Вы находитесь на странице: 1из 46

MODEL PENGENDALIAN PERTUMBUHAN KOTA

"URBAN SPRAWL" MALANG BERBASIS STAKEHOLDERS


STRUCTURAL MAPPING

TIM PENGUSUL
DR. IR. AGUS DWI WICAKSONO, LIC.RER.REG NIDN 0012086004
IR. ISMU RINI DWI ARI, MT., PH.D NIDN 0021126807
DIMAS WISNU ADRIANTO, ST., MT., M.ENV.MAN NIDN 0001028103
ARIS SUBAGYO, ST., MT. NIDN 0704048102
PERMASALAHAN
KEUTAMAAN PENELITIAN
Mampu mengidentifikasi Mampu mengidentifikasi peran Mampu mengidentikasi model
permasalahan urban sprawl di stakeholder (pemerintah, developer pengendalian pemanfaatan
Kota Malang dan masyarakat) pada kegiatan ruang di Kota Malang.
perencanaan, pemanfaatan dan
pengendalian pemanfaatan ruang.

TARGET PENELITIAN

1. Bagaimana mekanisme pengendalian pertumbuhan 1. Bagaimana peta konflik antar stakeholder dalam mekanisme
Kota Malang? pertumbuhan Kota Malang?
2. Bagaimana tipologi sosial struktur stakeholder 2. Bagaimana model pengendalian pertumbuhan Kota Malang
terkait petumbuhan Kota Malang? sebagai upaya pencapaian target ketahanan pangan?
WILAYAH STUDI
No Kelurahan Kecamatan
1 Kelurahan Merjosari Lowokwaru
2 Kelurahan Tunggulwulung Lowokwaru
3 Kelurahan Tasikmadu Lowokwaru
4 Kelurahan Tunjung Sekar Lowokwaru
5 Kelurahan Balearjosari Blimbing
6 Kelurahan Pandanwangi Blimbing
7 Kelurahan Cemoro Kandang Kedungkandang
8 Kelurahan Madyopuro Kedungkandang
9 Kelurahan Lesanpuro Kedungkandang
10 Kelurahan Kedungkandang Kedungkandang
11 Kelurahan Buring Kedungkandang
12 Kelurahan Wonokoyo Kedungkandang
13 Kelurahan Tlogowaru Kedungkandang
14 Kelurahan Arjowinangun Kedungkandang
15 Kelurahan Bumiayu Kedungkandang
16 Kelurahan Gadang Sukun
17 Kelurahan Kebonsari Sukun
18 Kelurahan Bakalankrajan Sukun Pada kawasan sprawl, pada kegiatan
19 Kelurahan Mulyorejo Sukun kawasan konversi lahan dan pada kawasan
20 Kelurahan Bandulan Sukun perbatasan dengan Kabupaten Malang
KARAKTERISTIK KOTA MALANG

Geografis Topografi Geologi Hidrologi Klimatologi

Secara Dataran tinggi Terdapat 4 jenis Sumber air Suhu udara


astronomis dengan tanah, yaitu baku Kota berkisar antara
terletak pada ketinggian 339 tanah alluvial, Malang berasal 22,0C sampau
112.06 662,5 meter tanah dari 5 mata air 24,8C
112.07 Bujur Kemiringan mediteran, dan 4 sumur Curah hujan
Timur , 7.06 antara 0 15% tanah bor (sumber tertinggi terjadi
8.02 Lintang asosiasilatosol, mata air pada bulan
Selatan tanah asosiasil meliputi Mata Januari yaitu
andosol Air Wendit, mencapai 385
Binangun, mm, yang
Banyuning, terjadi selama
Karangan, dan 24 hari
Sumbersari).
SPRAWL KOTA MALANG
PENYIMPANGAN PEMANFAATAN RUANG KOTA MALANG
Arahan Pola Ruang
Guna Lahan Total
No RTRW Kota Malang Lokasi (BWP) Luas (Ha)
Eksisting Luas
2010 2030
1 RTH/Kawasan Lindung Permukiman Malang Barat 33,56
2 RTH/Kawasan Lindung Industri Malang Barat 3,02 36.96
3 RTH/Kawasan Lindung Fasum Malang Barat 0,38
4 RTH/Kawasan Lindung Permukiman Malang Tenggara 57,22 57,22
5 RTH/Kawasan Lindung Permukiman Malang Timur 23,32
24,27
6 RTH/Kawasan Lindung Fasum Malang Timur 0,95
7 RTH/Kawasan Lindung Fasum Malang Tengah 0,33
8 RTH/Kawasan Lindung Permukiman Malang Tengah 2,22
2,55 11% 1%
9 RTH/Kawasan Lindung Permukiman Malang Timur Laut 13,53 2% 27%
10 RTH/Kawasan Lindung Industri Malang Timur Laut 0,75 15,23
11 RTH/Kawasan Lindung Fasum Malang Timur Laut 0,95 18%
12 RTH/Kawasan Lindung Permukiman Malang Utara 1,65 1,65
Total Luas Lahan Simpangan 133,43 133,43
Total Rencana Luasan Lahan RTH/Kawasan Lindung pada RTRW Malang Barat
1688
Kota Malang Tahun 2010-2030 41% Malang Tenggara
Prosentase Simpangan Luas RTH/Kawasan Lindung dari total Malang Timur
Rencana RTH/Kawasan Lindung pada RTRW Kota Malang tahun 7,9% Malang Tengah
2010-2030. Malang Timur Laut
Prosentase Simpangan Penggunaan Lahan 1,21% Malang Utara
Total Luas Lahan Kota Malang 11.060
URBAN PLANNING PROCESS
Life World Planning World

MONITORING TUJUAN
FAKTA
Kajian banding antara Kondisi atau keadaan
Kondisi yang ada/kondisi
kondisi yang berkembang yang diharapkan
yang berkembang saat ini
dengan yang diharapkan (Rencana)

