Вы находитесь на странице: 1из 55

DISAMPAIKAN OLEH:

KEPALA BAGIAN HUKUM ORGANISASI DAN HUMAS


DITJEN P2P
KEMENTERIAN KESEHATAN
JAKARTA, 5 MARET 2017
STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
(Permenkes 64 tahun 2015 tentang OTK Kemenkes)

DIREKTORAT JENDERAL
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT

SEKRETARIAT
DIREKTORAT JENDERAL

DIREKTORAT DIREKTORAT
DIREKTORAT DIREKTORAT
PENCEGAHAN PENCEGAHAN
DIREKTORAT PENCEGAHAN PENCEGAHAN
DAN DAN
SURVEILANS DAN DAN
PENGENDALIAN PENGENDALIAN
DAN PENGENDALIAN PENGENDALIAN
PENYAKIT MASALAH
KARANTINA PENYAKIT PENYAKIT
TULAR KESEHATAN
KESEHATAN MENULAR TIDAK
VEKTOR DAN JIWA
LANGSUNG MENULAR
ZOONOTIK DAN NAPZA
STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

SEKRETARIAT
DIREKTORAT JENDERAL

BAGIAN BAGIAN
BAGIAN BAGIAN
HUKUM, ORGANSASI, KEUANGAN DAN
PROGRAM DAN KEPEGAWAIAN DAN
DAN HUBUNGAN BARANG MILIK
INFORMASI UMUM
MASYARAKAT NEGARA

SUBBAGIAN
SUBBAGIAN PERATURAN SUBBAGIAN SUBBAGIAN
PROGRAM PERUNDANG- PERBENDAHARAAN KEPEGAWAIAN
UNDANGAN

SUBBAGIAN SUBBAGIAN SUBBAGIAN


SUBBAGIAN
ORGANISASI DAN VERIFIKASI DAN LAYANAN
ANGGARAN
TATA LAKSANA AKUNTANSI PENGADAAN

SUBBAGIAN
SUBBAGIAN SUBBAGIAN
SUBBAGIAN ADVOKASI
PENGELOLAAN TATA USAHA
INFORMASI DAN HUKUM DAN
BARANG MILIK DAN RUMAH
EVALUASI HUBUNGAN
NEGARA TANGGA
MASYARAKAT

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN

DIREKTORAT
SURVEILANS DAN KARANTINA
KESEHATAN

SUBBAGIAN
TATA USAHA

SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT
SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT
PENYAKIT INFEKSI KEKARANTINAAN
SURVEILANS IMUNISASI
EMERGING KESEHATAN

SEKSI
SEKSI SEKSI KARANTINA
SEKSI
KEWASPADAAN DETEKSI PENYAKIT KESEHATAN
IMUNISASI DASAR
DINI INFEKSI EMERGING PELABUHAN DAN
BANDAR UDARA

SEKSI
SEKSI SEKSI KARANTINA SEKSI
RESPON KEJADIAN INTERVENSI KESEHATAN IMUNISASI LANJUTAN
LUAR BIASA PENYAKIT INFEKSI WILAYAH DAN POS DAN KHUSUS
DAN WABAH EMERGING LINTAS BATAS DARAT
NEGARA

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT MENULAR LANGSUNG

DIREKTORAT
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT MENULAR LANGSUNG

SUBBAGIAN
TATA USAHA

SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT


SUBDIREKTORAT
SUBDIREKTORAT HIV AIDS DAN HEPATITIS DAN PENYAKIT TROPIS
INFEKSI SALURAN
TUBERKULOSIS PENYAKIT INFEKSI PENYAKIT INFEKSI MENULAR
PERNAPASAN AKUT
MENULAR SEKSUAL SALURAN LANGSUNG
PENCERNAAN

SEKSI
SEKSI INFEKSI
SEKSI SEKSI SEKSI
TUBERKULOSIS SALURAN
HIV AIDS HEPATITIS KUSTA
SENSITIF OBAT PERNAPASAN
ATAS

SEKSI SEKSI
SEKSI
PENYAKIT PENYAKIT
TUBERKULOSIS SEKSI SEKSI
INFEKSI INFEKSI
RESISTENSI PNEUMONIA FRAMBUSIA
MENULAR SALURAN
OBAT
SEKSUAL PENCERNAAN

