2017 Pendahuluan Retardasi mental bukan merupakan suatu penyakit, melainkan akibat suatu proses patologis di otak yang ditandai adanya keterbatasan fungsi adaptif dan intelektual. Penyebab retardasi mental seringkali tidak teridentifikasi, dan akibatnya terlihat jelas pada seseorang dalam bentuk kesulitan secara intelektual dan keterampilan hidup. Menurut PPDGJ-III adalah: Suatu keadaan perkembangan mental
yang terhenti atau tidak lengkap, yang
terutama ditandai oleh adanya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat inteligensia, yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. Retardasi mental dapat terjadi dengan
atau tanpa gangguan jiwa atau
Epidemiologi Prevalensi retardasi mental pada satu waktu diperkirakan sekitar 1% dari populasi. Insiden retardasi mental sulit di hitung karena retardasi mental ringan kadang tidak dikenali hingga masa kanak-kanak pertengahan. Insiden tertinggi pada usia sekolah dengan usia puncak 10-14 tahun. Retardasi mental kira-kira lebih sering pada laki-laki sekitar 1,5 kali dibandingkan perempuan. Etiologi Faktor etiologis retardasi mental terutama dapat berupa genetik, perkembangan, didapat, atau kombinasi berbagai faktor. Penyebab genetik meliputi kondisi kromosomal dan diwariskan, faktor perkembangan mencakup perubahan kromosom seperti trisomi atau pajanan perinatal terhadap infeksi dan toksin. Diagnosis Diagnosis retardasi mental dapat ditegakan setelah anamnesis, penilaian intelektual standar, dan pengukuran fungsi adaptif menunjukkan bahwa perilaku anak ini secara signifikan berada dibawah tingkat yang diharapkan. Uji laboratorium dapat digunakan untuk mengetahui penyebab serta prognosis. Anamnesis Riwayat keluarga; orangtua dengan perkawinan sedarah dan gangguan herediter Menilai lata belakang sosiokultural, iklim emosional di rumah, dan fungsi intelektual pasien Wawancara psikiatri Kemampuan verbal pasien, termasuk bahasa reseptif dan ekspresif harus dinilai Distorsi dalam persepsi dan daya ingat harus diperiksa Pemakaian bahasa, tes realitas, dan kemampuan menggali dan pengalaman penting untuk dicatat Pengendalian impuls (terutama terhadap dorongan motorik, agresif dan seksual) harus dinilai. Pemeriksaan psikiatrik pasien yang teretardasi harus mengungkapkan bagaimana pasien mengalami stadium perkembangan. Pemeriksaan fisik Konfigurasi dan ukuran kepala Wajah pasien (hipertelorisme, tulang hidung yang datar, alis mata yang menonjol, lipatan epikantus, opasitas kornea, perubahan retina yag letaknya rendah atau bentuknya aneh, lidah yang menonjol, dan gangguan gigi geligi) Warna dan tekstur kulit dan rambut, palatum dengan lengkung yang tinggi, ukuran kelenjar tiroid, dan ukuran anak dan batang tubuh dan ekstremitasnya adalah bidang lain yang digali Pemeriksaan neurologis Gangguan sensoris dapat berupa gangguan pendengaran dan gangguan visual Gangguan dalam bidang motorik, dimanifestasikan oleh kelainan pada tonus otot (spastisitas atau hipotonia), refleks (hiperefleksia), dan gerakan involunter (koreoatetosis). Tes laboratorium Pemeriksaan urin dan darah Amniosintesis Pengambilan sampel vili korionik Pemeriksaan psikologis untuk menilai kemampuan perceptual, motorik, linguistik, dan kognititf. Informasi tentang factor motivasional, emosional, dan interpersonal juga penting Gambaran klinis Gambaran ini yang dapat terjadi sendiri atau sebagai bagian dari gangguan mental termasuk hiperaktivitas, toleransi yang rendah terhadap frustasi,agresi, ketidakstabilan afektif, perilaku motorik stereotipik berulang, dan perilaku mencederai diri sendiri. Diagnosis DSM IV TR Fungsi intelektual secara signifikan berada di bawah rata-rata, IQ kurang dari 70; Kurangnya fungsi sosial