Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh :
Putri Dwi Lestari G1F014005
Diva Fatharani A. G1F014021
Deni Agustin Wulandari G1F014037
Rizki Amalia Husada G1F014059
KASUS
Nama Pasien Ny.R Umur/TTL 54 th
No. Rekam Medik 03xxxx BB
Alamat Wangon TB
Status Jaminan Jenis Kelamin P
+ Tidak
Sesak + + + - - Sesak
kadang sesak
Data Laboratorium
Menurun
Hb 12-16 g/dl 9
(anemia)
Menurun
Hematokrit 35-45% 26
(anemia)
Menurun
Eritrosit 3,8-5x106/L 3,2
(anemia)
Kreatinin darah 0,6-1,3 mg/dL 1,55 Meningkat
Menurun
Na 135-144 mmol/L 132
(hiponatremia)
Menurun
K 3,6-4,8 mmol/L 3,2
(hipokalemia)
Pemeriksaan Penunjang
Nama Pemeriksaan: Hasil
Mikrobiologi Pewarnaan 2N 1x
Tanggal: 25-11-14 - BTA I (-)
- Leukosit (+)
- Epitel (+)
Pewarnaan 2N 2x
Pewarnaan 2N 3x
BTA III :scanty (ditemukan 7 BTA/100LPB)
Leukosit (+)
Epitel (+)
Foto thoraks
Terapi yang diterima pasien
Tanggal
Obat Dosis Frek
24 25 26 27 28 29
O2 3 lpm
SF 2x1
Terasma 3x1 cth -
Antacid 3x1 -
KSR 1x1 -
PCT 3x1 -
2 FDC 1x3
Cefixime 2x100 - -
Braxidin 2x1 - - -
PATOFISIOLOGI
GUIDELINE TERAPI
Kemenkes, 2014
GUIDELINE TERAPI
Kemenkes, 2014
DRP 1 :Terapi tanpa indikasi
Subjective -
Objective -
Uraian DRP Pasien diberi terapi Braxidin, namun dalam data klinis, pasien
tidak menunjukkan gejala seperti kecemasan, pengobatan
simtomatik ulkus peptikum, hipersekresi & hiperpotensi GIT
(MIMS, 2017).
Plan Pemberian Braxidin pada pasien dihentikan
Penatalaksanaan
DRP
DRP 2 : ADR
Subjective -
Objective -
Uraian DRP Pasien menerima ranitidin dan antasid yang sama-sama untuk
mengatasi ESO dari OAT seperti mual, muntah. Menurut Depkes R1
(2005) antasid dapat berinteraksi dengan OAT yaitu isoniazid yaitu
dapat menurunkan kadar inh didalam darah. Selain itu menurut
anonim (2017) ranitidin lebih efektif dan memiliki durasi yang lama
dalam pengobatan dibanding antasid
Terapi Non Konsumsi makanan yang megandung kalium seperti pisang, alpukat, kiwi,
Farmakologi susu (Medscape, 2017)
DRP 4 : Terapi Tidak Perlu
Subjective -
Objective Pasien mengalami peningkatan suhu:
Tgl 26 : 38,7, Tgl 28 : 38 (suhu normal : 36-37)
Uraian DRP Pada kasus, pasien diberikan PCT pada tanggal 25-29. Menurut
Anderson (2002), PCT diminum ketika diperlukan saja yaituu pada
suhu meningkat (tanggal 26 dan 28)
Plan PCT diberikan ketika pasien mengalami demam saja yaitu tanggal
Penatalksaan 26 dan 28.
DRP
Aturan pakai 1 tablet (500 mg) diminum setelah makan
KIE Tenaga kesehatan : memonitoring suhu tubuh pasien setiap hari
Keberhasilan Suhu kembali normal (36,5-37,5) (Kemenkes RI, 2014)
Terapi non- Minum air putih cukup (8 gelas), kompres dengan air hangat
farmakologi
DRP 5 : Terapi tidak perlu
Subjective Sesak
Objective Pasien mengalami peningkatan RR : 24 (tgl 26)
Uraian DRP Pada tanggal 25 sampai tanggal 29 pasien mendapat suplai oksigen
dan obat terasma yang merupakan obat untuk mengatasi asma,
tetapi menurut MIMS (2014) perlu adanya perhatian khusus
penggunaan terasma terutama pada pasien yang menggunakan
obat anti hipertensi. Pada kasus pasien mendapat obat
antihipertensi,sehingga obat terasma dihilangkan dan pasien hanya
mendapat terapi oksigen.
Plan Terasma untuk pasien dihilangkan dan pasien hanya mendapat
penatalaksaan terapi oksigen.
DRP
DRP 6 : Wrong drug
Subjektif -
Objektif -
Uraian DRP Pasien memiliki riwayat hipertensi, dan pasien mendapat infus NaCl.
Menurut Kemenkes RI (2013) pasien hipertensi harus membatasi asupan
natrium, sedangkan pada infus NaCl mengandung natrium yang tinggi. Oleh
karena itu sebaiknya pasien tidak menggunakan infus NaCl. Penggantian
infus NaCl menjadi infus ringer laktat. Karena ringer laktat umumnya
digunakan dalam perawatan, kontrol, perbaikan penyakit, kondisi dan
gejala seperti hipertensi dan rendah kalium seperti pada kasus.
