah dalam memenuhi
hak-hak dasar rakyat dan
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Apalagi ditambah dengan
penerimaan CPNS tiap tahun ?
20,99%
17,64%

14,77%

9,97%

KEBUMEN CILACAP JEPARA KLATEN

KEBUMEN CILACAP JEPARA KLATEN


Proporsi BTL yang sudah tinggi,
masih ditambah dengan
besanya honorarium/ belanja
pegawai dalam Belanja
Langsung.
Mengindikasikan terjadinya in-
efisiensi dalam belanja daerah.
KEBUMEN CILACAP JEPARA KLATEN

104,79%
98,79%
89,24%
81,99%

KEBUMEN CILACAP JEPARA KLATEN


Data diatas menunjukkan
bahwa Dana Alokasi Umum
dari Pusat, habis hanya
untuk membiayai belanja
pegawai.
Bahkan DAU kabupaten
Klaten masih minus untuk
membiayai belanja
pegawainya.
350,000,000,000

300,000,000,000

250,000,000,000

200,000,000,000

150,000,000,000

100,000,000,000

50,000,000,000

-
BELANJA LANGSUNG Belanja pegawai Belanja barang & jasa Belanja modal
KEBUMEN 196,355,894,562 34,628,800,300 89,273,320,959 72,453,773,303
CILACAP 325,591,736,000 68,354,890,960 131,270,237,820 125,966,607,220
JEPARA 254,974,924,000 37,653,881,000 139,805,097,000 77,515,946,000
KLATEN 121,536,081,000 12,122,698,000 80,690,586,000 28,722,797,000
Tabel 2

55.258.922.000 Tabel 1

Rumus
ADD
37.169.635.000
Kabupaten/
Kota PP 72
26.091.303.000
22.273.112.000
KEBUMEN 774,896,428.30

CILACAP 8,537,400,000.00

JEPARA 9,537,222,900.00

KLATEN Minus
KEBUMEN CILACAP JEPARA KLATEN
Perhitungan Alokasi dana desa menurut
PP 72 Tahun 2005 tentang Desa adalah =

ADD = (10 % x DAU) Belanja Pegawai

Jika Perhitungan sesuai dengan PP 72


Thn 2005 dilakukan, maka perhitungan
ADD sangat kecil, terlihat dalam tabel 1.
Yang menarik adalah daerah
melakukan Perhitungan ADD
berdasarkan aspek keadilan. (Tabel 2)
81.486.045.679

36.479.476.000 34.372.712.000
27.500.000.000

KEBUMEN CILACAP JEPARA KLATEN


Tingginya
Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran Tahun sebelumnya
(SILPA) 4 kabupaten diatas
menunjukan antara lain; belum
baiknya pengelolaan keuangan
daerah, menurunnya kinerja
aparatur daerah, perencanaan
yang buruk dan atau sebab-
sebab non teknis lainnya.
60,0%
57,5%
50,0%

40,0%

30,0%
6,5%
20,0%

10,0%

0,0%
Pendidikan Kesehatan
Anggaran pendidikan sebesar 57,5% dari
belanja daerah yang berarti telah melebihi
amanat konstitusi yg hanya mensyaratkan 20%
Belanja kesehatan baru mencapai 6,5% dari
belanja daerah plus gaji. Padahal UU 36/2009
tentang Kesehatan pasal 171 ayat (2)
mengamanatkan kepada Pemerintah daerah
untuk mengalokasikan minimal 10% dari APBD
diluar gaji
Setelah dikurangi gaji, maka secara riil anggaran
kesehatan hanya sebesar 1,9%. Artinya semakin
jauh dari amanat UU 36/2009
100%
97%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30% 3%
20%
10%
0%
BTL BL
Oritentasi Anggaran pendidikan tidak
menunjukkan keberpihakan terhadap
pemenuhan kebutuhan masyarakat dan
peningkatan pembangunan pendidikan
97% anggaran pendidikan hanya untuk
membiayai belanja gaji. Sedangkan alokasi yg
berpotensi untuk akselerasi, percepatan dan
pembangunan pendidikan untuk semua
hanya mendapat porsi 3%
3% belanja langsung pendidikan tidak akan
mampu menopang 3 level kebutuhan
pembangunan pendidikan yaitu infrastruktur
dasar, akses, dan mutu secara terencana,
sistematis dan terukur.
80%
70% 71%
60%
50%
40%
30% 29%
20%
10%
0%
BTL BL
71% anggaran kesehatan hanya
untuk membiayai gaji dan yg
berorientasi terhadap pelayanan
publik hanya sebesar 29%.
Artinya kebijakan ini bertentangan
dengan amanat UU 36/2009 pasal
171 ayat (3) yang mensyaratkan agar
2/3 atau 67% dari anggaran
kesehatan digunakan untuk
kepentingan publik
Meningkatkan efektifitas pelaksanaan
kebijakan desentralisasi fiscal dengan
berorientasi pada peningkatan
sumber pendapatan daerah yang
tidak memberatkan masyarakat.
Artinya, melihat potensi riil
pendapatan yang ada harus
diimbangi dengan semangat
menaikkan target pendapatan.
Mendorong pemerintah untuk
berani melakukan inovasi,
terobosan dan kreativitas dalam
membuat kebijakan anggaran
daerah yang berpihak pada
masyarakat. Artinya, ditengah
kondisi belanja yang yang defisit
jangan justru banyak
mengalokasikan belanja yang
berorientasi pada belanja
pegawai dan honorarium.
Mendorong pemerintah untuk membuat
kebijakan anggaran yang dapat
menjawab kebutuhan masyarakat serta
memperhatikan aspek keadilan dan
kepantasan.
Artinya, harus ada political will dari
pemerintah untuk menaikkan porsi
anggaran pada sector-sektor prioritas,
seperti penanggulangan kemiskinan,
pengembangan pedesaan,
peningkatan ketahanan pangan,
pertanian, kelautan dan perikanan.

Вам также может понравиться