Вы находитесь на странице: 1из 25

Askep Psychiatric Intensive Care

Unit (PICU)

Nofrida Saswati
Konsep Keperawatan di Ruang PICU
(Psychiatric Intensive Care Unit)
Pengertian
PICU merupakan pelayanan yang ditujukan untuk klien gangguan
jiwa dalam kondisi krisis psikiatri (Keliat, dkk, 2009).
PICU adalah suatu unit yang memberikan perawatan khusus
kepada klien-klien psikiatri yang berada dalam kondisi
membutuhkan pengawasan ketat (Maryree, 2010).
Dapat disimpulkan bahwa PICU adalah suatu unit gabungan
pelayanan gawat darurat psikiatri dan pelayanan intensif, yang
ditujukan untuk klien gangguan jiwa yang dalam kondisi krisis
psikiatri dan berada dalam kondisi yang membutuhkan
pengawasan ketat, dimana dapat diselenggarakan di rumah sakit
jiwa atau psikiatri rumah sakit umum.
Indikasi masuk PICU
Indikasi masuk PICU adalah klien dengan
kedaruratan psikiatri, untuk dapat dikatakan
sebagai suatu kedaruratan situasi tersebut harus
memiliki kriteria, sebagai berikut:
a. Ancaman segera terhadap kehidupan, kesehatan,
harta benda atau lingkungan.
b.Telah menyebabkan kehilangan kehidupan,
gangguan kesehatan, kerusakan harta benda dan
lingkungan.
c. Memiliki kecenderungan peningkatan bahaya yang
tinggi dan segera terhadap kehidupan, kesehatan,
harta benda atau lingkungan.
Kedaruratan Psikiatri
Kedaruratan psikiatrik adalah suatu gangguan akut
pada pikiran, perasaan, perilaku, atau hubungan
sosial yang membutuhkan suatu intervensi segera
(Allen, Forster, Zealberg, & Currier, 2002).
Sedangkan menurut Kaplan dan Sadock (1993)
kedaruratan psikiatrik adalah gangguan alam
pikiran, perasaan atau perilaku yang membutuhkan
intervensi terapeutik segera. Sehingga prinsip dari
kedaruratan psikiatri adalah intervensi atau
penanganan segera. Berdasarkan prinsip segera ini
maka penanganan kedaruratan dibagi dalam fase
intensif I (24 jam pertama), fase intensif II (24-72
jam pertama), dan fase intensif III (72 jam-10 hari).
Fase intensif I adalah fase 24 jam pertama
pasien dirawat dengan observasi, diagnosa,
tritmen dan evaluasi yang ketat. Berdasarkan
hasil evaluasi pasien maka pasien memiliki tiga
kemungkinan yaitu dipulangkan, dilanjutkan ke
fase intensif II, atau dirujuk ke rumah sakit jiwa.
Fase intensif II fase perawatan pasien dengan
observasi kurang ketat sampai dengan 72 jam.
Berdasarkan hasil evaluasi maka pasien pada fase
ini memiliki empat kemungkinan yaitu
dipulangkan, dipindahkan ke ruang fase intensif III,
atau kembali ke ruang fase intensif I. Pada fase
intensif III pasien di kondisikan sudah mulai stabil,
sehingga observasi menjadi lebih berkurang dan
tindakan-tindakan keperawatan lebih diarahkan
kepada tindakan rehabilitasi. Fase ini
berlangsung sampai dengan maksimal 10 hari.
Merujuk kepada hasil evaluasi maka pasien pada
fase ini dapat dipulangkan, dirujuk ke rumah sakit
jiwa atau unit psikiatri di rumah sakit umum,
ataupun kembali ke ruang fase intensif I atau II
Adapun skala yang digunakan untuk
mengukur tingkat kedaruratan pasien
adalah skala GAF (General Adaptive
Function) atau RUFA (Respon Umum
Fungsi Adaptif) dengan rentang skor 1
30 skala GAF. Kondisi pasien dikaji setiap
shift dengan menggunakan skor GAF.
(tambahkan penjelasan ttg aksis V, sbr
Stuart n Larai, 2005)
Skor 30 Perilaku dipengaruhi oleh waham
atau halusinasi ATAU gangguan serius
pada komunikasi atau pertimbangan (misalnya
