Вы находитесь на странице: 1из 30

Pembimbing : dr. Ismi Cahyadi Sp.

THT-KL
Disusun oleh : Wilda Iqrima
Sejak pertengahan tahun 1990-an, istilah sinusitis diganti
menjadi rinosinusitis.
Dengan alasan:

1). Secara embriologis mukosa sinus merupakan lanjutan


mukosa hidung
2). Sinusitis hampir selalu didahului dengan rinitis
3). Gejala-gejala obstruksi nasi, rinore dan hiposmia
dijumpai pada rinitis ataupun sinusitis
Tujuan
Penulisan referat ini bertujuan untuk memenuhi

salah satu tugas penulisan laporan kasus di SMF


THT-KL.
Perkembangan rongga hidung secara embriologi
yang mendasari pembentukan anatomi sinonasal dapat
dibagi menjadi dua proses.

1. Embrional bagian kepala

2. Dinding lateral hidung


Sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa
rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada
fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus sfenoid dan sinus
frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid sudah ada
sejak bayi lahir, sedangkan sinus frontal berkembang
dari sinus etmoid anterior pada anak berusia kurang
lebih 8 tahun.
Sinus paranasal :
1. Sinus frontal
2. Sinus ethmoid
3. Sinus maksila
4. Sinus sfenoid

Secara klinis sinus paranasal dibagi menjadi dua


kelompok, anterior dan posterior.
1. Anterior bermuara di bawah konka media
2. Posterior bermuara di berbagai tempat di atas konka
media
Perdarahan
1. Bagian atas rongga hidung mendapat perdarahan
dari arteri etmoidalis anterior.
2. Bagian bawah mendapat perdarahan dari cabang
arteri maksilaris interna.

Inervasi
1. Hidung luar diinervasi oleh divisi oftalmika.
Berdasarkan teori struktural, teori revolusioner
dan teori fungsional, maka fungsi fisiologis hidung
dan sinus paranasal adalah :
1. Air conditioning
2. Sebagai penahan suhu
3. Membantu keseimbangan kepala
4. Membantu resonansi suara
5. Sebagai peredam perubahan tekanan udara
6. Membantu produksi mukus
Inflamasi hidung dan sinus paranasal yang
ditandai adanya dua atau lebih gejala, salah satunya
harus termasuk sumbatan hidung/ obstruksi nasi/
kongesti atau pilek (sekret hidung anterior/
posterior).
Di Eropa

Insiden rinosinusistis akut dan kronis terus


meningkat, diperkirakan sekitar 10 - 15 % terjadi
pada populasi di Eropa Tengah setiap tahunnya.

Di Indonesia

Januari-Desember 2009 tercatat 260 kasus,


terdiri dari 121 laki-laki dan 139 perempuan
Rinogen
Obstruksi ostium sinus, infeksi, fraktur

Dentogen
Infeksi gigi molar, infeksi gigi premolar

Infeksi Tenggorokan
Tonsilitis, infeksi faring, adenoiditis
1. Obstruksi ventilasi dan drenase sinus.

2. Stasis sekresi dalam kavum nasi

3. Serangan sinusitis sebelumnya

4. Lingkungan.

5. Daya tahan tubuh menurun

6. Bakteriologi
KOM terinfeksi, oedem

Silia tidak dapat bergerak, lendir tidak dapat dialirkan

Gangguan drainase dan ventilasi di dalam sinus

Tumbuh bakteri/virus/jamur

Hipertrofi jaringan
Menurut The Rhinosinusitis Task Force (RSTF):1,2

1. RS akut : 4 minggu

2. RS subakut : > 4-12 minggu

3. RS kronik : > 12 minggu

4. RS akut rekuren : 4 episode per tahun; tiap episode 7-


10 hari resolusi komplit di antara episode

5. RS kronik eksaserbasi akut : perburukan gejala tiba-tiba


dari RS kronik dengan kekambuhan berulang setelah
pengobatan
Subklasifikasi lebih lanjut dari RS kronik adalah:
1. RS kronik dengan polip
2. RS kronik tanpa polip

Klasifikasi sinusitis yang disebabkan oleh jamur


dikategorikan ke dalam 3 grup:
1. Sinusitis jamur invasif
2. Fungus ball
3. Allergic fungal rhinosinusitis (AFRS)
Kriteria diagnosis:1