TINDAKAN
REKOMENDASI
Tindakan terhadap kondisi
Kesimpulan dari kaji EVALUASI
yang ada melalui
banding untuk Evaluasi atau revisi tujuan
instrumen informasi,
menentukan tindakan atau rencana
motivasi, regulasi &
atau revisi
instalasi

Level Level Level


Operasional Manajerial Konseptual
AKTOR PADA PENATAAN & PEMANFAATAN RUANG
MASYARAKAT DEVELOPER PEMERINTAH
Sebagai pelaku Sebagai pelaku Sebagai konseptor dan
pemanfaatan ruang. pemanfaatan ruang. manager dalam
penataan pemanfaatan
Secara prosedural, Developer ruang.
masyarakat mengajukan izin
mengajukan kepada pemerintah
perizinan Pemerintah
untuk membangun merencanakan
MASYARAKAT DEVELOPER membangun/ kawasan, didukung
pemanfaatan ruang pemanfaatan ruang,
dengan kelengkapan mengontrol dan
infrastruktur sebagai mengevaluasi
bentuk kompensasi. kegiatan
Developer pemanfaatan ruang
mempromosikan ke oleh developer dan
masyarakat untuk masyarakat.
membangun
PEMERINTAH
permukiman di lokasi
yang ditentukan.
Level Manajerial
Level Operasional Level Operasional dan Konseptual
RESPONDEN PENELITIAN

PEMERINTAH DEVELOPER MASYARAKAT

24 developer di Kota Malang: 560 responden di 20 kelurahan


Badan Perencanaan, Penelitian, Puri Cempaka Putih, Perum Guru Tlogowaru di Kota Malang:
Indah, Perum Puncak Buring Indah Selatan,
dan Pengembangan Komplek Puncak Buring Indah, Perum Gadang Kelurahan Merjosari,
Dinas Pekerjaan Umum dan Permai, Perum Sukun Pondok Indah, Perum Tunggulwulung, Tasikmadu,
Perumahan Rakyat Sawojajar, Perum Istana Dieng, Perum Puncak Tunjung Sekar, Balearjosari,
Pandanwangi, Cemoro Kandang,
Dinas Perumahan dan Dieng, Perum Lembah Dieng, Perum Villa
Madyopuro, Lesanpuro,
Puncak Tidar, Perum Sumber Sari Indah
Permukiman Dewata, Perum Istana Gajayana, Perum Kedungkandang, Buring,
Dinas Perindustrian dan Joyogrand, Perum Batu Permata, Perum Wonokoyo, Tlogowaru,
Perdagangan Landung Lestari, Perum Bukit Hijau & Permata Arjowinangun, Bumiayu,
Gadang, Kebonsari,
Dinas Perhubungan Hijau, Perum Bukit Cemara Tujuh, Perum
Bakalankrajan, Mulyorejo,
Bumi Palapa, Perum Permata Jingga, Perum
Dinas Lingkungan Hidup Tanjung Sekar Damai, Perum Borobudur Bandulan
Dinas Penanaman Modal dan Indah, Perum Griya Shanta, Perum RiverSide,
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pondok Blimbing Indah (Komplek Perum
Araya), Perum Blimbing Indah, Perum Puri
Kartika Indah, Perum Bumi Purwantoro Agung
Perum Taman Sulfat, Perum Graha Dewata,
Sekarpuro Residence, Sulfat Erfina Residence
LEVEL KONSEPTUAL

Level konseptual merupakan tahap awal pada penyusunan rencana tata ruang yang meliputi tahapan penyusunan
dokumen tata ruang, seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) atau Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Malang.

TAHAP
TAHAP PERUMUSAN TAHAP PENYUSUNAN
TAHAP PERSIAPAN PENGUMPULAN DATA
KONSEP TATA RUANG RAPERDA
DAN ANALISIS

Identifikasi:
Peran Pemerintah
pada level konseptual
Peran Developer
Peran Masyarakat
SOCIAL NETWORK ANALYSIS LEVEL KONSEPTUAL
Rate of Participation (RoP) & Densitas
Klasifikasi Rate of Participation Klasifikasi Densitas
Level Keterangan Interval Klasifikasi Panjang Kelas No Interval Kelas Klasifikasi
2 rendah 0-2
RoP 1 0 - 0,333 Rendah
sedang 2,1-4
Pengembang 2 0,334 - 0,666 Sedang
tinggi 4,1-6
2 rendah 0-2 3 0,667- 10 Tinggi
Konseptual RoP Masyarakat sedang 2,1-4
tinggi 4,1-6
1 rendah 0-1
RoP Instansi sedang 1,1 - 2
tinggi 2,1 - 3

RESULT
Stakeholder RoP Ket. RoP Densitas Ket. Densitas
Pemerintah 1,22 Rendah 0,19 Rendah
Pengembang 2,14 Sedang 0,62 Sedang
Masyarakat 0,47 Rendah 0,027 Rendah
PENJELASAN HASIL - KONSEPTUAL
RoP
1. Pemerintah: nilai tingkat partisipasi sebesar 1,22 yang masuk dalam klasifikasi rendah. Nilai tingkat partisipasi yang didapatkan
menunjukkan bahwa rata-rata instansi mengikuti 1 dari 6 kegiatan yang ada pada level konseptual.
2. Pengembang: nilai tingkat partisipasi sebesar 2,14 yang masuk dalam klasifikasi sedang, menunjukkan bahwa rata-rata
pengembang mengikuti 3 dari 6 kegiatan yang ada pada level konseptual.
3. Masyarakat: Nilai tingkat partisipasi 0,47 memiliki arti bahwa setiap responden pada tingkatan rendah pada keterlibatan proses
penyusunan dokumen tata ruang dengan ikut serta pada 2 dari 6 kegiatan saja pada level konseptual.

