Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Menurut Friedman:
"Perencanaan adalah suatu cara berpikir mengenai persoalan-persoalan
sosial dan ekonomi, terutama berorientasi pada masa
mendatang, sangat berhubungan antara tujuan dan
keputusan-keputusan kolektif, dan mengusahakan
kebijakan dan program yang menyeluruh.
Tahapan dalam Perencanaan:
- perumusan tujuan-tujuan umum dan khusus
- identifikasi masalah & kendala
- proyeksi mengenai keadaan di masa mendatang
- pencarian dan penilaian berbagai kemungkinan kegiatan alternatif
- penyusunan suatu rencana yang sesuai
- perumusan kebijaksanaan atau strategi
- penyusunan program dan pelaksanaannya
2. Mengapa Perlu Perencanaan ?
- Pertambahan penduduk yang pesat dan distribusi yang tidak merata
antar daerah
- Kemajuan teknologi yang semakin cepat
- Pertumbuhan ekonomi yang tidak merata sehingga terjadi
ketimpangan pendapatan per kapita antar daerah
- Pertumbuhan antar sektor ekonomi yang tidak seimbang
B 10 60
C 30 10
D 60 40
PUSAT
E 30 10
F 20 10
G 50 20
H 20 30
I 10 40
C
I
A
D
H
G
B
E
F
.Keterangan:
Tij = kekuatan gravitasional antara kota i dan kota j
Pi & Pj = massa dari kedua pusat yang bersangkutan
dij = jarak antara kedua kota (konstan)
2.3. Pewilayahan dan Administrasi Daerah
- Daerah perencanaan (planning region) mungkin saja tidak ber-
korelasi dengan daerah administratif namun daerah administratif
penting bagi pelaksanaan perencanaan wilayah. Pada umumnya
perencanaan berkaitan dengan program-program pelaksanaan
dan administrasi.
- Supaya dapat terlaksana pewilayahan secara administratif, daerah
harus memenuhi sekurang-kurangnya lima kriteria:
a. Harus cukup besar untuk menopang suatu tim administrator
profesional
b. Harus mencakup daerah belakang komuter utama
c. Harus mencakup daerah sumber air untuk kebutuhan manusia
d. Harus mampu menyediakan ketrampilan yang diperlukan
e. Harus memperhitungkan faktor-faktor topografik
BAB III. NILAI EKONOMI REGIONAL
Tk
Upah
Impor
C
Tax
Tax
Gx
Pemerintah Tax
Subsidi
Y = C + I + G + X -M
Konsumsi: C = C0 + c Yd
Impor: M = M0 + m Yd
Pendptn yg dibelanjakan: Yd = Y - t Y = (1 t) Y
Investasi: I = I0
Belanja Pemerintah: G = G0
Ekspor: X = X0
maka : Y = k (C + I0 + G0 + X0 - M)
1
dengan: k = sebagai angka pengganda
1 (1 t) (c m)
Catatan Penting :
- Akuntansi regional memerlukan data yang bersifat makro
- Secara konseptual, daerah bukanlah negara sehingga diperlukan bentuk
akuntansi yang berbeda dengan akuntansi nasional.
- Untuk tujuan perbandingan antar-daerah diperlukan akuntansi standar
3.2. Tabel Input-Output Regional
3.2.1. Konsep Tabel Input-output
- Merupakan suatu kelompok akuntansi, biasanya dalam bentuk
moneter, mengenai suatu perekonomian
- Perhatian eksplisit adalah saling hubungan antar berbagai sektor
perekonomian, memusat terutama pada hubungan-hubungan antar
industri.
-Tabel input-output biasanya merupakan matrik "n x n" dimensi yang
dibagi menjadi beberapa bagian dan tiap bagian mendiskripsikan
suatu hubungan tertentu.
- Keseluruhan sistem adalah suatu seri yang mengkorelasikan baris
(output) dan kolom (input).