adaptif dalam minimal dua bidang berikut: Komunikasi, mengurus diri sendiri, kehidupan keluarga, keterampilan interpersonal, penggunaan sumber daya komunitas, kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri, keterampilan akademik fungsional, rekreasi, pekerjaan, kesehatan dan keamanan; Terjadi sebelum usia 18 tahun Retardasi mental ringan. Antara IQ 50- 55 hingga 70. Mereka tidak selalu dapat dibedakan dengan anak-anak normal sebelum mulai bersekolah. Di usia remaja akhir biasanya mereka dapat mempelajari keterampilan akademik yang kurang lebih sama dengan level 6. Mereka dapat bekerja ketika dewasa, pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan yang rumit dan mereka bisa mempunyai anak Retardasi mental sedang. Antara IQ 35-40 hingga 50-55. Orang yang mengalami retardasi mental sedang dapat memiliki kelemahan fisik dan disfungsi neurologis yang menghambat keterampilan motorik yang normal, seperti memegang dan mewarnai dalam garis, dan keterampilan motorik kasar, seperti berlari dan memanjat. Mereka mampu, dengan banyak bimbingan dan latihan, berpergian sendiri di daerah lokal yang tidak asing bagi mereka. Banyak yang tinggal di institusi penampungan, namun sebagian besar hidup bergantung bersama keluarga atau rumah-rumah bersama yang disupervisi
Retardasi mental berat . Antara IQ 20-
25 hingga 35-40. Umumnya mereka memiliki abnormalitas fisik sejak lahir dan keterbatasan dalam pengendalian sensori motor. Sebagian besar tinggal di institusi penampungan dan membutuhkan bantuan supervisi terus menerus. 1. Pencegahan primer, dapat dilakukan dengan: a. pendidikan kesehatan pada masyarakat; b. konseling genetik; c. tindakan kedokteran; d. pertolongan persalinan yang baik; e. mencegah kehamilan pada usia terlalu muda dan terlalu tua. 2. Pencegahan sekunder, berupa: diagnosis dan pengobatan dini peradangan otak. 3. Pencegahan tersier untuk menekan kecacatan yang terjadi setelahnya a. Pendidikan untuk anak termasuk program yang lengkap yang menjawab latihan keterampilan adaptif, latihan keterampilan sosial, dan latihan kejujuran. Perhatian khusus harus dipusatkan pada komunikasi dan usaha untuk meningkatkan kualitas hidup b. Terapi perilaku, kognitif dan psikodinamika Farmakoterapi Agresif dan perilaku melukai diri sendiri lithium (Eskalith) berguna dalam menurunkan agresif dan perilaku melukai diri sendiri. Antagonis narkotik seperti naltrexone (Trexan) dapat menurunkan perilaku melukai diri sendiri pada pasien retardasi mental yang juga memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan austik infantile. mekanisme kerja terapi naltrexone adalah bahwa obat mempengaruhi pelepasan opioid endogen yang dianggap berhubungan dengan melukai diri sendiri. Carbamazepine (Tegretol) dan valproic acid (Depakene) adalah medikasi yang juga bermanfaat pada beberapa kasus perilaku melukai diri sendiri. Gerakan motorik stereotipik Medikasi antipsikotik, seperti haloperidol (Haldol) dan chlorpromazine (Thorazine), menurunkan perilaku stimulasi diri yang berulang pada pasien retardasi mental, terapi medikasi tersebut tidak meningkatkan perilaku adaptif. Perilaku kemarahan eksplosif Penghambat-, seperti propranolol dan buspirone (BuSpar), menyebabkan penurunan kemarahan ekspolasif di antara pasien dengan retardasi mental dan gangguan autistik. Gangguan defisit atensi/hiperaktivitas Penelitian terapi methylphenidate pada pasien retardasi mental ringan dengan gangguan defisit atensi/hiperaktivitas telah menunjukkan perbaikan bermakna dalam kemampuan mempertahankan perhatian dan menyelesaikan tugas. Penelitian terapi metylphenidate tidak menunjukkan bukti adanya perbaikan jangka panjang dalam keterampilan sosial atau belajar.