0 оценок0% нашли этот документ полезным (0 голосов)
8 просмотров36 страниц
Abrasi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk kegunaan lain dari Abrasi, lihat Abrasi (disambiguasi).
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya abrasi adalah dengan penanaman hutan mangrove.
Lihat pula
Abrasi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk kegunaan lain dari Abrasi, lihat Abrasi (disambiguasi).
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya abrasi adalah dengan penanaman hutan mangrove.
Lihat pula
Abrasi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk kegunaan lain dari Abrasi, lihat Abrasi (disambiguasi).
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya abrasi adalah dengan penanaman hutan mangrove.
Lihat pula
di Rumah Sakit Personal Protective Equipment (Alat Pelindung Diri) Adalah suatu pakaian atau khusus yang dikenakan tenaga kerja untuk melindungi dirinya dari suatu bahaya potensial sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan. Personal Protective Equipment merupakan pilihan terakhir dalam menghilangkan dan mengurangi efek pemaparan bahan bahaya dalam bekerja. Personal Protective Equipment di Rumah Sakit Antara lain: *Jas Laboratorium dipakai di area laboratorium dan dilepaskan sebelum keluar ruangan. *Rok kerja/Apron terbuat dari karet/plastik, sebaiknya dipakai apabila dikhawatirkan bahan-bahan berbahaya dapat memercik/mengenai diri. *Sarung tangan sebaiknya dipakai pada saat menggunakan bahan kimia, specimen, atau bahan yang dipanaskan. *Sepatu karet sebaiknya dipergunakan untuk mencegah kemungkinan tergelincir atau terjatuh. *Kaca mata pelindung sebaiknya dipakai apabila ada kemungkinan terperciknya bahan bahaya ke daerah mata. *Respirator dipergunakan pada saat mempergunakan zat kimia tertentu seperti formaldehyde, ethylene oxide. *Pakaian kedap air sebainya digunakan ketika sedang menggunakan obat anti neoplastik bagi pasiennya. Personal Protective Equipment di tempat bekerja lainnya disesuaikan dengan jenis industri, alat-alat yang dipakai, dan bahan kimia. Misalnya:- Sepatu yang bisa menahan beban - Helm - Penutup/sumbat telinga - Kaca mata - Sarung tangan Kesehatan dan keselamatan kerja di Tempat pelayanan kesehatan Tempat pelayanan kesehatan antara lain Puskesmas, Klinik, Rumah Sakit. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan masalah kesehatan makin penting. International Labor Organization (1999), penyebab kematian pada tenaga kerja adalah carsinoma akibat kerja. Gangguan kesehatan lain, misalnya ketulian, muskuloskeletal, reproduksi dan mental. Identifikasi bahaya kesehatan di lingkungan kerja Rumah Sakit Berdasarkan faktor penyebabnya, bahaya potensial (Occupational Safety and Health Administration US Departement of Labor,1993) di lingkungan Rumah Sakit dapat dikategorikan: 1.Golongan Biologis Biological Agents yang sering dijumpai adalah Hepatitis B virus, Mycobacterium tuberculosis, HIV dan sebagainya. 2.Golongan Ergonomik Ergonomi sebagai suatu ilmu yang menyesuaikan karakteristik biologik manusia dengan lingkungan kerjanya. Di Rumah Sakit masalah ini berupa kerja mengangkat pasien, posisi berdiri lama dalam jangka waktu lama, pencahayaan yang belum optimal, pekerja pengangkut barang. 3.Golongan kimia Ada berbagai bahan kimia yang bersifat toksik maupun mengiritasi antara lain obat-obatan, pelarut dan gas berbahaya seperti ethylene oxide, formaldehyde, gas buangan anestesi, cytotoxic agent. 