Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pembimbing :
dr. Ratna Relawati, Sp.KF , Msi.Med.
2012
Tahun
EDI
SUPRAYITNO
Pendahuluan
Data dianalisis secara statistik dan analisis regresi linier digunakan untuk
mendapatkan persamaan untuk memperhitungkan PMI.
FEBRIANTO
Result
FEBRIANTO
Humor vitreous sangat cocok sebagai media untuk
meneliti perubahan kimia posmortem, karena
komposisinya berubah lebih lambat setelah kematian.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memperkirakan waktu sejak kematian menggunakan
metode skoring untuk tiga perubahan postmortem;
Yaitu hypostasis, kekakuan dan kekeruhan kornea.
Studi saat ini juga bertujuan untuk mengevaluasi
penggunaan thanatochemistry; level kalium (K +) dan
hipoksantin (Hx) pada VH dalam penentuan Interval
postmortem (PMI) dan membandingkan keakuratan
thanatochemistry dan metode skoring untuk
perkiraan perubahan postmortem pada PMI
GILANG
METODE
Penelitian dilakukan pada kasus-kasus otopsi 70
orang dewasa, yang diketahui Interval
postmortem, dari departemen medikolegal dari
Departemen Kehakiman, di Kom El Dekka,
Alexandria, Mesir.
Setelah mengambil persetujuan komite resmi dan
etika, kasus tersebut kemudian dipilih secara acak.
Data dikumpulkan dari laporan polisi termasuk;
usia, jenis kelamin dan waktu kematian.
Pada pemeriksaan postmortem eksternal,
pengembangan kekakuan postmortem, hypostasis
dan kekeruhan kornea dapat dinilai dengan score
secara numerik.
GILANG
Penilaian Laboratorium kalium (K +) dan level hipoksantin (Hx) pada humor vitreous (VH)
dilakukan dengan : mengambil 0,1 ml VH pada mata kanan dari setiap kasusnya sebagai
permulaan otopsi dengan menggunakan tusukan scleral dekat canthus luar, untuk
menghindari perubahan bentuk mata, menggunakan nomor jarum 20-gauge. Kemudian
kelopak ditarik, sehingga lubang dapat terbuka. Kemudian cairan itu ditarik perlahan-lahan
untuk menjaga jarum tetap di tengah untuk menghindari terlepasnya retina.
Setiap spesimen yang tidak jelas kristalnya disingkirkan, sampel yang telah membeku pada
suhu -70 C untuk diuji hipoksantin dan potassium.
GILANG
HERU Metode turbidimetri
kalium (K +)
V
H
hipoksantin
(Hx)
metode kolorimetri
ANALYSIS STATISTIK
HERU
JENIS
KELAMIN USIA
15-65 tahun
L: 58
W:12
PENYEBAB
KEMATIAN
Trauma, Asfiksia,
kematian mendadak
RATIH HASIL
8-60 jam
rata-rata 24.99
11.54 jam
RATIH HASIL
TABEL 3. HUBUNGAN PERBEDAAN ANTARA SKOR HIPOSTASIS
(LEBAM MAYAT) DAN PMI (POSTMORTEM INTERVAL) (N=70)
RATIH
kekakuan postmortem, itu dikategorikan menjadi lima fase sesuai dengan
perkembangan dan resolusi.
Hubungan yang signifikan itu melihat antara nilai kekakuan dan PMI dengan
x2 = 18.33 dan p = 0,001.
Di PMI kurang dari 12 jam (kelompok I), sebagian besar kasus (83,3%) milik
skor 4 sedangkan
pada kelompok II, 56,3% kasus milik skor 3
Dalam rentang PMI antara 24 dan 60 jam (kelompok III), sebagian besar
kasus yang ditemukan dalam skor 4.
Skor 1 dan 2 tidak diberikan ke salah satu kasus (Tabel 4).
DWI RAPITA
Kekeruhan kornea postmortem dikategorikan menjadi empat fase
sesuai dengan tingkat kekeruhan.
hubungan signifikan dapat dilihat antara nilai kekeruhan kornea dan
PMI x2 = 65,62 dan p 6 0,0001).
Pada PMI kurang dari 12 jam (kelompok I), sebagian besar kasus
(83,3%) termasuuk skore 1.
kisaran PMI dari 12 sampai dengan kurang dari 24 jam(kelompok II),
81,3% kasus berada di skor 2.
Dalam rentang PMI antara 24 dan 60 jam (kelompok III), jumlah
tertinggi kasus (38,1%) masuk dalam skor 4 dan hanya 2,4% kasus
ditemukan dalam skor 1 (Tabel 5).