Densitas
1. Pemerintah: nilai densitas sebesar 0,19 yang artinya sebesar 19% responden mengikuti kegiatan yang sama pada saat penyusunan
dokumen penataan ruang. Apabila responden mengikuti kegiatan-kegiatan yang sama dalam penyusunan dokumen diasumsikan
bahwa responden memiliki afiliasi dengan responden lainnya meskipun yang hubungannya sangat kecil. Hal tersebut dikarenakan
tidak semua responden mengikuti proses penyusunan dokumen tata ruang.
2. Pengembang: nilai 0,62 adalah sebesar 62% responden mengikuti kegiatan yang sama pada saat penyusunan dokumen penataan
ruang, lebih dari 50% responden mengikuti kegiatan yang sama. Apabila responden mengikuti kegiatan-kegiatan yang sama dalam
penyusunan dokumen diasumsikan bahwa responden memiliki afiliasi dengan responden lainnya.
3. Masyarakat: nilai densitas sebesar 0,027 yang masuk dalam klasifikasi rendah. Arti nilai 0,027 adalah sebesar 2,7% mengikuti
kegiatan yang sama dalam penyusunan dokumen penataan ruang. Hal tersebut menunjukkan bahwa antar responden memiliki
afiliasi yang sangat kecil dengan responden lainnya atau tidak memiliki hubungan yang erat antar responden. Hal tersebut
dikarenakan tidak semua responden mengikuti proses penyusunan dokumen tata ruang
LEVEL MANAGERIAL

Level managerial merupakan tahap pengawasan dan analisis membandingkan kondisi penataan ruang di lapangan dengan
ketentuan yang terdapat pada dokumen penataan ruang. Hasil dari kaji banding dimanfaatkan untuk tindakan atau revisi.

EVALUASI &
TINDAKAN DI
PELAKSANAAN DI
PENGAWASAN IDENTIFIKASI DAMPAK LAPANGAN DAN
LAPANGAN
DOKUMEN PENATAAN
RUANG

Identifikasi:
Peran Pemerintah
pada level managerial
Peran Developer
Peran Masyarakat
SOCIAL NETWORK ANALYSIS LEVEL MANAGERIAL
Rate of Participation (RoP) & Densitas
Klasifikasi Rate of Participation Klasifikasi RoP (result)
No Stakeholder Interval Klasifikasi No Stakeholder Rate of Participation Klasifikasi
1 Pemerintah 0-1,67 Rendah 1 Pemerintah 1,48 Rendah
1,68-3,34 Sedang 2 Developer 0,42 Rendah
3,35-5 Tinggi 3 Masyarakat 0,21 Rendah
2 Developer 0-1,33 Rendah
1,34-2,66 Sedang
2,67-4 Tinggi
3 Masyarakat 0-1 Rendah
1,1-2 Sedang
2,1-3 Tinggi

Klasifikasi Densitas Klasifikasi Densitas (Result)


No Interval Kelas Klasifikasi No Stakeholder Densitas Klasifikasi
1 0 - 0,333 Rendah 1 Pemerintah 0,013 Rendah
2 0,334 - 0,666 Sedang 2 Developer 0,016 Rendah
3 0,667- 1 Tinggi 3 Masyarakat 0,013 Rendah
PENJELASAN HASIL LEVEL MANAGERIAL
RoP
1. Pemerintah: nilai tingkat partisipasi sebesar 1,48 yang masuk dalam klasifikasi rendah, menunjukkan bahwa rata-rata instansi
mengikuti 1 dari 5 kegiatan yang ada pada level managerial.
2. Pengembang: nilai tingkat partisipasi sebesar 0.42 yang masuk dalam klasifikasi rendah, menunjukkan bahwa rata-rata
pengembang mengikuti 1 dari 4 kegiatan yang ada pada level managerial.
3. Masyarakat: Nilai tingkat partisipasi 0,21 (rendah) memiliki arti bahwa setiap responden hanya mengikuti 1 dari 3 kegiatan pada
level managerial.

Densitas
1. Pemerintah: nilai densitas sebesar 0,013 yang artinya sebesar 1.3% responden mengikuti kegiatan yang sama pada saat
penyusunan dokumen penataan ruang. Apabila responden mengikuti kegiatan-kegiatan yang sama dalam penyusunan dokumen
diasumsikan bahwa responden memiliki afiliasi dengan responden lainnya meskipun yang hubungannya sangat kecil. Hal tersebut
dikarenakan tidak semua responden mengikuti proses penyusunan dokumen tata ruang.
2. Pengembang: nilai 0,016 adalah sebesar 1.6% responden mengikuti kegiatan yang sama pada saat penyusunan dokumen
penataan ruang, lebih dari 50% responden mengikuti kegiatan yang sama. Apabila responden mengikuti kegiatan-kegiatan yang
sama dalam penyusunan dokumen diasumsikan bahwa responden memiliki afiliasi dengan responden lainnya yang sangat kecil.
3. Masyarakat: nilai densitas sebesar 0,013 yang masuk dalam klasifikasi rendah. Arti nilai 0,013 adalah sebesar 1,3% mengikuti
kegiatan yang sama dalam penyusunan dokumen penataan ruang. Hal tersebut menunjukkan bahwa antar responden memiliki
afiliasi yang sangat kecil dengan responden lainnya atau tidak memiliki hubungan yang erat antar responden. Hal tersebut
dikarenakan tidak semua responden mengikuti proses penyusunan dokumen tata ruang.
LEVEL OPERASIONAL

Level managerial merupakan tahap pengawasan dan analisis membandingkan kondisi penataan ruang di lapangan dengan
ketentuan yang terdapat pada dokumen penataan ruang. Hasil dari kaji banding dimanfaatkan untuk tindakan atau revisi.

