Вы находитесь на странице: 1из 43

Nama : Tn.

P
Jenis Kelamin: Laki-laki
Usia : 68 tahun
Pekerjaan : Petani
No. Register : 3779XX
Alamat : Gandu Gedangan Ngrayun
Keluhan Utama:
Sesak
RPS:
Sesak dirasakan sudah sejak 1 bulan sebelum MRS
Sesak dirasakan semakin memberat kurang lebih 2
minggu sebelum MRS
Batuk (+) berdahak disertai darah (+)
Penurunan berat badan (+)
Keringat malam (-) disangkal
Panas badan (-) disangkal
Penurunan napsu makan (+)
RPD:
Tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya
Tidak pernah menjalani pngobatan TB
Riwayat DM (-) disangkal, tetapi tidak pernah
diperiksakan
Riwayat alergi obat (-), makanan (-), perubahan
cuaca (-)
RPK:
Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini
Riwayat DM dalam keluarga (-)
Riwayat TB dalam keluarga (-)
RPSos:
Tidak ada tetangga / orang terdekat yang
mengalami sakit seperti ini
Riwayat mengkonsumi alkohol disangkal
Riwayat merokok sejak usia sekitar 15 tahun (
53thn)
Berhenti merokok sejak 3bln yang lalu
Composmentis Tampak sesak +++

TD=130/90 mmHg N =90 x/m, regular RR = 36 x/m regular Tax :36,30C

Kepala Conjunctiva Anemis (-) Pupil isokor 3/3mm


Sklera Ikterik (-)

Leher JVP R+0 cm H20 Pembesaran KGB (-)


Pembesaran tiroid (-)
Thoraks S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Cor

Pulmo Simetris Stem fremitus D>S Sonor + + Ves Ves Rh - - Wh - -


- + Ves Ves +- - -
- + Ves Ves +- - -

Abdomen Flat, soefl, bising usus + normal, nyeri tekan (-) pada semua kuadran abdomen

Ekstremitas Edema - - Akral hangat + +


- - ++
Parameter Nilai Satuan Nilai Normal
WBC 9,4 103/L 4,0-12,0
LY % 4,3 % 20,0-60,0
Mid% 5,5 % 3,0-15,0
GR% 90,5 % 50,0-70,0
LY # 0,4 103/L 0,8-7,0
MO# 0,5 103/L 0,1-1,5
GR# 8,5 103/L 2,0-8,0