4.Golongan Psikologi Faktor-faktor atau situasi yang menimbulkan ketegangan sehubungan dengan tanggung jawab pekerjaan maupun faktor lingkungan kerja dapat menyebabkan gangguan mental emosional Occupational Safety and Health Administration US Departement of Labor,1993, membagi lokasi kerja yang mempunyai bahaya potensial di Rumah Sakit: Unit pelayanan dasar/poliklinik - Ethylenoxide, merkuri, asbes - Infeksi - Alat tajam - Uap - Deterjen - Gas mudah terbakar - Alat angkat alat angkut Unit Dialisa -Formaldehyde -Infeksi Unit penyakit gigi dan mulut - Merkuri - Ethylene oxide - Anaestesi - Radiasi - Infeksi - Bahaya listrik - Alat tajam Unit penyediaan makanan - Lantai yang basah - Alat tajam - Bising - Deterjen - Amonia - Microwave - Oven Unit kebersihan - Deterjen - Alat tajam - Infeksi - Alat angkat dan alat angkut Unit Laboratorium - Formaldehyde - Ethyleneoxide - Zat mudah terbakar dan meledak - Infeksi Unit Laundry - Infeksi - Alat tajam - Deterjent - Pemutih - Sampah kimia - Alat angkat dan angkut Kamar Bedah - Anaestesi - Antiseptic - Alat tajam - Infeksi Unit Patologi - Infeksi - Formaldehyde - Bahan pelarut Unit Farmasi - Bahan kimia - Obat-obatan - Merkuri Unit Radiologi - Infeksi - Radiasi - Alat angkat dan alat angkut Unit perawatan pasien/rawat inap - Infeksi - Lama berdiri - Alat tajam Unit perawatan dengan tenaga nuklir - Infeksi - Radiasi sinar X, Radionuklir. PENGENDALIAN Engineering Control bantuan teknologi dalam upaya mengisolasi atau mengeluarkan suatu bahaya dari lingkungan kerja Work Practice Control Yaitu dengan mengurangi kemungkinan terpaparnya tenaga kerja melalui perubahan tata cara kerja: Mencuci tangan sesegera mungkin setelah menyentuh bahan kimia, obat-obatan, darah, cairan tubuh. Tidak makan, minum, merokok, bermake up di ruangan laboratorium Jarum suntik, alat yang tajam disimpan dalam wadah kedap air dan jangan dipegang dengan jari. Dilarang menggunakan pipet memakai mulut. Administrative Control Yaitu melalui pengurangan durasi dan frekuensi terpaparnya tenaga kerja dengan suatu bahaya potensial dalam lingkungan kerja: - Job rotation - Penyesuaian jadwal kerja - Penyediaan tenaga kerja yang cukup bila bahaya potensial meningkat. Administrative Control dilakukan, bila: Engineering dan Work Control tidak bisa dilakukan. Administrative control pada dasarnya menyangkut peraturan yang dikeluarkan Rumah Sakit terhadap tenaga kerja dalam rangka mengurangi keterpaparan tenaga kerja dengan bahaya potensial dalam bekerja. Administratitive Control sering dianjurkan di Rumah Sakit: 1. Memberikan pelatihan/training kepada tenaga kerja. 2. Pemberian vaksinasi sebagai upaya preventif 3. Memperhatikan hubungan tuntutan kerja dengan stress yang ditimbulkan: - Beban kerja tidak seimbang - Kekurangan tenaga kerja - Pemantauan alat kerja yang rusak - Pengadaan alat emergensi -Tempat cuci tangan - Menginventarisasi bahan radioaktif. Bila ketiga cara tidak mungkin diimplementasikan atau hasil kurang memuaskan maka 1. PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT (APD) 2. PELATIHAN dan PENDIDIKAN untuk menyampaikan kepada seluruh tenaga kerja dan merupakan masyarakat Rumah Sakit (The Hospital Community) antara lain penentu kebijakan, pelaksanaan pelayanan non medis/medis tentang hak, kewajiban dan kebutuhan mereka masing-masing dalam mewujudkan suatu lingkungan kerja yang bebas dari bahaya (Work Environment Free From Hazard) Pelatihan memberi penerangan kepada seluruh tenaga kerja, supervisor, pelaksana dan manager untuk berpartisipasi aktif dalam program keselamatan dan kesehatan kerja. Pelatihan dan Pendidikan diberikan kepada:1. Pihak Manajemen 2. Pihak Supervisor 3. Pihak Tenaga Kerja Materi Pelatihan dan Pendidikan
1. Program keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan.
2. Peraturan sehubungan dengan K-3 3. Sumber bahaya dan agent penyebab penyakit infeksi dan cara menghilangkannya. 4. Pencegahan bahaya alat listrik 5. Pencegahan rasa nyeri otot (back injury) 6. Masalah ergonomic 7. Pelaporan kecelakaan dan sakit akibat kerja 8. Pengendalian infeksi 9. Menghadapi bahaya dalam darurat sesuai dengan jenis pekerjaan yang dihadapi. 10. PROSEDUR PELATIHAN HARUS BERKESINAMBUNGAN!!