kadang kadang inkoheren,
tindakan jelas tidak sesuai preokupasi bunuh
diri) ATAU ketidakmampuan
untuk berfungsi hampir pada semua bidang
(misalnya tinggal di tempat tidur
21 sepanjang hari, tidak memiliki pekerjaan,
rumah atau teman)
20 Terdapat bahaya melukai diri sendiri atau
orang lain (misalnya usaha bunuh diri tanpa
harapan yang jelas akan kematian, sering
melakukan kekerasan, kgembiraan manik)
ATAU kadang kadang gagal untuk
mempertahankan perawatan diri yang
minimal (misalnya mengusap feses) ATAU
gangguan
11 yang jelas dalam komunikasi (sebagian
besar inkoheren atau membisu)
10 Bahaya melukai diri sendiri atau orang lain
persisten dan parah (misalnya kekerasan
rekuren) ATAU ketidakmampuan persisten
untuk mempertahankan hiegien pribadi yang
minimal ATAU tindakan bunuh diri yang serius
tanpa
1 harapan akan kematian yang jelas .
No DX Skala Rufa 1-10 Skala Rufa 11- Skala Rufa
Kep Contoh 20 21-30
Intensif I Intensif II Intensif III
1 RBD 1. Aktif mencoba 1. Aktif Mungkin sudah
bunuh diri dengan memikirkan memiliki ide
cara: rencana bunuh untuk
a. gantung diri diri, namun mengakhiri
b. minum racun tidak disertai hidupnya, nam
c. memotong urat nadi dengan un tidak
d. menjatuhkan diri dari percobaan disertai dengan
tempat yang tinggi bunuh diri ancaman dan
2. Mengalami depresi a. Mengatakan percobaan
3. Mempunyai rencana ingin bunuh bunuh diri
bunuh diri yang diri namun
spesifik tanpa rencana
4. Menyiapkan alat yang spesifik
untuk bunuh diri b. Menarik diri
(pistol, pisau, silet, dll) dari pergaulan
sosial
No DX Kep Skala Rufa 1- Skala Rufa Skala Rufa 21-30
10 11-20
Intensif I Intensif II Intensif III
2.Mengungkapkan
perasaan seperti
rasa bersalah / sedih
/ marah / putus asa /
tidak berdaya
3. Mengungkapkan hal-
hal negatif tentang
diri sendiri yang
menggambarkan
harga diri rendah
4. Mengatakan: Tolong
jaga anak-anak
karena saya akan
pergi jauh! atau
No DX Kep Skala Rufa 1-10 Skala Rufa 11- Skala Rufa 21-
20 30
Intensif I Intensif II Intensif III
2 PK 1.Perilaku : Melukai 1.Perilaku : 1.Perilaku :
diri sendiri, orang Menentang, meng Menentang
lain,merusak ancam, mata 2. Verbal : Intonasi
lingkungan, mengam melotot sedang, menghina
u, menentang, 2. Verbal : Bicara orang
mengancam, mata kasar, Intonasi lain, berdebat
melotot sedang, menghina 3.Emosi : Labil,
2.Verbal : Bicara kasar, orang mudah
intonasi tinggi, lain, menuntut, tersinggung,
menghina orang berdebat ekspressi tegang,
lain, menuntut, 3. Emosi : Labil, merasa tidak aman
berdebat mudah 4. Fisik :
3.Emosi : Labil, tersinggung, Pandangan tajam,
mudah ekspressi tekanan darah
tersinggung, ekspress tegang,dendam menurun
i tegang, marah- merasa tidak aman
marah, dendam, 4. Fisik :
merasa tidak aman. Pandangan tajam,
4.Fisik : Muka merah, tekanan darah
Secara umum pasien yang dirawat di UPIP adalah pasien
dengan kriteria:
Risiko bunuh diri yang berhubungan dengan
kejadian akut dan atau suatu perubahan alam
perasaan atau perilaku yang menetap
Penyalahgunaan NAPZA atau kedaruratan yang
berhubungan yang berlangsung relatif singkat
Kondisi lain yang akan mengalami peningkatan
yang bermakna dalam waktu singkat dan pasien
tampak mampu kembali ke komunitas segera
bila peningkatan tersebut terjadi.
Berdasarkan masalah keperawatan maka pasien yang
perlu dirawat di unit perawatan intensif psikiatri adalah
pasien dengan masalah keperawatan sebagai berikut:

1. Perilaku Kekerasan
2. Perilaku Bunuh diri
3. Perubahan sensori persepsi: halusinasi
4. Perubahan proses pikir: waham curiga
5. Defisit perawatan diri
6.Masalah-masalah keperawatan yang berkaitan
dengan kondisi pasien putus zat dan over dosis:
1) Perubahan kenyamanan: nyeri
2) Gangguan pola tidur
3) Gangguan pemenuhan nutrisi
4) Gangguan eliminasi bowel
Pola penanganan di unit perawatan
intensif psikiatri
Pola penanganan di UPIP menggunakan pendekatan
MPKP yang terdiri dari empat pilar yaitu :
1. Pendekatan manajemen
2. Compensatory reward
3. Hubungan profesional
4. Manajemen asuhan keperawatan
Pada ruangan UPIP keempat pilar ini dilebur
menjadi 2 pilar sebagai berikut:
1. Manajemen pelayanan keperawatan (pilar I-III)
2. Manajemen asuhan keperawatan (pilar IV)
Triase
Pada fase ini hal pertama yang harus dilakukan
adalah rapid assessment/screening assessment
yang dilakukan berdasarkan protap yang telah
disepakati. Pengkajian ini harus meliputi nama
pasien, tanggal lahir, nomor tanda pengenal
(KTP/SIM/Paspor), alamat, nomor telepon, serta
nama dan nomor telepon orang terdekat pasien
yang dapat dihubungi, tanda vital dan keluhan
utama dengan skor RUFA untuk menentukan perlu
tidaknya dirawat di unit UPIP dan bila dirawat
untuk menentukan level/fase intensif pasien.
Sedangkan pihak medis melakukan pengkajian
dengan menggunakan skala GAF.
Fase intensif I (24 jam pertama)
Prinsip tindakan
Life saving
Mencegah cedera pada pasien, orang
lain dan lingkungan
Indikasi :
Pasien dengan skor 1-10 skala RUFA
Pengkajian
Hal-hal yang harus dikaji adalah:
Riwayat perawatan yang lalu
Psikiater/perawat jiwa yang baru-baru ini menangani pasien
(bila memungkinkan)
Diagnosa gangguan jiwa di waktu yang lalu yang mirip dengan
tanda dan gejala yang dialami pasien saat ini
Stresor sosial, lingkungan, dan kultural yang menimbulkan
masalah pasien saat ini
Kemampuan dan keinginan pasien untuk bekerjasama dalam
proses tritmen
Riwayat pengobatan dan respons terhadap terapi, mencakup
jenis obat yang didapat, dosis, respons terhadap obat, efek
samping dan kepatuhan minum obat, serta daftar obat
terakhir yg diresepkan dan nama dokter yang meresepkan.
Pemeriksaan kognitif untuk mendeteksi kerusakan kognitif
atau neuro psikiatrik
Tes kehamilan untuk semua pasien perempuan usia subur
Intervensi
Intervensi untuk fase ini adalah:
Observasi ketat
Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar (makan, minum,
perawatan diri)
Manajemen pengamanan pasien yang efektif (jika
dibutuhkan).
Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini
adalah terapi musik.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan
apakah kondisi pasien memungkinkan untuk
dipindahkan ke ruang intensif II.
Bila kondisi pasien diatas 10 skala RUFA maka pasien
dapat dipindahkan ke intensif II.
Fase Intensif II (24-72 jam pertama)
Prinsip tindakan
Observasi lanjutan dari fase krisis (Intensif I)
Mempertahankan pencegahan cedera pada pasien,
orang lain dan lingkungan
Indikasi :
Pasien dengan skor 11-20 skala RUFA
Intervensi
Intervensi untuk fase ini adalah:
Observasi frekuensi dan intensitas yang lebih
rendah dari fase intensif I
Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase
ini adalah terapi musik dan terapi olah raga.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan
apakah kondisi pasien memungkinkan untuk
dipindahkan ke ruang intensif III.
Bila kondisi pasien diatas skor 20 skala RUFA
maka pasien dapat dipindahkan ke intensif III. Bila
dibawah skor 11 skala RUFA maka pasien
dikembalikan ke fase intensif I
Fase Intensif III (72 jam-10 hari)
Prinsip tindakan
Observasi lanjutan dari fase akut (Intensif II)
Memfasilitasi perawatan mandiri pasien
Indikasi :
Pasien dengan skor 21-30 skala RUFA
Intervensi
Intervensi untuk fase ini adalah:
Observasi dilakukan secara minimal
Pasien lebih banyak melakukan aktivitas secara mandiri
Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini
adalah terapi musik, terapi olah raga dan life skill
therapy.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan
apakah kondisi pasien memungkinkan untuk
dipulangkan.
Bila kondisi pasien diatas skor 30 skala RUFA maka
pasien dapat dipulangkan dengan mengontak perawat
CMHN terlebih dahulu. Bila dibawah skor 20 skala
RUFA pasien dikembalikan ke fase intensif II, dan
dibawah skor 11 skala RUFA pasien dikembalikan ke
fase intensif I.

Вам также может понравиться