PENGENDALIAN
SOSIALISASI HASIL PERIZINAN
PELAKSANAAN PEMANFAATAN
RENCANA TATA PEMANFAATAN
PEMBANGUNAN RUANG (INSENTIF,
RUANG RUANG
DISINSENTIF, SANKSI)

Identifikasi:
Peran Pemerintah
pada level operasional
Peran Developer
Peran Masyarakat
SOCIAL NETWORK ANALYSIS LEVEL OPERASIONAL
Rate of Participation (RoP) & Densitas
Klasifikasi Rate of Participation Klasifikasi RoP (result)
No Stakeholder Interval Klasifikasi No Stakeholder Rate of Participation Klasifikasi
1 Pemerintah 0-2.3 Rendah 1 Pemerintah 2,89 Sedang
2.4-4.6 Sedang
2 Developer 2,59 Sedang
4.7-7 Tinggi
2 Developer 0-2 Rendah 3 Masyarakat 2,24 Sedang
2.1-4 Sedang
4.1-6 Tinggi
3 Masyarakat 0-2 Rendah
2,1-4 Sedang
4,1-6 Tinggi

Klasifikasi Densitas Klasifikasi Densitas (Result)


No Interval Kelas Klasifikasi No Stakeholder Densitas Klasifikasi
1 0 - 0,333 Rendah 1 Pemerintah 0,32 Rendah
2 0,334 - 0,666 Sedang 2 Developer 1 Tinggi
3 0,667- 1 Tinggi 3 Masyarakat 0,44 Sedang
PENJELASAN HASIL LEVEL OPERASIONAL
RoP
1. Pemerintah: nilai tingkat partisipasi sebesar 2.89 yang masuk dalam klasifikasi sedang. Nilai tingkat partisipasi yang didapatkan
menunjukkan bahwa rata-rata instansi mengikuti 4 dari 7 kegiatan yang ada pada level operasional.
2. Pengembang: nilai tingkat partisipasi sebesar 2.59 yang masuk dalam klasifikasi sedang. Nilai tingkat partisipasi yang didapatkan
menunjukkan bahwa rata-rata developer mengikuti 4 dari 6 kegiatan yang ada pada level operasional.
3. Masyarakat: Nilai tingkat partisipasi 2.24 (sedang) memiliki arti bahwa setiap responden mengikuti tahap operasional dengan
tingkatan sedang dengan rata-rata pada 4 dari 6 kegiatan.

Densitas
1. Pemerintah: nilai densitas sebesar 0,32 yang artinya rendah, sebesar 32% responden mengikuti kegiatan yang sama pada saat
penyusunan dokumen penataan ruang. Apabila responden mengikuti kegiatan-kegiatan yang sama dalam penyusunan dokumen
diasumsikan bahwa responden memiliki afiliasi dengan responden lainnya meskipun yang hubungannya sangat kecil. Hal tersebut
dikarenakan tidak semua responden mengikuti proses penyusunan dokumen tata ruang.
2. Pengembang: nilai 1 adalah sebesar 100% responden mengikuti kegiatan yang sama pada saat penyusunan dokumen penataan
ruang, lebih dari 50% responden mengikuti kegiatan yang sama. Apabila responden mengikuti kegiatan-kegiatan yang sama dalam
penyusunan dokumen diasumsikan bahwa responden memiliki afiliasi dengan responden lainnya yang sangat kecil.
3. Masyarakat: nilai densitas sebesar 0,44 yang masuk dalam klasifikasi sedang. Arti nilai 0,44 adalah sebesar 44% mengikuti kegiatan
yang sama dalam penyusunan dokumen penataan ruang. Hal tersebut menunjukkan bahwa antar responden memiliki afiliasi yang
sangat kecil dengan responden lainnya atau tidak memiliki hubungan yang erat antar responden. Hal tersebut dikarenakan tidak
semua responden mengikuti proses penyusunan dokumen tata ruang.
ANALISIS FAKTOR
(TINGKAT KEPENTINGAN VARIABEL MENURUT PEMERINTAH)
Analisis faktor: teknik untuk mencari faktor-faktor yang mampu menjelaskan hubungan atau korelasi antara berbagai
indikator independen yang diobservasi.
Simbol Variabel Level
X1 Kegiatan sosialisasi dan diskusi kegiatan peninjauan kembali RTRW/RDTR
X2 Keterlibatan pada penyusunan dokumen penataam ruang LEVEL KONSEPTUAL
X3 pemberian masukan evaluasi program kerja RTRW pada tahap peninjauan kembali
X4 kontribusi pada penyediaan data dan informasi pendukung substansi RTRW/RDTR
X5 pemberian usulan program kerja dari instansi untuk substansi RTRW/RDTR
X6 forum diskusi hasil penyusunan draft materi teknis RTRW/RDTR LEVEL MANAGERIAL
X7 pemberian kritik dan saran dari hasil rencana pengembangan dan program kerja RTRW/RDTR
X8 forum diskusi raperda RTRW/RDTR
X9 keikutsertaan pada sosialisasi produk RTRW/RDTR baik melalui forum intern instansi, pemberian informasi
X10 penyesuaian program kerja RTRW dengan program kerja instansi
X11 forum diskusi sinkronisasi program kerja RTRW dengan program kerja seluruh instansi
X12 penyesuaian program kerja RTRW dengan program kerja instansi
LEVEL OPERATORIAL
X13 keterlibatan pada pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang
X14 keterlibatan pada penyusunan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang
X15 keterlibatan pada penyusunan ketentuan insentif dan disinsentif dan sanksi pada kegiatan pemanfaatan
ruang
UJI VALIDITAS UJI RELIABILITAS