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN ZOONOTIK

DIREKTORAT
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN
ZOONOTIK

SUBBAGIAN
TATA USAHA

SUBDIREKTORAT
SUBDIREKTORAT VEKTOR DAN
SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT
FILARIASIS DAN BINATANG
MALARIA ZOONOSIS ARBOVIROSIS
KECACINGAN PEMBAWA
PENYAKIT

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI


PENCEGAHAN PENCEGAHAN FILARIASIS PENCEGAHAN VEKTOR

SEKSI
SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI BINATANG
PENGENDALIAN PENGENDALIAN KECACINGAN PENGENDALIAN PEMBAWA
PENYAKIT

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT TIDAK MENULAR

DIREKTORAT
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT TIDAK MENULAR

SUBBAGIAN
TATA USAHA

SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT
SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT PENYAKIT
PENYAKIT PARU SUBDIREKTORAT
PENYAKIT PENYAKIT KANKER DIABETES
KRONIK DAN GANGGUAN INDERA
JANTUNG DAN DAN KELAINAN MELLITUS DAN
GANGGUAN DAN FUNGSIONAL
PEMBULUH DARAH DARAH GANGGUAN
IMUNOLOGI
METABOLIK

SEKSI
SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI
PENYAKIT
PENYAKIT PARU PENYAKIT PENYAKIT GANGGUAN
DIABETES
KRONIK JANTUNG KANKER INDERA
MELLITUS

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI


SEKSI
PENYAKIT PENYAKIT PENYAKIT PENYAKIT
GANGGUAN
GANGGUAN PEMBULUH KELAINAN GANGGUAN
FUNGSIONAL
IMUNOLOGI DARAH DARAH METABOLIK

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
MASALAH KESEHATAN JIWA DAN NAPZA

DIREKTORAT
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
MASALAH KESEHATAN JIWA DAN NAPZA

SUBBAGIAN
TATA USAHA

SUBDIREKTORAT MASALAH SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT


KESEHATAN JIWA ANAK DAN MASALAH KESEHATAN JIWA MASALAH PENYALAHGUNAAN
REMAJA DEWASA DAN LANJUT USIA NAPZA

SEKSI SEKSI SEKSI


KESEHATAN KESEHATAN MASALAH PENYALAHGUNAAN
JIWA ANAK JIWA DEWASA NAPZA DI MASYARAKAT

SEKSI SEKSI SEKSI


KESEHATAN KESEHATAN MASALAH PENYALAHGUNAAN
JIWA REMAJA JIWA LANJUT USIA NAPZA DI INSTITUSI

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
Etika Organisasi Pemerintah
Etika organisasi pemerintah diperlukan dlm kehidupan
organisasi untuk mewujudkan visi dan misi organisasi
Etika adalah nilai-nilai normatif/pola/perilaku seseorang/
badan/lembaga/organisasi sebagai kelaziman yang dapat
diterima umum dalam interaksi dengan lingkungannya
Etika organisasi adalah pola sikap & perilaku yg diharapkan
dari setiap individu & sekelompok anggota organisasi yg
secara keseluruhan akan membentuk budaya organisasi yg
sejalan dg tujuan maupun filosofi organisasi ybs
PNS merupakan Aktor etika organisasi pemerintah dalam
mewujudkan tujuan organisasi
Etika Dalam Jabatan
Kewajiban Penyelenggara Negara (psl 5 UU No. 28/1999)
Mucapkan sumpah/janji sesuai agamanya sblm memangku
jabatannya
Bsedia diperiksa kekayaannya sblm, selama, & setelah menjabat
Melaporkan & mumumkan kekayaannya sblm & stlh menjabat
Tidak melakukan KKN
Melaks tugas tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, & gol
Bekerja dg penuh tanggung jawab & tdk melakukan perbuatan
tercela, tanpa pamrih, baik utk kepentingan pribadi, keluarga, kroni,
maupun kelompok, & tdk mharapkan imbalan dlm bentuk apapun
yg bertentangan dg ketentuan PerUUan yg berlaku
Bersedia jadi saksi dalam perkara KKN/lainnya
4 Unsur Utama Keberhasilan
Perwujudan Etika Organisasi