1. Dua gejala mayor atau kombinasi satu gejala mayor


dan dua gejala minor (sangat mendukung riwayat
rinosinusitis)
2. Adanya nyeri wajah saja tapi tidak disertai gejala
mayor hidung atau lainnya (tidak mendukung
riwayat rinosinusitis)
3. Adanya demam saja tapi tidak disertai gejala mayor
hidung atau lainnya (tidak mendukung riwayat
rinosinusitis).
Rinosinusitis Akut Rinosinusitis Kronik

Infeksi virus pada saluran Gejala lebih dari 12 minggu11


napas atas Dua atau lebih gejala,
Gejala kurang dari 12 minggu
Dengan validasi per-telepon
Onset tiba-tiba dari dua atau
atau anamnesis tentang
lebih gejala
gejala alergi,
Dengan interval bebas gejala
Pada anak-anak harus
bila terjadi rekurensi
ditanyakan faktor
Dengan validasi per-telepon
predisposisi lain seperti
atau anamnesis tentang
defisiensi imun dan GERD
gejala alergi
Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan hidung (edema, hiperemis, pus)


2. Pemeriksaan mulut (post nasal drip)
3. Singkirkan infeksi gigi

Pemeriksaan Penunjang

1. Evaluasi Endoskpoik
2. Foto polos sinus paranasal
3. Pemeriksaan Laboratorium
Medikamentosa
Rinosinusitis Kronis
Rinosinusitis Akut
Terapi tambahan meliputi cuci hidung
Pemilihan AB tergantung beratnya
hidung dan irigasi, analgesik, mukolitik,
penyakit dan riwayat pemakaian AB
dekongestan oral
dalam 4-6 minggu
Antimikroba.
1. Ringan dan tidak ada riwayat
Kortikosteroid.
pemakaian AB.
Penatalaksanaan alergi.
2. Sedang dan ada riwayat pemakaian
Terapi tambahan. Irigasi nasal dan
AB.
mukolitik (guaifenesin).
Terapi tambahan meliputi cuci hidung

hidung dan irigasi, analgesik, mukolitik,

dekongestan oral
Sinusitis jamur meliputi:
1. Sinusitis jamur invasif

a. Debridemen (bila perlu termasuk kavum orbita)

b. Terapi antifungal secara intavena

c. Stabilisasi penyakit immunocompromised

d. Stabilasi penyakit diabetes

2. Fungal ball. Dilakukan ekstirpasi komplit dari massa jamur.

3. Allergic fungal rhinosinusitis (AFRS)

e. Pembedahan primer diikuti pemberian steroid nasal topikal pasca


operasi

f. Imunoterapi dan steroid sistemik (bila perlu) untuk mengurangi


rekurensi

g. Antifungal topikal juga dapat diberikan


Pembedahan :
1. Functional Endoscopic Sinus Surgery (FESS)
FESS adalah tindakan pembedahan pada rongga hidung
dan atau sekitarnya dengan bantuan endoskop fiber
optik.8
Indikasi pendekatan endoskopi sama dengan
pendekatan intranasal dan eksternal yang lain dan secara
umum meliputi :2,8
a. Sinusitis akut rekuren
b. Sinusitis kronis
c. Sinusitis karena jamur alergi
d. Rinosinusitis hipertrofi kronis (polip)
e. Polip antrokoanal
f. Mukokel di dalam sinus
Prosedur Terbuka
a. Antrostomi
Indikasi operasi adalah sinusitis maksilaris
sebagai upaya memfasilitasi pengeluaran pus dan
atau memperbaiki drainase.
b. Antrotomi Caldwell-Luc
Indikasi operasi:
Tumor jinak
Empiema kronis yang resisten dengan
pengobatan konservatif
Fraktur komplikata maksila
Eksplorasi
hiperlink tht refrat.docx
Lokal

Descending
Orbital
Infection
Komplikasi

Fokal Intakranial
Prognosis Rinosinusitis akut adalah sangat baik, kira-

kira 70%

RS kronik memiliki masalah yang lebih rumit.

Bagaimana pun, penyakit ini sering kambuh, sehingga

tindakan preventif adalah hal yang sangat penting.

Вам также может понравиться