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya nilai Cronbanchs Alpha sebesar 0,940 atau 94%, dapat
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dapat dikatakan valid atau disimpulkan bahwa variabel tersebut reliabel sehingga
tidak apabila pertanyaan pada kuesioner mampu jawaban masyarakat konsisten atau stabil dalam menilai
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi
tersebut. Cronbanchs Alpha N of Items
Variabel R Hitung R Tabel Keterangan 0,988 15
X1 0,973
PENYELEKSIAN VARIABEL (Tabel KMO and
X2 0,915
Bartlett test)
X3 0,872
X4 0,975 Approx, Chi-Square 795,923
Bartlett's Test of
X5 0,875 df 105
Sphericity
X6 0,971 Sig, 0,000
X7 0,924 Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy, 0,865
X8 0,913 0,3809 Valid
Nilai Keiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adequancy (KMO-
X9 0,965 MSA) and Barletts test of sphericity sebesar 0,865 (memenuhi
X10 0,914 syarat nilai di atas 0,50) dan analisis faktor dapat dilanjutkan.
Proses reduksi variable dengan melihat nilai Measure of Sampling
X11 0,872
Adequancy (MSA) yang > 0,5. Berdasarkan nilai MSA tidak
X12 0,930 dilakukan reduksi variabel karena nilai semua variabel lebih besar
X13 0,904 dari 0,5.
PROSES FACTORING
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Component Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 12.957 86.381 86.381 12.957 86.381 86.381
2 .767 5.110 91.491
3 .385 2.565 94.057
Nilai initial eigenvalues yang > 1
4 .247 1.646 95.703 hanya pada 1 komponen, maka
5 .219 1.460 97.163 yang terbentuk adalah hanya
1 pengelompokan
6 .141 .938 98.101
7 .102 .678 98.779
8 .075 .499 99.278
9 .037 .249 99.527
10 .021 .138 99.666
11 .017 .115 99.780
12 .015 .097 99.877
13 .009 .057 99.935
Tabel Component Matrix
Component Nilai komponen >0,5 artinya bahwa semua variabel memiliki hubungan positif terkait faktor-faktor
X4 .977 yang mempengaruhi keterlibatan pemerintah pada kegiatan penataan dan pemanfaatan ruang.
X1 .976
Simbol Variabel
X6 .974
X4 kontribusi pada penyediaan data dan informasi pendukung substansi RTRW/RDTR
X9 .969
X1 Kegiatan sosialisasi dan diskusi kegiatan peninjauan kembali RTRW/RDTR
X12 .938
X7 X6 forum diskusi hasil penyusunan draft materi teknis RTRW/RDTR
.934
X10 .926 X9 keikutsertaan pada sosialisasi produk RTRW/RDTR baik melalui forum intern instansi, pemberian
informasi
X2 .926
X12 penyesuaian program kerja RTRW dengan program kerja instansi
X14 .926
X7 pemberian kritik dan saran dari hasil rencana pengembangan dan program kerja RTRW/RDTR
X8 .924
X13 X10 penyesuaian program kerja RTRW dengan program kerja instansi
.917
X5 .890 X2 Keterlibatan pada penyusunan dokumen penataam ruang
X11 .889 X14 keterlibatan pada penyusunan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang
X3 .888 X8 forum diskusi raperda RTRW/RDTR
X15 .875 X13 keterlibatan pada pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang
X5 pemberian usulan program kerja dari instansi untuk substansi RTRW/RDTR
X11 forum diskusi sinkronisasi program kerja RTRW dengan program kerja seluruh instansi
LEVEL KONSEPTUAL
X3 pemberian masukan evaluasi program kerja RTRW pada tahap peninjauan kembali
LEVEL MANAGERIAL
X15 keterlibatan pada penyusunan ketentuan insentif dan disinsentif dan sanksi pada kegiatan
LEVEL OPERATORIAL pemanfaatan ruang
ANALISIS FAKTOR
(TINGKAT KEPENTINGAN VARIABEL MENURUT DEVELOPER)
Analisis faktor: teknik untuk mencari faktor-faktor yang mampu menjelaskan hubungan atau korelasi antara berbagai
indikator independen yang diobservasi.
Simbol Variabel Level
X1 Pengetahuan tentang dokumen tata ruang
X2 Pengetahuan tentang fungsi dokumen penataan ruang (RTRW, RDTR)
X3 Pengetahuan tentang isi dokumen penataan ruang (RTRW, RDTR)
LEVEL KONSEPTUAL
X4 Forum sosialisasi rencana kegiatan peninjauan kembali (RTRW, RDTR)
X5 Forum diskusi hasil kegiatan peninjauan kembali (RTRW)
X6 Pemberian masukan evaluasi program kerja RTRW pada tahap peninjauan kembali (PK)
X7 kontribusi pada penyediaan data dan informasi pendukung substansi RTRW
X8 Forum diskusi hasil penyusunan draft materi teknis RTRW/RDTR LEVEL MANAGERIAL
X9 Pemberian kritik dan saran dari hasil rencana pengembangan dan program kerja RTRW/RDTR
X10 Forum diskusi RAPERDA RTRW/RDTR
X11 Keikutsertaan pada sosialisasi produk
X12 Forum diskusi sinkronisasi program kerja RTRW dengan program kerja seluruh instansi/developer
X13 Sinkronisasi intern program kerja RTRW dengan program kerja developer/pengembang LEVEL OPERATORIAL
X14 Keterlibatan pada pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang
X15 Pengetahuan substansi dan tata cara pengajuan IMB
X16 Pemahaman ketentuan insentif diinsentif dan sanksi pada kegiatan pemanfaatan ruang
UJI VALIDITAS UJI RELIABILITAS