Etos kerja yang kuat


Moralitas pribadi pegawai bersangkutan
Kepemimpinan yang bermutu
Kondisi-kondisi sistemik
ANTI KORUPSI
13
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi

30 jenis tindak pidana korupsi, dikelompokkan


menjadi 7(tujuh), yaitu:
1. kerugian keuangan Negara;
2. suap-menyuap;
3. penggelapan dalam jabatan;
4. pemerasan;
5. perbuatan curang;
6. benturan kepentingan dalam pengadaan; dan
7. gratifikasi
PENGERTIAN KORUPSI
Menurut UU No 31 Tahun 1999
Jo.UU No 20 Tahun 2001

Pasal 2 (1)
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara,
atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 20 tahun, denda paling sedikit
Rp200.000.000,- dan paling banyak Rp1.000.000.000,-

15
KETERKAITAN ANTARA GRATIFIKASI (UU
NO 31/1999 JO UU NO 20/2010) DENGAN PP
53 TAHUN 2010

Pasal 4 butir 8 PP 53 /2010


Setiap PNS dilarang :
menerima hadiah atau suatu
pemberian apa saja dari siapapun
juga yang berhubungan dengan
jabatan dan atau pekerjaannnya

16
BUKU PERMENKES 14 TAHUN 2014
HAL-HAL YANG DIATUR DALAM PERMENKES
NOMOR : 14 TAHUN 2014

1 Kategori Gratifikasi

2 Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG)

3 Mekanisme Pelaporan Gratifikasi

18
Pengertian Pasal 12 B UU No.31/1999
jo UU No.20/2001
Gratifikasi
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dianggap pemberian suap,
apabila berhubungan dengan jabatannya dan
berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan
ketentuan sebagai berikut :
Nilai Rp. 10.000.000 atau lebih pembuktian bahwa suap
dilakukan oleh penerima
Nilai kurang Rp. 10.000.000, pembuktian bahwa gratifikasi
tersebut bukan suap dilakukan oleh penuntut umum

TIDAK berlaku bila bila lapor ke KPK dalam waktu 30


hari kerja 19
PENGERTIAN GRATIFIKASI
Gratifikasi adalah : Pemberian uang,
Gratifikasi barang, rabat (discount), komisi
pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan,
Pasal 1 Permenkes No.14/2014 fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas
lainnya baik yang diterima di dalam
negeri maupun di luar negeri dan yang
dilakukan dengan menggunakan sarana
elektronik atau tanpa sarana elektronik
yang berhubungan dengan jabatan atau
kewenangan (penjelasan Pasal 12 B
Ayat(1) UU 31/1999 jo UU 20/2001)
KATEGORI GRATIFIKASI

Gratifikasi

Tidak Dianggap
Dianggap Suap
Suap

Terkait Tidak Terkait


Kedinasan Kedinasan
21
...Lanjutan Kategori Gratifikasi

Gratifikasi yang dianggap suap adalah gratifikasi


yang diterima oleh Aparatur Kementerian Kesehatan
yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan
dengan kewajiban dan tugas penerima.
Gratifikasi yang tidak dianggap suap adalah
gratifikasi yang diterima oleh Aparatur
Kementerian Kesehatan yang tidak berhubungan
dengan jabatan dan tidak berlawanan dengan
kewajiban dan tugas penerima.

22
GRATIFIKASI DIANGGAP SUAP APABILA:
GRATIFIKASI DIANGGAP SUAP
Meliputi penerimaan namun tidak terbatas pada:

1. Marketing fee atau imbalan terkait pemasaran produk;

2. Cashback yang diterima instansi digunakan untuk


kepentingan pribadi ;

3. Gratifikasi terkait pengadaan barang/jasa, pelayanan


publik atau proses lainnya;

4. Sponsorship terkait pemasaran atau penelitian suatu


produk.

24
GRATIFIKASI TIDAK DIANGGAP SUAP
1. Gratifikasi Tidak dianggap suap Terkait Kedinasan:

Meliputi gratifikasi yang diperoleh namun tidak terbatas pada:

Cinderamata dalam kegiatan resmi kedinasan (rapat, seminar, workshop,


konferensi pelatihan dll)

Kompensasi diterima terkait kegiatan kedinasan seperti honor,


transport akomodasi sesuai standar biaya yang berlaku di instansi
pemberi sepanjang tidak terdapat pembiayaan ganda, nilai wajar, tidak
terdapat konflik kepentingan dan tidak melanggar ketentuan yang
berlaku di instansi penerima.