RBC 4,24 106/L 3,50-5,20


HGB 13,2 g/dL 12,0-16,0
HCT 39,6 % 35,0-49,0
MCV 93,4 fL 80,0-100,0
MCH 31,1 pg 27,0-34,0
MCHC 33,3 g/dL 31,0-37,0
PLT 346 103/L 150-450
RDW 14,6 % 11,0-16,0
Hasil sitologi cairan pleura
Metastasis malignan epithelial cell, condong
Adenocarcinoma
Diagnosis:
Effusi Pleura dextra e.c Ca Paru
Diffrential Diagnosis:
Effusi Pleura dextra e.c TB Paru
Diagnosis:
Sputum BTA
Sitologi sputum
Therapy:
Oksigen nasal kanul 2-4 L/menit
Inf. RL 14 tetes/menit
Inj. Levofloxacin 1x1gram
Inj. Dexamethasone 1x1amp (5mg/amp)
Drip Aminofilin 1,5 amp/24jam (25mg/amp)
OBH syr 3C1
Aspirasai cairan pleura
Rujuk
09/02/2017: 11/02/2017:
S: batuk (+) berdahak (+) darah (-) sesak (+) nyeri dada S: batuk (+) berdahak (+) darah (-) sesak (+)
(+) berkurang
O: TD: 130/90 N: 86x RR: 36x O: TD: 110/70 N: 80x RR: 24x
A: effusi pleura dextra e.c ca paru DD tb paru
A: effusi pleura dextra e.c ca paru DD tb paru
P: Oksigen nasal kanul 2-4 L/menit
P: Oksigen nasal kanul 2-4 L/menit Inf. RL 14 tetes/menit
Inf. RL 14 tetes/menit Inj. Levofloxacin 1x1gram
Inj. Levofloxacin 1x1gram Inj. Dexamethasone 1x1amp (5mg/amp)
Inj. Dexamethasone 1x1amp (5mg/amp) Drip Aminofilin 1,5 amp/24jam (25mg/amp)
OBH syr 3C1
Drip Aminofilin 1,5 amp/24jam (25mg/amp) Aspirasi cairan pleura (900 cc)
OBH syr 3C1
12/02/2017
Aspirasai cairan pleura (1020 cc) => dilakukan
S: batuk (+) berdahak (+) darah (-) sesak (+)
pemeriksaan sitologi cairan pleura
berkurang
10/0202017: O: TD: 120/70 N: 82x RR: 26x
S: batuk (+) berdahak (+) darah (-) sesak (+) berkurang A: effusi pleura dextra e.c ca paru DD tb paru
O: TD: 120/70 N: 82x RR: 26x P: Oksigen nasal kanul 2-4 L/menit
Inf. RL 14 tetes/menit
A: effusi pleura dextra e.c ca paru DD tb paru
Inj. Levofloxacin 1x1gram
P: Oksigen nasal kanul 2-4 L/menit Inj. Dexamethasone 1x1amp (5mg/amp)
Inf. RL 14 tetes/menit Drip Aminofilin 1,5 amp/24jam (25mg/amp)
Inj. Levofloxacin 1x1gram OBH syr 3C1
Inj. Dexamethasone 1x1amp (5mg/amp)
Drip Aminofilin 1,5 amp/24jam (25mg/amp)
OBH syr 3C1
13/02/2017: 15/02/2017:
S: batuk (+) berdahak (+) darah (-) sesak (+) S: batuk (+) berdahak (+) darah (-) sesak (+)
O: TD: 110/70 N: 86x RR: 22x berkurang
O: TD: 110/70 N: 84x RR: 20x
A: effusi pleura dextra e.c ca paru DD tb paru
A: effusi pleura dextra e.c ca paru DD tb paru
P: Oksigen nasal kanul 2-4 L/menit P:Inf. RL 14 tetes/menit
Inf. RL 14 tetes/menit Inj. Levofloxacin 1x1gram
Inj. Levofloxacin 1x1gram Inj. Dexamethasone 1x1amp (5mg/amp)
Inj. Dexamethasone 1x1amp (5mg/amp) OBH syr 3C1
Drip Aminofilin 1,5 amp/24jam (25mg/amp)
OBH syr 3C1
16/02/2017
S: batuk (+) berdahak (+) darah (-) sesak (-)
14/0202017: berkurang
S: batuk (+) berdahak (+) darah (-) sesak (+) berkurang O: TD: 120/70 N: 82x RR: 26x
O: TD: 120/70 N: 82x RR: 20x A: effusi pleura dextra e.c ca paru DD tb paru
A: effusi pleura dextra e.c ca paru DD tb paru P: Direncanakan KRS
P: Oksigen nasal kanul 2-4 L/menit
Inf. RL 14 tetes/menit
Inj. Levofloxacin 1x1gram
Inj. Dexamethasone 1x1amp (5mg/amp)
OBH syr 3C1
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan
di paru, mencakup keganasan yang berasal
dari paru sendiri (primer)
Dalam pengertian klinik yang dimaksud
dengan kanker paru primer adalah tumor
ganas yang berasal dari epitel bronkus
(karsinoma bronkus = bronchogenic
carcinoma)
Merokok
Terpapar Radon (uranium)
Terpapar asbes
Terpapar cancer-causing agent
Suplemen (beta karoten)
Polusi udara
Faktor genetik
Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan
di dunia, mencapai hingga 13% dari semua diagnosis
kanker. Selain itu, kanker paru juga menyebabkan 1/3
dari seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki
Berdasarkan data WHO, kanker paru merupakan jenis
kanker terbanyak pada laki-laki di Indonesia, dan
terbanyak kelima untuk semua jenis kanker pada
perempuan
Kanker paru juga merupakan penyebab kematian
akibat kanker terbanyak pada laki-laki dan kedua pada
perempuan
Cancer causing Field effect
agent
Akumulasi
Faktor lain komponen
tambahan