nilai Cronbanchs Alpha sebesar 0,948 atau 95%, dapat


Variabel R Hitung R Tabel Keterangan disimpulkan bahwa variabel tersebut reliabel sehingga
X1 0,503 jawaban masyarakat konsisten atau stabil dalam menilai
faktor-faktor yang mempengaruhi
X2 0,779
Cronbanchs Alpha N of Items
X3 0,811
0,948 16
X4 0,650
X5 0,784
PENYELEKSIAN VARIABEL (Tabel KMO and
Bartlett test)
X6 0,724
Approx, Chi-Square 487,118
X7 0,896 Bartlett's Test of Sphericity df 120
X8 0,865 Sig, 0,000
0,4044 Valid Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy, 0,610
X9 0,668
X10 0,913
X11 0,727 Nilai Keiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adequancy (KMO-
MSA) and Barletts test of sphericity sebesar 0,610 (memenuhi
X12 0,521 syarat nilai di atas 0,50) dan analisis faktor dapat dilanjutkan.
X13 0,481 Proses reduksi variable dengan melihat nilai Measure of Sampling
Adequancy (MSA) yang > 0,5. Berdasarkan nilai MSA tidak
X14 0,806 dilakukan reduksi variabel karena nilai semua variabel lebih besar
X15 0,777 dari 0,5.
PROSES FACTORING tahap 1
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16
X1 0,780a 0,211 0,022 0,145 -0,068 -0,058 -0,046 -0,083 -0,047 -0,038 -0,006 -0,849 -0,032 0,123 0,047 0,048
X2 0,211 0,703a 0,178 -0,446 -0,415 -0,594 0,047 -0,074 0,520 -0,310 -0,388 -0,519 -0,488 0,335 0,317 0,489
X3 0,022 0,178 0,550a -0,203 0,173 -0,679 -0,649 -0,535 0,757 -0,209 -0,920 -0,301 -0,813 0,767 0,545 0,774
X4 0,145 -0,446 -0,203 0,775a 0,556 0,289 -0,295 0,339 -0,311 0,043 0,183 0,146 0,204 -0,162 -0,271 -0,186
X5 -0,068 -0,415 0,173 0,556 0,867a -0,011 -0,444 -0,104 0,107 -0,076 -0,154 0,217 -0,134 0,203 -0,237 0,093
X6 -0,058 -0,594 -0,679 0,289 -0,011 0,514a 0,287 0,376 -0,857 0,119 0,817 0,374 0,873 -0,546 -0,365 -0,953
X7 -0,046 0,047 -0,649 -0,295 -0,444 0,287 0,698a 0,068 -0,553 0,438 0,588 0,169 0,600 -0,682 -0,658 -0,507
X8 -0,083 -0,074 -0,535 0,339 -0,104 0,376 0,068 0,832a -0,334 -0,321 0,365 0,178 0,367 -0,453 -0,093 -0,306
X9 -0,047 0,520 0,757 -0,311 0,107 -0,857 -0,553 -0,334 0,421a -0,388 -0,860 -0,323 -0,971 0,715 0,593 0,897
X10 -0,038 -0,310 -0,209 0,043 -0,076 0,119 0,438 -0,321 -0,388 0,849a 0,287 0,163 0,312 -0,375 -0,518 -0,279
X11 -0,006 -0,388 -0,920 0,183 -0,154 0,817 0,588 0,365 -0,860 0,287 0,476a 0,319 0,890 -0,750 -0,506 -0,877
X12 -0,849 -0,519 -0,301 0,146 0,217 0,374 0,169 0,178 -0,323 0,163 0,319 0,604a 0,379 -0,338 -0,338 -0,364
X13 -0,032 -0,488 -0,813 0,204 -0,134 0,873 0,600 0,367 -0,971 0,312 0,890 0,379 0,295a -0,748 -0,567 -0,921
X14 0,123 0,335 0,767 -0,162 0,203 -0,546 -0,682 -0,453 0,715 -0,375 -0,750 -0,338 -0,748 0,584a 0,490 0,616
X15 0,047 0,317 0,545 -0,271 -0,237 -0,365 -0,658 -0,093 0,593 -0,518 -0,506 -0,338 -0,567 0,490 0,671a 0,521
X16 0,048 0,489 0,774 -0,186 0,093 -0,953 -0,507 -0,306 0,897 -0,279 -0,877 -0,364 -0,921 0,616 0,521 0,448a
Empat variabel (X9,X11 dan X13) memiliki nilai MSA <0,5 sehingga perlu dilakukan proses reduksi variabel agar dapat dilanjutkan ke analisis selanjutnya.

X9 Pemberian kritik dan saran dari hasil rencana pengembangan dan program kerja RTRW/RDTR
X11 Keikutsertaan pada sosialisasi produk
TERHAPUS
X13 Sinkronisasi intern program kerja RTRW dengan program kerja developer/pengembang
X16 Pemahaman ketentuan insentif diinsentif dan sanksi pada kegiatan pemanfaatan ruang
PROSES FACTORING tahap 2

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X10 X12 X14 X15 X16


X1 0,721a 0,317 -0,062 -0,002 -0,106 -0,108 0,009 -0,053 -0,174 -0,906 0,158 0,114 0,088
X2 0,317 0,765a -0,481 -0,354 -0,546 -0,419 0,461 0,102 -0,123 -0,478 -0,006 0,009 0,156
X3 -0,062 -0,481 0,801a -0,286 0,054 0,359 -0,327 -0,551 0,034 0,036 0,317 0,347 -0,189
X4 -0,002 -0,354 -0,286 0,707a 0,639 0,222 -0,540 0,388 -0,249 0,202 -0,049 -0,103 0,034
X5 -0,106 -0,546 0,054 0,639 0,819a 0,230 -0,447 -0,044 -0,076 0,317 0,136 -0,375 -0,106
X6 -0,108 -0,419 0,359 0,222 0,230 0,708a -0,650 0,118 -0,404 0,127 0,399 0,359 -0,782
X7 0,009 0,461 -0,327 -0,540 -0,447 -0,650 0,769a -0,241 0,423 -0,108 -0,415 -0,538 0,204
X8 -0,053 0,102 -0,551 0,388 -0,044 0,118 -0,241 0,868a -0,499 0,030 -0,271 0,134 0,121
X10 -0,174 -0,123 0,034 -0,249 -0,076 -0,404 0,423 -0,499 0,871a 0,141 -0,272 -0,392 0,051
X12 -0,906 -0,478 0,036 0,202 0,317 0,127 -0,108 0,030 0,141 0,691a -0,095 -0,214 -0,072
X14 0,158 -0,006 0,317 -0,049 0,136 0,399 -0,415 -0,271 -0,272 -0,095 0,866a 0,141 -0,403
X15 0,114 0,009 0,347 -0,103 -0,375 0,359 -0,538 0,134 -0,392 -0,214 0,141 0,855a -0,015
X16 0,088 0,156 -0,189 0,034 -0,106 -0,782 0,204 0,121 0,051 -0,072 -0,403 -0,015 0,814a

