Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh
Edi Rosadi
L/O/G/O
PENGERTIAN
Koma adalah situasi darurat medis ketika penderitanya
mengalami keadaan tidak sadar dalam jangka waktu
tertentu. Ketidaksadaran ini disebabkan oleh menurunnya
aktivitas di dalam otak.
Gangguan kesadaran merupakan suatu keadaan di mana
seseorang tidak dapat mengenali lingkungannya dan tidak
mampu memberikan tanggapan yang cukup terhadap
rangsangan (penglihatan, suara, sensasi).
Terdapat beberapa tingkat gangguan kesadaran, di mana
koma merupakan tingkat kesadaran yang paling rendah.
Pada koma terdapat keadaan penurunan kesadaran yang
sangat dalam, tidak ada gerakan spontan, dan tidak ada
respon terhadap nyeri.k yang dipicu oleh beberapa kondisi.
Gangguan kesadaran dapat dibagi menjadi:
gangguan pada komponen otak yang membuat diri tetap
terjaga (fungsi terjaga),
gangguan pada komponen otak yang mengatur isi
kesadaran, atau gangguan pada kedua hal di atas.
Tingkah laku yang berhubungan dengan komponen
otak yang membuat diri tetap terjaga seperti:
kemampuan untuk bangun dari tidur, membuka mata,
dsb.
Bagian dari batang otak yang mengatur hal ini adalah
sebuah struktur yang disebut sebagai formasio
retikularis (reticular activating system = RAS).
Tingkah laku yang berhubungan dengan
komponen otak yang mengatur isi
kesadaran seperti: kemampuan untuk
sadar diri, berbahasa, integrasi ruang
dan waktu, emosi, mengungkapkan
alasan, dan hal-hal lain yang membuat
kita sebagai manusia yang utuh.
Bagian dari otak yang mengatur hal ini
adalah sebuah struktur yang disebut
sebagai korteks serebral.
Gejala
Gejala dari koma bervariasi bergantung
pada kedalaman koma dan penyebab.
Beberapa variasi pernapasan tidak
normal dapat dilihat pada pasien koma.
Ukuran pupil (biji mata), evaluasi saraf-
saraf otak, kelemahan satu sisi, dan
respons terhadap stimulus merupakan
hal-hal yang perlu dilihat lebih lanjut.
Koma karena kelainan metabolik-toksik memiliki gejala
klinis yang sangat luas. Secara umum, karena
disfungsi yang dihasilkan menyeluruh mengenai
sistem saraf pusat, gejala yang ditimbulkan tidak
mengarah ke salah satu bagian dari otak.
Hal yang cukup khas adalah pada kasus keracunan
zat sedatif seperti barbiturat, biji mata dapat berukuran
sangat besar, pasien tidak bernapas menyerupai
pasien dengan mati otak. Pada kasus koma karena
infeksi susunan saraf pusat, gejala demam atau leher
kaku dan adanya abnormalitas pada cairan otak dan
sumsum tulang belakang mengarahkan kearah
diagnosis ini.
Koma karena kelainan struktural otak memberikan gejala
sesuai lokasi di mana kelainan itu ada.
Pada kelainan yang berlokasi di bagian atas otak dapat
memberikan gejala kelemahan tubuh 1 sisi (asimetris).
Kelainan yang berlokasi di bagian bawah dan belakang otak
dapat memberikan gejala postur abnormal di mana tangan
satu atau keduanya lurus di sisi tubuh, dengan jari
mengepal & kaki lurus disertai dengan ukuran biji mata
yang membesar dan tidak respons terhadap rangsangan
cahaya (respon normal membuat biji mata mengecil jika
terkena rangsang cahaya) atau malah ukuran biji mata yang
sangat kecil (pin-point pupil) dan tidak respons terhadap
rangsangan cahaya jika kelainan terdapat pada lokasi otak
bagian bawah yang berbeda.
Penemuan dari pemeriksaan diatas
dapat membagi koma menjadi dua
kategori besar yaitu koma karena
kelainan metabolik-toksik (adanya
disfungsi sistem saraf pusat yang
menyeluruh) dan koma karena kelainan
struktural otak (adanya disfungsi sistem
saraf pusat yang setempat).
Penyebab koma
Berikut ini adalah beberapa kondisi yang dapat
menyebabkan koma, di antaranya:
Stroke.
Cedera berat di kepala.
Diabetes.
Infeksi pada otak, misalnya meningitis dan ensefalitis.
Keracunan, misalnya akibat karbon monoksida.
Overdosis alkohol atau narkoba.
Kekurangan oksigen.
Kejang.
Tumor pada otak.
Diagnosis koma
Pemeriksaan fisik
Memeriksa ukuran pupil mata.
Memeriksa refleks dan gerakan, misalnya
gerakan pada mata atau suara-suara yang
mungkin dikeluarkan oleh penderita.
Memeriksa adanya tanda-tanda cedera
pada kepala.
Memeriksa pola napas penderita.
Memeriksa reaksi penderita terhadap rasa
sakit.
Riwayat kesehatan pasien, misalnya apakah
dia pernah mengidap stroke.
Tanda-tanda kehilangan kesadaran yang
terlihat dan bagaimana penderita kehilangan
kesadaran, misalnya apakah secara perlahan
atau tiba-tiba.
Gejala-gejala sebelum penderita mengalami
koma, misalnya sakit kepala, kejang atau
muntah-muntah.
Penggunaan obat-obatan sebelum koma.
Perilaku penderita sebelum mengalami
koma.
Pemeriksaan darah
Melalui pemeriksaan ini, kadar hormon
tiroid, glukosa, maupun elektrolit pasien
akan diperiksa.
Tujuannya adalah untuk mengetahui
adanya pemicu koma, misalnya overdosis
alkohol atau obat-obatan, keracunan
karbon dioksida, dan gangguan organ hati.
Elektroensefalografi atau EEG
Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
mengukur aktivitas elektrik dalam otak ini
bertujuan untuk mengetahui apakah koma dipicu
oleh kejang.