20-25 tahun
paparan Iritasi kronis

Terbentuk sel
kanker
Sistemik
Penurunan berat badan
Penurunan napsu makan
Demam yang hilang timbul
Gejala-gejala neurologis
Nyeri tulang
Paraneoplastik
Lokal
Batuk / hemoptisis (60-70%)
Nyeri dada dan sesak napas / stridor
Efusi pleura
Efusi perikard
Sindorm vena kava superior
Disfagia
Pancoast syndrome
Paralisis diafragma
Suara serak / parau
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Pembesaran KGB
Dyspneu dengan suar napas abnormal
Venektasi, edem wajah, leher, dan lengan
DVT
Fraktur patologis
Tanda-tanda neurologis
Sindrome Horner
IMAGING
X-RAY, CT-SCAN, MRI
BRONCHOSCOPY
PERCUTANEOUS BIOPSY
SPUTUM CYTOLOGY
PEURAL ASPIRATION CYTOLOGY
VIDEO-ASSISTED THORACOSCOPY
ANTERIOR MEDIASTINOTOMY /
MEDIASTINOSCOPY
Adenocarcinoma
Squamous cell carcinoma
Large cell carcinoma
Small cell lung carcinoma
Terletak di perifer
Tipe paling sering pada penderita kanker paru
yang non-smoker dan lebih sering terjadi pada
perempuan
Muncul dari epitel jalan nafas yang kecil dan
tipe 2 sell alveolus
Harus dilakukan test mutasi EGFR untuk
kepentingan terapi
Cenderung membentuk kelenjar dan
menyekresi mukus
Terletak pada 2/3 sentral dan 1/3 perifer
Sangat berhubungan dengan kebiasaan
merokok
Muncul dari sel epitel jalan napas besar
(proksimal)
Melekat dan menyebabkan obstruksi serta
atelektasis pada bagian distal
Lebih cenderung menyebar di intra torakal
dibandingkan dengan metastasis jauh,
prognosis lebih baik
Terletak di perifer
Hampir mirip seperti adenokarsinoma tetapi
lesinya berbentuk lebih besar
Behave similar to adenocarcinomas but the
lesions formed tend to be somewhat larger
Terletak pada bagian tengah (endobronchial)
berhubungan kuat dengan kebiasaan merokok
Muncul dari sel neuroendokrin paru, yang
mana bertanggung jawab terhadap
neurotransmiter, growth factor, dan komponen
vasoaktif
Menyebabkan paraneoplastik sindrom,
kebanyakan sekresi ADH atau ACTH
Pertumbuhan sangat pesat, metastasis jauh
(otak, hati, tulang) dan mempunyai prognosis
yang buruk
Tumor Primer (T)
Tx : tidak di temukan melalui radiologi maupun bronkoskopi
tetapi sitologi sputum atau bilasan bronkus positif
T0: tidak tampak lesi atau tumor primer
T1: 3cm
T1a: 2cm T1b: > 2cm 3cm
T2: > 3cm 7cm
T2a: > 3cm 5cm T2b: > 5cm 7cm
T3: > 7cm
T4: ukuran tumor primer tidak di hitung, tetapi telah
menginvasi mediastinum, trakea, jantung, pembuluh darah
besar, karina, nervus laring, esofagus, vertebral body
Kelenjar Getah Bening regional (N)
Nx: metastasis ke KGB mediastinum sulit dinilai dari
gambarang radiologis
N0: tidak ditemukan metastasis ke KGB
N1: metastasis ke KGB peribronkus, hilus,
intrapulmonari, yang ipsilateral
N2: metastasis ke KGB mediastinum ipsilateral dan
atau subkarina
N3: metastasis ke KGB peribronkial, hilus
intrapulmonal, mediastinum kolateral dan atau KGB
supraklavikular