nilai measures of sampling adequacy (MSA) diketahui terdapat 12 variabel memiliki nilai MSA>0,5 dapat dilanjutkan ke
analisis selanjutnya
PROSES FACTORING

Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings
Component % of
Total Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
Variance
1 8,377 64,441 64,441 8,377 64,441 64,441 5,058 38,910 38,910
2 1,595 12,268 76,709 1,595 12,268 76,709 3,334 25,645 64,555
3 1,137 8,746 85,455 1,137 8,746 85,455 2,717 20,899 85,455
4 0,683 5,251 90,706
5 0,472 3,630 94,336
6 0,292 2,248 96,584
7 0,150 1,156 97,740
8 0,121 0,933 98,673
9 0,051 0,390 99,063
10 0,048 0,367 99,430
11 0,035 0,268 99,698
12 0,029 0,220 99,918
13 0,011 0,082 100,000

Dari tabel di samping pada initial eigenvalues, nilai total yang diambil adalah yang lebih besar dari 1, maka
nilai total yang diambil adalah component 1, 2 dan 3.
Setelah kita mengetahui faktor maksimal yang bisa terbentuk, selanjutnya kita melakukan penentuan
masing-masing variabel yang terkelompokkan ke dalam 3 kelompok faktor.
Tabel Component Matrix Tabel Rotated Component Matrix
Component Component
variabel Variabel
1 2 3 1 2 3
X7 0,948 -0,210 0,048 X4 0,822 0,082 -0,018
X10 0,939 -0,042 -0,109 X7 0,800 0,514 0,201
X8 0,902 -0,026 0,232 X8 0,798 0,309 0,367
X5 0,884 -0,134 0,002 X15 0,795 0,375 0,210
X15 0,871 -0,178 0,159 X3 0,783 0,076 0,430
X14 0,851 -0,321 0,026 X14 0,761 0,496 0,059
X2 0,801 0,249 -0,061 X5 0,698 0,504 0,239
X6 0,796 -0,051 -0,561 X10 0,640 0,612 0,334
X3 0,789 0,072 0,421 X16 0,229 0,932 0,141
X16 0,737 -0,105 -0,623 X6 0,286 0,906 0,221
X4 0,638 -0,350 0,392 X12 0,169 0,157 0,942
X1 0,564 0,780 0,037 X1 0,127 0,159 0,941
X12 0,594 0,765 0,063 X2 0,453 0,452 0,546

1. Pengelompokan faktor pada stakeholder masyarakat adalah :


Faktor 1 = X4, X7, X8, X15 ,X3, X14, X5, X10
Faktor 2 = X16,X6
Faktor 3 = X12,X1, X2
2. Faktor faktor tersebut memiliki nilai >0,5, Hal tersebut menunjukkan bahwa semua variabel memiliki hubungan
positif terkait pada nilai tingkat kepentingan yang mempengaruhi developer.
RESULT FACTOR ANALYSIS
(TINGKAT KEPENTINGAN VARIABEL MENURUT DEVELOPER)

FAKTOR KE 1 FAKTOR KE 2 FAKTOR KE 3


Simbol Variabel Simbol Variabel Simbol Variabel
X4 Forum sosialisasi rencana kegiatan X16 Pemahaman ketentuan insentif X12 Forum diskusi sinkronisasi program
peninjauan kembali (RTRW, RDTR) diinsentif dan sanksi pada kegiatan kerja RTRW dengan program kerja
X7 pemanfaatan ruang seluruh instansi/developer
kontribusi pada penyediaan data
dan informasi pendukung substansi X6 Pemberian masukan evaluasi X1 Pengetahuan tentang dokumen tata
RTRW program kerja RTRW pada tahap ruang
X8 peninjauan kembali (PK)
Forum diskusi hasil penyusunan X2 Pengetahuan tentang fungsi
draft materi teknis RTRW/RDTR dokumen penataan ruang (RTRW,
X15 RDTR)
Pengetahuan substansi dan tata
cara pengajuan IMB
X3 Pengetahuan tentang isi dokumen
penataan ruang (RTRW, RDTR)
X14 Keterlibatan pada pengawasan dan
pengendalian pemanfaatan ruang
X5 Forum diskusi hasil kegiatan Level
peninjauan kembali (RTRW)
LEVEL KONSEPTUAL
X10 Forum diskusi RAPERDA
RTRW/RDTR LEVEL MANAGERIAL
LEVEL OPERATORIAL
ANALISIS FAKTOR
(TINGKAT KEPENTINGAN VARIABEL MENURUT MASYARAKAT)
Analisis faktor: teknik untuk mencari faktor-faktor yang mampu menjelaskan hubungan atau korelasi antara berbagai
indikator independen yang diobservasi.
Simbol Variabel Level
X1 Pengetahuan tentang informasi peraturan pemanfaatan ruang
X2 Pengetahuan tentang dokumen tata ruang
X3 Pengetahuan tentang fungsi dokumen penataan ruang (RTRW, RDTR)
LEVEL KONSEPTUAL
X4 Pemahaman tentang isi dokumen penataan ruang (RTRW, RDTR)
X5 Keikutsertaan kegiatan sosialisasi
X6 Keterlibatan pada pemberian kritik dan saran pada penyusunan dokumen penataan ruang (RTRW, RDTR)
X7 Keikutsertaan kegiatan evaluasi dokumen rencana tata ruang
X8 Pemahaman proses evaluasi program kerja pada RTRW/RDTR LEVEL MANAGERIAL
X9 Keikutsertaan pemberian kritik dan saran pada evaluasi program kerja RTRW
X10 Pengetahuan tentang peraturan mendirikan bangunan
X11 Pengetahuan fungsi IMB (Ijin Mendirikan Bangunan)
X12 Pengetahuan teknis pengajuan IMB
X13 Pengetahuan tentang informasi ketentuan pemanfaatan ruang (terkait melanggar atau tidak melanggar LEVEL OPERATORIAL
penggunaan lahan)
X14 Pengetahuan tentang insentif, disinsentif dan sanksi dalam pemanfaatan ruang
X15 Keterlibatan sebagai objek inspeksi pemerintah (satpol pp)
UJI VALIDITAS UJI RELIABILITAS

