Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
487.264.333.000,00
Dana Bagi Hasil Pajak /Bukan Pajak
1.168.787.757.000,00
Penyumbang PAD tertinggi adalah
Sektor Pajak, namun harus dilihat lebih
jeli karena antara lain masih banyak
disumbang oleh Pajak Kendaraan
bermotor. Hal ini dapat dilihat dari
KUA Bab 2.
Kontribusi Pendapatan lain yang sah
dalam seluruh Pendapatan Daerah
hanya sebesar 9%, menunjukkan
bahwa pengelolaan kekayaan
daerah/ BUMD belum maksimal
Kontribusi
Lain-lain pendapatan
yang sah dalam PAD hanya
sebesar 13 % , Ironisnya
didalamnya masih terdapat
pendapatan dari BLUD.
Uraian Jumlah
1.0000
Katagori Indek KFD
- Indeks < 2 =sangat tinggi
0.8000
- 1 < 2 = tinggi
- 0,5 < 1 = sedang
0.6000 - Indeks < 0,5 = rendah
0.4000
0.2000
Peta kapasitas fiskal daerah di Jawa Tengah rata-rata masuk katagori indek KF rendah, termasuk
provinsi sendiri. Hanya ada 3 kota, yakni Tegal, Pekalongan dan Semarang masuk katagori sedang
dan 2 lainnya: Kota Salatiga dan Kota Magelang katagori tinggi. Kondisi ini mencerminkan bahwa
semua daerah kabupaten kemampuan untuk membiayai urusan pemerintahan dalam
penanggulangan kemiskinan dipastikan sangat rendah.
10.47%
9.01%
7.40%
6.96%
900,000,000,000 80 %
800,000,000,000
700,000,000,000
69 %
600,000,000,000
500,000,000,000
26 31
400,000,000,000 %
% 12
20 %
300,000,000,000
%
200,000,000,000
100,000,000,000
-
KEBUMEN CILACAP JEPARA KLATEN
Belanja Tidak Langsung 802,697,810,717 912,349,946,000 562,112,483,000 907,425,827,000
Belanja Langsung 196,355,894,562 325,591,736,000 254,974,924,000 121,536,081,000
Kebijakan belanja daerah belum
berpihak pada publik.
Bagaimana pemerintah mampu
membangun daerah dan
menyelesaikan problem kemiskinan,
pengangguran, kerawanan pangan,
jaminan sosial dan minimnya
infrastruktur, jika belanja tidak
langsung menggerogoti struktur
belanja daerah ?
KEBUMEN CILACAP JEPARA KLATEN
75.13%
67.03%
62.70%
57.75%
14,77%
9,97%
104,79%
98,79%
89,24%
81,99%
300,000,000,000
250,000,000,000
200,000,000,000
150,000,000,000
100,000,000,000
50,000,000,000
-
BELANJA LANGSUNG Belanja pegawai Belanja barang & jasa Belanja modal
KEBUMEN 196,355,894,562 34,628,800,300 89,273,320,959 72,453,773,303
CILACAP 325,591,736,000 68,354,890,960 131,270,237,820 125,966,607,220
JEPARA 254,974,924,000 37,653,881,000 139,805,097,000 77,515,946,000
KLATEN 121,536,081,000 12,122,698,000 80,690,586,000 28,722,797,000
Tabel 2
55.258.922.000 Tabel 1
Rumus
ADD
37.169.635.000
Kabupaten/
Kota PP 72
26.091.303.000
22.273.112.000
KEBUMEN 774,896,428.30
CILACAP 8,537,400,000.00
JEPARA 9,537,222,900.00
KLATEN Minus
KEBUMEN CILACAP JEPARA KLATEN
Perhitungan Alokasi dana desa menurut
PP 72 Tahun 2005 tentang Desa adalah =
36.479.476.000 34.372.712.000
27.500.000.000
40,0%
30,0%
6,5%
20,0%
10,0%
0,0%
Pendidikan Kesehatan
Anggaran pendidikan sebesar 57,5% dari
belanja daerah yang berarti telah melebihi
amanat konstitusi yg hanya mensyaratkan 20%
Belanja kesehatan baru mencapai 6,5% dari
belanja daerah plus gaji. Padahal UU 36/2009
tentang Kesehatan pasal 171 ayat (2)
mengamanatkan kepada Pemerintah daerah
untuk mengalokasikan minimal 10% dari APBD
diluar gaji
Setelah dikurangi gaji, maka secara riil anggaran
kesehatan hanya sebesar 1,9%. Artinya semakin
jauh dari amanat UU 36/2009
100%
97%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30% 3%
20%
10%
0%
BTL BL
Oritentasi Anggaran pendidikan tidak
menunjukkan keberpihakan terhadap
pemenuhan kebutuhan masyarakat dan
peningkatan pembangunan pendidikan
97% anggaran pendidikan hanya untuk
membiayai belanja gaji. Sedangkan alokasi yg
berpotensi untuk akselerasi, percepatan dan
pembangunan pendidikan untuk semua
hanya mendapat porsi 3%
3% belanja langsung pendidikan tidak akan
mampu menopang 3 level kebutuhan
pembangunan pendidikan yaitu infrastruktur
dasar, akses, dan mutu secara terencana,
sistematis dan terukur.
80%
70% 71%
60%
50%
40%
30% 29%
20%
10%
0%
BTL BL
71% anggaran kesehatan hanya
untuk membiayai gaji dan yg
berorientasi terhadap pelayanan
publik hanya sebesar 29%.
Artinya kebijakan ini bertentangan
dengan amanat UU 36/2009 pasal
171 ayat (3) yang mensyaratkan agar
2/3 atau 67% dari anggaran
kesehatan digunakan untuk
kepentingan publik
Meningkatkan efektifitas pelaksanaan
kebijakan desentralisasi fiscal dengan
berorientasi pada peningkatan
sumber pendapatan daerah yang
tidak memberatkan masyarakat.
Artinya, melihat potensi riil
pendapatan yang ada harus
diimbangi dengan semangat
menaikkan target pendapatan.
Mendorong pemerintah untuk
berani melakukan inovasi,
terobosan dan kreativitas dalam
membuat kebijakan anggaran
daerah yang berpihak pada
masyarakat. Artinya, ditengah
kondisi belanja yang yang defisit
jangan justru banyak
mengalokasikan belanja yang
berorientasi pada belanja
pegawai dan honorarium.
Mendorong pemerintah untuk membuat
kebijakan anggaran yang dapat
menjawab kebutuhan masyarakat serta
memperhatikan aspek keadilan dan
kepantasan.
Artinya, harus ada political will dari
pemerintah untuk menaikkan porsi
anggaran pada sector-sektor prioritas,
seperti penanggulangan kemiskinan,
pengembangan pedesaan,
peningkatan ketahanan pangan,
pertanian, kelautan dan perikanan.