KIE -
Keberhasilan -
ESO Mual, muntah, sembelit, sakit kepala (Medscape, 2017)
DRP 7 : Indikasi Tanpa Terapi
Subjective Riwayat penyakit hipertensi
Objective TD 130/80-160/100 mmHg
Uraian DRP Pasien memiliki riwayat hipertensi dan pada saat MRS tekanan darah
pasien tinggi tetapi pasien tidak menerima terapi hipertensi. Pemberian
obat anti hipertensi untuk menurunkan dan mngkontrol tekanan darah
pasien tetap normal. Menurut JNC 8 (2016) terapi hipertensi tanpa CKD
adalah obat golongan diuretik Tiazid yaitu Hidroklortiazid.
Uraian DRP Pasien telah menerima pengobatan selama 6 bulan tetapi pada saat pemeriksaan BTA
pasien masih positif. Menurut Kemenkes RI (2014), pasien tersebut digolongkan dalam
pasien gagal dan dianjurkan untuk menerima pengobatan ulang dari tahap intensif. 2
FDC diganti dengan terapi tahap intensif selama 2 bulan pertama yaitu 4 FDC
(Kemenkes RI, 2014).
Plan 2 FDC diganti dengan terapi tahap intensif selama 2 bulan pertama yaitu 4 FDC
penatalaksanaan (Kemenkes RI, 2014).
DRP
Aturan pakai 56 hari pertama : Diminum 1 x sehari 4 tablet 4KDT da 1000 mg streptomisin injeksi.
28 hari selnajutnya: Diminum 1 x sehari 4 tablet 4KDT
20 minggu selanjutnya: Diminum 1 x sehari 4 tablet 2KDT + 4 tablet etambutol
KIE Tenaga kesehatan : memonitoring seteah tahap intensif selesai
Keberhasilan Sesak sembuh, Dahak berkurang, Batuk sembuh, BTA negative
Dimonitoring seteah tahap intensif selesai (Kemenkes RI, 2014).
ESO Nafsu makan menurun, Mual, Muntah, Sakit perut, Nyeri sendi, Kesemutan, Flu
sindrom, Insomnia, Amnesia
(Kemenkes RI, 2014)
Terapi non- menjaga sanitasi lingkungan, menjaga sirkulasi udara dalam rumah
farmakologi
Terapi yang Disarankan
Tanggal
Obat Dosis Frek
24 25 26 27 28 29
O2 3 lpm
RL /8 jam
Inj. - - -
Ceftriakso 1x2 -
n
Inj. - - -
1 amp 2x1 -
Rantin
SF 2x1
Antasid 3x1 -
KSR 1x1 -
PCT 3x1 - - - -
Daftar Pustaka
Aditama, 2002, Penyakit Paru Akibat Kerja. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan, Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta.
Alfiati, 2014, Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Tukak Peptik Di Instalasi Rawat Inap Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2014,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Anderson, P.O., James, E.K., William, G.T. 2002. Handbook of Clinical Drug Data, tenth edition. McGraw-Hill. New York.
Anonim, 2017, Penyakit Tuberkulosis, https://www.academia.edu/8785795/PENYAKIT_TUBERKULOSIS_el
Anonim, 2017, Terbutalin Sulphate, www.rxlist.com/terbutalin-sulphate-drug.htm, diakses tanggal 18 September 2017.
Anonim, 2017, Rantin.www.farmasiana.com/ranitidine/rantin, Diakses pada tanggal 17 september 2017.
Depkes RI, 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Tuberkulosis. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, Jakarta
Depkes RI, 2007, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta, Depkes.
Depkes RI., 2002, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Depkes RI, Jakarta.
Depkes, RI., 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Tuberkulosis. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, Jakarta.
Depkes RI, 2011, Pedoman Nasional Pengendalian TB, Kemenkes RI, Jakarta.
Hartanto H, Susi N, Wulansari P, Mahanani DA, editor. 2005, BAB 53, Penyakit Serebrovaskular, EGC, Jakarta.
Jevuska, 2012, Definisi Demam, Artikel Kedokteran, Interna.
Kemenkes RI, 2011, Pedoman Interprestasi Data Klinik, Depkes RI, Jakarta.
Kemenkes RI, 2013, Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Hipertensi, Kemenkes RI, Jakarta
Lederer, Eleanor M.D., 2016, Hypokalemia, http://emedicine.medscape.com/article/242008-overview, diakses tanggal 18 September 2017.
Manurung Santa dkk, 2009, Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi, CV.Trans Info Medika, Jakarta.
Medscape. Acetaminophen. http://medscape/acetaminophen. Diakses tangggal 17 September 2017.
MIMS, 2017, Braxidin, http://www.mims.com/indonesia/drug/info/braxidin, diakses tanggal 17 September 2017.
MIMS, 2017, KSR, http://www.mims.com/indonesia/drug/info/ksr?type=full, diakses tanngal 18 September.
MIMS, 2014, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, edisi 9, 2009/2010, MIMS Pharmacy Guide, Jakarta.
Mount, David B., Sterns R., Emmet M., and Forman J., 2011, Clinical manifestations and treatment of hypokalemia,
http://cursoenarm.net/UPTODATE/contents/mobipreview.htm?14/26/14753?source=HISTORY#H3820392, diakses tanggal 18 September 2017.
Price, SA, Wilson, LM. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2 Ed/6.
TERIMA KASIH