Sponsorship diberikan pada organisasi terkait pengembangan institusi,


perayaan tertentu ysng dimanfaatkan secara transparan dan akuntabel

Kompensasi/pengahasilan/jasa profesi saat jam kerja yg mendapat ijin


tertulis atasan.

25
2. Gratifikasi Yang Tidak Dianggap Suap
Tidak Terkait Kedinasan :
a. Diberikan orang lain yang memiliki hubungan keluarga
(kakek/nenek, bapak/ibu/mertua, suami/istri, anak/menantu,
cucu, besan, paman/bibi, kakak/adik/ipar, sepupu, dan
keponakan, sepanjang tidak mempunyai konflik kepentingan dg
penerima gratifikasi.
b. Diberikan orang lain dalam acara pernikahan, keagamaan, adat
yang tidak ada konflik kepentingan yang dilaporkan ke KPK dan
setelah diverifikasi KPK dinyatakan tidak dianggap suap.
c. Pemberian instansi berasal dari sumbangan bersama kepada
Aparatur Kemenkes selain upacara sebagaimana dimaksud
pada huruf b yang dilaporkan ke KPK dan setelah diverifikasi
KPK dinyatakan tidak dianggap suap;
d. Pemberian dari atasan kepada bawahan sepanjang tdk
menggunakan anggaran negara;

26
e. Pemberian dari sesama aparatur terkait acara perayaan
menyangkut kedudukan/jabatannya seperti pisah sambut,
promosi jabatan, pensiun yang dilaporkan ke KPK dan setelah
diverifikasi KPK dinyatakan tidak dianggap suap;
f. Pemberian dari sesama aparatur terkait musibah/bencana yang
dialami penerima gratifikasi atau keluarganya sepanjang tidak
mempunyai konflik kepentingan;
g. Hadiah, hasil undian, diskon/rabat, voucher, point reward atau
souvenir yang berlaku umum;
h. Hidangan, sajian yang berlaku umum;
i. Prestasi akademis/non akademis yang diikuti dengan
menggunakan biaya sendiri seperti kejuaraan,
perlombaan/kompetisi.
j. Keuntungan/bunga dari penempatan dana, investasi, saham
pribadi yang berlaku umum;
k. Kompensasi/pengahasilan/jasa profesi saat jam kerja yg
mendapat ijin tertulis atasan langsung/pihak lain yang
berwenang.
27
Unit Pengendalian Gratifikasi
(UPG)

Unit
Pengendalian
Gratifikasi
(UPG) adalah
Unit pelaksana
program
pengendalian
gratifikasi. 28
.Lanjutan UNIT PENGENDALIAN
GRATIFIKASI
UPG Kemenkes
(Kepmenkes RI No.HK.02.02/MENKES/193/2014)

Analisa, pelaporan, monev ke KPK terkait Gratifikasi

Unit UPG Unit Utama


Pengendalian (SK Irjen No. HK.02.03.1/1.4/2442/2004)

Gratifikasi Penerima laporan dari aparatur Kemenkes,


klarifikasi dan mengumpulkan berkas terkait
(UPG) gratifikasi

UPG Unit Pelaksana Teknis


Penerima laporan dari aparatur Kemenkes,
klarifikasi dan mengumpulkan berkas terkait
gratifikasi

29
MEKANISME PELAPORAN GRATIFIKASI

Aparatur Kemenkes wajib lapor gratifikasi ke KPK


Untuk mempermudah koordinasi, pelaporan gratifikasi di
lingkungan Kemenkes dapat dilakukan melalui Unit
Pengendalian Gratifikasi (UPG).
Dalam hal Aparatur Kemenkes melaporan gratifikasi
kepada UPG Kemenkes, harus memberitahukan kepada UPG
Unit Utama atau UPG UPT disertai bukti tanda terima dari
UPG Kemenkes.
Dalam hal Aparatur Kemenkes melaporan gratifikasi
kepada KPK, harus memberitahukan kepada UPG Kemenkes
disertai bukti tanda terima dari KPK.
Ketentuan pelaporan gratifikasi dikecualikan bagi
gratifikasi yang ditetapkan sebagai tindak pidana korupsi
dan/atau sedang dalam proses hukum
30
Batasan Waktu Pelaporan GRATIFIKASI