DWI RAPITA
Penelitian ini menunjukkan hubungan yang signifikan
antara hypostasis, kekakuan dan kekeruhan kornea
dengan PMI menggunakan koefisien korelasi rho
Spearman dengan p value <0,0001, 0,001 dan
<0,0001 dan r = 0.57, 0.4 dan 0.81, masing-masing
(Tabel 6).
DWI RAPITA
Mengenai PMI, tingkat tertinggi K + di VH ditemukan di PMI
berkisar antara 24 hingga 60 jam (kelompok III) dengan
nilai rata-rata dari 11.63 3.04 mmol / l sedangkan
paling sedikit adalah di PMI kurang dari 12 jam (kelompok
I) dengan rata-rata 8,4 1,65 mmol / l.
hubungan signifikan dapat dilihat antara level K + di VH
dan PMI dengan F-test = 6.01 dan p = 0,004 (Tabel 7).
EKO D
Tabel 8. Hubungan antara konsentrasi Hx (Hipoxantin) dalam
humor vitreus dan PMI (Postmortem Interval) (n=70)
EKO D
TABEL 9. PERSAMAAN REGRESI YANG DIDAPAT UNTUK NILAI
PREDIKTOR PMI (POSTMORTEM INTERVAL)
EKO D
Tabel 10. Persamaan regresi yang didapat untuk nilai prediktor PMI
(Postmortem Interval) dengan nilai R2 yang disesuaikan dan
presentase
ELIA PURNAMA
Tabel 11. Nilai rata-rata Confidence Interval (CI) 95 %
dari nilai residu deviasi absolut untuk 5 persamaan.
ELIA
PURNAMA
Tabel 12. Perbandingan berpasangan dari perbedaan antara
nilai rata-rata dari deviasi absolut untuk residual untuk 5
persamaan
ELIA
PURNAMA
Gambar 1. Sebaran bidang untuk hubungan antara
konsentrasi K+ (Kalium) dalam humor vitreus dan PMI
(Postmortem Interval) dengan interval kepercayaan 95% (n=70)
FITRI
AULIA
Gambar 2. Sebaran bidang untuk hubungan antara
konsentrasi Hx(hipoxantin) dalam humor vitreus dan PMI
(Postmortem Interval) dengan interval kepercayaan 95%
(n=70)
FITRI
AULIA
Sebaran K+ dan Hx
NABILA
DISKUSI NABILA
PMI
Prinsip didasarkan pada ektrapolasi dan
perhitungan pada keadan perubahan2
posmortem
Mata kanan
jarak difusi dari retina ke humor
vitreous
Anak2 < dewasa
NABILA
NABILA
. NINDYA
sebagian besar kasus hampir
tidak menunjukan lebam mayat
pada penekanan ibu jari (skor 3)
- ditemukan sebelum 12 jam
postmortem
NINDYA
NINDYA
Kekeruhan kornea
pemeriksaan postmortem yang
terpenting.
RASYIDAFDOLA
RASYIDAFDOLA
Konsentrasi
< 12 jam
paling sedikit
Bertambah
Konsentrasi K+ 12-24 jam secara
berangsur-angsur
Konsentrasi
24-60 jam
tertinggi
Meninggal
Ditemukan
< 12 jam
meningkat
Meningkat secara
Konsentrasi Hx 12-24 jam
berangsur-angsur
Konsentrasi
24-60 jam
tertinggi
ADHARA
Peningkatan Hx
Penurunan
Peningkatan Penghambat
transformasi Hx
AMP oksidase xantin
pada asam urat
M. FAHRYZAL
1. kekeruhan kornea
2. level K+ dalam VH
3. Hypostasis
4. Kekakuan
5. level Hx dalam VH.
NAUVALDI
Kesimpulan
Estimation of
postmortem interval
using
thanatochemistry
and postmortem
changes
Kedudukan
variaibel yang
diukur cukup
tercermin dengan
jelas
AYU YULI
Patient : Intervention :
kasus-kasus otopsi yang
terdiri dari 70 orang dewasa AYU YULI
PICO
Outcome :
Comparison : - 5 variabel memilki korelasi signifikan
dengan PMI (Post Mortem interval)
thanatochemistry dengan nilai p < 0,05
and postmortem changes - Prediktor untuk penelitian ini yaitu
kekeruhan kornea, tingkat K+ di VH,
Hipostasis, Kaku mayat dan Hx di VH
JUDUL : < 12 KATA, MENARIK, MENGGUNAKAN
BAHASA BAKU
AYU YULI
ABSTRAK
Terdiri dari 1 paragraf :Ya
Mencakup IMRC : Ya
Wassalamualaikum Wr.Wb...