- Biasanya sektor terbesar & menggambarkan hubungan-hubungan
antar industri karena penjualan dari suatu industri merupakan input
bagi proses produksi dalam industri-industri lain yang bersangkutan
3.2.2. Input Output Approach
Tabel 1. Arus Input-Output pada satu daerah (Milyar Rp)
Input untuk : Permintaan Akhir
Total
Uraian Pertanian Industri Jasa Rumah Peme- Inves- Output
Ekspor
Nominal Persen Nominal Persen Nominal Persen tangga rintah tasi
Output dari:
- Pertanian 20 0,200 40 0,200 0 0,000 20 0 20 0 100
- Industri 20 0,200 20 0,100 10 0,100 75 10 55 10 200
- Jasa 0 0,000 40 0,200 10 0,100 25 20 5 0 100
Pembayaran untuk:
- Jasa Rumahtangga 40 0,400 45 0,225 70 0,700 5 0 0 0 160
- Jasa Pemerintah 10 0,100 15 0,075 5 0,050 0 0 0 0 30
- Impor barang 10 0,100 40 0,200 5 0,050 0 0 0 5 60
Total Input 100 1,000 200 1,000 100 1,000 125 30 80 15 650
Tahap-1 :
Pertanian = 2
Pertanian Industri Jasa Industri = 2
0,2 x 10 = 2 0,2 x 10 = 2 0,0 x 10 = 0
Tahap-2 :
Pertanian = 0,8
Pertanian Pertanian Industri = 0,6
Industri Jasa Industri Jasa Jasa = 0,4
0,2 x 2 = 0,4 0,2 x 2 = 0,4
0,2 x 2 = 0,4 0,0 x 2 = 0 0,1 x 2 = 0,2 0,2 x 2 = 0,4
Tahap-3 :
Pertanian = 0,28
P I J P I J
0,08 0,08 0,00 0,08 0,08 0,00 P I J Industri = 0,26
0,00 0,04 0,04 Jasa = 0,16
P I J P I J
0,08 0,04 0,08 0,04 0,02 0,04
Angka kumulatif pertambahan tersebut: 1. Pertanian = 10 + 2 + 0,8 + 0,28 + ......... = 13,26 M
2. Industri = 2 + 0,6 + 0,26 + ......... = 3,02 M
3. Jasa = 0,4 + 0,16 + ......... = 0,67 M
Pembayaran untuk:
- Jasa Rumahtangga 5,3040 0,6795 0,4690 0 0 0 0 6,45
- Jasa Pemerintah 1.3260 0,2265 0,0335 0 0 0 0 1,59
- Impor barang 1.3260 0,6040 0,0335 0 0 0 0 1,96
Jadi setiap kenaikan Rp 1 M permintaan hasil Pertanian akan meningkatkan total output sebesar Rp 1,645 M dari:
Pertanian = 1,326 M
Industri = 0,302 M
Jasa = 0,067 M
Tabel 3. Input-Output inter-regional untuk dua daerah A dan B (Milyar Rupiah)
Input untuk Permintaan Total
Uraian Daerah A Daerah B Akhir Output
Misalkan: Permintaan akhir daerah B untuk output Industri dan Jasa menjadi dua kali lipat (100%) berarti
bertambah dengan 80 M untuk Industri dan 30 M untuk Jasa maka dengan menggunakan koefisien I-O
tersebut dapat dihitung dengan kira-kira tujuh tahap perhitungan (dengan komputer) akan diperoleh
hasil akhir nilai output : - di daerah B meningkat dari Rp 300 M menjadi Rp 500 M ( 67%)
- di daerah A meningkat dari Rp 150 M menjadi Rp 200 M ( 33%)
3. Economic Base Approach
2. Sektor Bukan Unggulan, yaitu sektor ekonomi yang hanya mampu memenuhi
permintaan barang dan jasa di pasar domestik atau di wilayah/daerah
Jika LQr = 1 , sektor i pada daerah r merupakan sektor bukan unggulan dengan tingkat
spesialisasi sektor tersebut di daerah r sama dengan dari nasional n
Jika LQr < 1 , sektor i pada daerah r merupakan sektor bukan unggulan dengan tingkat
spesialisasi sektor tersebut di daerah r lebih kecil dari nasional n
Tabel 5. Location Quotient Provinsi DIY, periode 1983 - 2002
1. Pertanian, Peternakan, 1.46 1.37 1.41 1.44 1.45 1.45 1.46 1.43 Basis
Kehutanan & Perikanan
a. Tanaman Bahan Makanan 2.07 1.99 2.06 2.09 2.09 2.06 2.05 2.06 Basis
b. Tanaman Perkebunan 0.84 0.79 0.83 0.84 0.85 0.87 0.88 0.83 -
c. Peternakan 1.35 1.22 1.19 1.25 1.32 1.45 1.53 1.26 Basis
d. Kehutanan 0.41 0.24 0.33 0.49 0.43 0.44 0.42 0.38 -
e. Perikanan 0.65 0.58 0.58 0.53 0.56 0.53 0.53 0.58 -
2. Pertambangan & Penggalian 0.09 0.09 0.10 0.11 0.12 0.13 0.13 0.10 -
3. Industri Pengolahan 1.14 1.14 1.14 1.15 1.15 1.17 1.18 1.15 Basis
4. Listrik, Gas & Air Bersih 1.21 1.15 1.19 1.25 1.26 1.22 1.16 1.21 Basis
5. Konstruksi 0.89 0.94 0.94 0.94 0.92 0.92 0.92 0.93 -
6. Perdagangan, Hotel & 1.32 1.32 1.28 1.25 1.25 1.23 1.22 1.28 Basis
Restoran
7. Pengangkutan dan 0.94 0.90 0.82 0.78 0.73 0.70 0.65 0.83 -
Komunikasi
8. Keuangan, Real Estate & Jasa 0.42 0.41 0.39 0.38 0.39 0.39 0.39 0.40 -
Perusahaan
9. Jasa-jasa 0.98 1.10 1.09 1.09 1.11 1.12 1.14 1.07 Basis
Sumber: BPS (Pusat dan Jawa Tengah)
Tabel 2. Klasifikasi Sektor Ekonomi Jawa Tengah dengan Klassen Typologi, 2002-2008
L Sektor Maju & Tumbuh Cepat Sektor Tertinggal tapi Tumbuh Cepat
a - Industri Pengolahan - Kehutanan
j - Jasa-jasa - Pertambangan & Penggalian
Tumbuh Cepat
u - Listrik, Gas & Air Bersih
(ri > )
- Konstruksi
P - Pengangkutan & Komunikasi
e
r Sektor Maju tapi Tumbuh Lambat Sektor Tertinggal & Tumbuh Lambat
t - Pertanian Secara Umum - Perkebunan
u
- Pertanian Bahan Makanan - Peternakan
m
b Tumbuh Lambat - Perdagangan, Hotel & Restoran - Perikanan
(ri ) - Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan
u
h
a
n