Metastasis (M)
Mx: metastasis sulit dinilai dari gambaran radiologis
M0: tidak ditemukan metastasis
M1: terdapat metastasis jauh
M1a: ke paru kolateral, nodul di pleura, efusi pleura
ganas, efusi perikardium
M1b: metastasis jauh ke organ lain (otak, tulang, hepar,
atau KGB leher, aksila dll)
Stage 0
Modalitas terapi pilihan adalah pembedahan atau Photo
Dynamic Therapy (PDT).
StageI
Modalitas terapi pilihan adalah pembedahan. Bila pasien tidak
dapat menjalani pembedahan, maka dapat diberikan terapi
radiasi atau kemoterapi dengan tujuan pengobatan. Selain itu,
juga dapat diberikan kombinasi terapi radiasi dengan
kemoterapi. Pada stadium IB, dapat diberikan kemoterapi
adjuvant setelah reseksi bedah.
Stage II
Terapi pilihan utama adalah reseksi bedah, jika tidak
ada kontraindikasi. Terapi radiasi atau kemoterapi
adjuvant dapat dilakukan bila ada sisa tumor atau
keterlibatan KGB intratoraks, terutama N2 atau N3.
Bila pasien tidak dapat menjalani pembedahan,
maka dapat diberikan terapi radiasi dengan tujuan
pengobatan. Kombinasi terapi radiasi dengan
kemoterapi dapat memberikan hasil yang lebih baik.
Stage IIIA
Pada stadium ini, dapat dilakukan pembedahan (bila tumor
masih dapat dioperasi dan tidak terdapat bulky limfadenopati,
terapi radiasi, kemoterapi, atau kombinasi dari ketiga
modalitas tersebut. Reseksi bedah dapat dilakukan setelah
kemoterapi neoadjuvant dan/atau dengan kemoterapi
adjuvant, terutama pada pasien dengan lesi T3-4, N1. Pada
pasien yang tidak dapat menjalani pembedahan, dapat
dilakukan terapi radiasi sendiri dengan tujuan pengobatan.
Kombinasi terapi radiasi dengan kemoterapi dapat
memberikan hasil yang lebih baik. Jika ada keterlibatan
kelenjar getah bening atau respons buruk terhadap operasi,
maka pemberian kemoterapi sendiri dapat dipertimbangkan.
Regimen ini terdiri dari 4-6 siklus pemberian obat kemoterapi.
Pada pasien dengan adenokarsinoma dan hasil uji mutasi gen
EGFR positif, dapat diberikan obat golongan EGFR-TKI.
Stage IIIB
Modalitas pengobatan yang menjadi pilihan utama
bergantung pada kondisi klinis dan tampilan umum
pasien. Terapi radiasi sendiri pada lesi primer dan
lesi metastasis ipsilateral dan KGB supraklavikula.
Kemoterapi sendiri dapat diberikan dengan regimen
4-6 siklus. Kombinasi terapi radiasi dan kemoterapi
dapat memberikan hasil yang lebih baik. Obat
golongan EGFR-TKI diberikan pada
adenokarsinoma dengan hasil uji mutasi gen EGFR
(epidermal growth factor receptor) positif yang
sensitif EGFR-TKI.
Stage IV
Tujuan utama terapi pada stadium ini bersifat
paliatif
Pendekatan tata laksana KPKBSK stadium IV
bersifat multimodalitas dengan pilihan terapi
sistemik (kemoterapi, terapi target), dan modalitas
lain (radioterapi , dan lain-lain)
Tumor mediastinum
Metastasis tumor di paru
Tuberkuloma
Dubia at malam

Вам также может понравиться