KPK

15 hari
30 hari

UPG
Kemenkes
5 hari

5 hari
UPG Unit
Utama
5 hari
UPG Unit
Pelaksana
Teknis
Aparatur
Kemenkes
31
KETENTUAN LAIN
Setiap pihak ketiga
yang bekerja atau
menjadi mitra
Kementerian
Kesehatan wajib
menandatangani pakta
integritas

32
Komitmen Pengendalian
Gratifikasi
Pada 12 Maret 2014
ditandatangani
Komitmen Bersama
antara Menkes dengan
Stakeholder tentang
Pengendalian
Gratifikasi dan
Pencegahan Tindak
Pidana Korupsi
33
Mitra Kerja Kemenkes yang
Menandatangani Komitmen
1. Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI)

2. International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG)

3. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)

4. Gabungan Perusahaan Alat Kesehatan dan Laboratorium Indonesia


(Gakeslab)
5. Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia (GP
Jamu).
6. Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI)

7. PT. Kimia Farma (Persero)

8. PT. Indofarma (Persero) tbk

9. PT. Bio Farma (Persero)

10. PT. Rajawali Nusindo Indonesia (RNI)

11. PT. Phapros, Tbk


34
Isi Komitmen
Pernyataan Komitmen Bersama untuk:
1. Tidak memberi/menerima suap, gratifikasi, uang
pelicin dan atau fasilitas yang dianggap suap;

2. Tidak membiarkan adanya praktik suap;

3. Melaporkan setiap penerimaan gratifikasi yang


dianggap suap;

35
Isi Komitmen
Pernyataan Komitmen Bersama untuk:
4. Menjaga lingkungan pengendalian gratifikasi;

5. Mendorong upaya pencegahan korupsi di lingkungan


masing-masing;

6. Mewajibkan semua angggota asosiasi untuk


melakukan pakta integritas.

36
Korupsi seperti benang kusut yang tidak mudah diurai
Sumber : clossetide wordpress.com
Kerugian Keuangan Negara

Suap Menyuap

Penggelapan Dalam Jabatan

Pemerasan

Perbuatan Curang

Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan

Gratifikasi

06/11/2013 Pengertian Korupsi 3816


REFLEKSI PERISTIWA GRATIFIKASI LANJUTAN.
Modus Korupsi Saat Ini : Melibatkan Keluarga !!
Melakukan Korupsi Bersama-sama
Dampak Korupsi

perbedaan yang ada


di depan mata & tanpa jarak

06/11/2013 42
SIAPA PENERIMA
GRATIFIKASI?

Pegawai Negeri
atau
Penyelenggara
Negara

43
Uang /
setara Uang
Pinjaman tanpa
Rabat/Diskon
Bunga
Komisi Pengobatan Cuma2
Tiket Perjalanan Perjalanan Wisata
Fasilitas
Penginapan
dan fasilitas lainnya

49
Ibu Menteri Kesehatan Menerima Dropbox Pelaporan
Gratifikasi dari Pimpinan KPK pada Rakerkesnas 2014
Penandatanganan Komitmen Bersama Pengendalian Gratifikasi antara
Kemenkes dengan Stakeholder pada Rakerkesnas 2014
POTENSI GRATIFIKASI

INTERNAL EXERNAL
UPAYA PENGENDALIAN GRATIFIKASI
(SECARA UMUM)
KOMITMEN PIMPINAN DAN SELURUH PEGAWAI
PENGENDALIAN GRATIFIKASI
MEMBENTUK UPG SETIAP UPT
MEMBUAT KEBIJAKAN LEVEL UPT
MEMBUAT KEBIJAKAN/REGULASI/PERATURAN
LEVEL KEMENTERIAN
MELAKUKAN PEMBINAAN
RAIH MANAJEMEN & RB DENGAN 4T

Tertib Tertib
Tertib Tertib
Adminis-
BMN SPIP perUUan
trasi
Terima kasih

Вам также может понравиться