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya nilai Cronbanchs Alpha sebesar 0,940 atau 94%, dapat
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dapat dikatakan valid atau disimpulkan bahwa variabel tersebut reliabel sehingga
tidak apabila pertanyaan pada kuesioner mampu jawaban masyarakat konsisten atau stabil dalam menilai
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi
tersebut. Cronbanchs Alpha N of Items
Variabel R Hitung R Tabel Keterangan 0,940 15
X1 0,765
PENYELEKSIAN VARIABEL (Tabel KMO and
X2 0,772
Bartlett test)
X3 0,795
Bartlett's Test of Approx, Chi-Square 8,661E3
X4 0,733 Sphericity df 105
X5 0,689 Sig, 0,000
X6 0,713 Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling
Adequacy, 0,892
X7 0,701
X8 0,687 0,0829 Valid
Nilai Keiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adequancy (KMO-
X9 0,709 MSA) and Barletts test of sphericity sebesar 0,892 (memenuhi
X10 0,668 syarat nilai di atas 0,50) dan analisis faktor dapat dilanjutkan.
Proses reduksi variable dengan melihat nilai Measure of Sampling
X11 0,659
Adequancy (MSA) yang > 0,5. Berdasarkan nilai MSA tidak
X12 0,606 dilakukan reduksi variabel karena nilai semua variabel lebih besar
X13 0,658 dari 0,5.
PROSES FACTORING

Component Initial Eigenvalues Dari tabel di samping pada initial eigenvalues,


Total % of Variance Cumulative % nilai total yang diambil adalah yang lebih besar
1 8.249 54.996 54.996 dari 1, maka nilai total yang diambil adalah
2 2.136 14.238 69.234
3 1.158 7.721 76.955 component 1, 2 dan 3 dengan nilai total berturut-
4 .765 5.102 82.057 turut adalah 8,249, 2,136 dan 1,158.
5 .682 4.550 86.607 Setelah kita mengetahui faktor maksimal yang
6 .586 3.904 90.511
7 .300 2.001 92.513 bisa terbentuk, selanjutnya kita melakukan
8 .216 1.437 93.950 penentuan masing-masing variabel akan masuk
9 .193 1.286 95.236
10 .176 1.176 96.412 ke dalam faktor mana, apakah faktor 1, 2 atau 3.
11 .148 .985 97.398
12 .133 .887 98.285
13 .103 .688 98.973
14 .093 .620 99.592
15 .061 .408 100.000
Tabel Component Matrix Tabel Rotated Component Matrix
Component Component
Variable Variable
1 2 3 1 2 3
X3 .843 -.109 -.388 X10 .894 .124 .237
X2 .825 -.088 -.434 X11 .889 .117 .235
X1 .819 -.016 -.444 X12 .849 .164 .143
X4 .784 -.230 -.318 X13 .798 .214 .224
X6 .756 -.360 .015 X14 .695 .312 .272
X9 .747 -.362 .398 X9 .209 .871 .213
X7 .743 -.404 .357 X7 .163 .868 .251
X5 .736 -.269 -.066 X8 .129 .853 .274
X14 .729 .328 .122 X6 .134 .646 .515
X8 .729 -.429 .323 X15 .292 .564 .204
X10 .710 .599 .079 X2 .297 .267 .847
X11 .703 .600 .075 X1 .350 .218 .836
X13 .701 .475 .123 X3 .299 .317 .826
X12 .653 .561 .166 X4 .184 .393 .762
X15 .610 -.122 .240 X5 .180 .536 .546

1. Pengelompokan faktor pada stakeholder masyarakat adalah :


Faktor 1 terdiri dari X10, X11, X12, X13 dan X14.
Faktor 2 terdiri dari X9, X7, X8, X6 dan X15
Faktor 3 terdiri dari X2, X1, X3, X4 dan X5
2. Faktor faktor tersebut memiliki nilai >0,5, Hal tersebut menunjukkan bahwa semua variabel memiliki hubungan
positif terkait pada nilai tingkat kepentingan yang mempengaruhi masyarakat.
RESULT FACTOR ANALYSIS
(TINGKAT KEPENTINGAN VARIABEL MENURUT MASYARAKAT)

FAKTOR KE 1 FAKTOR KE 2 FAKTOR KE 3


Simbol Variabel Simbol Variabel Simbol Variabel
X10 Pengetahuan tentang X9 Keikutsertaan pemberian kritik dan X2 Pengetahuan tentang dokumen tata
peraturan mendirikan saran pada evaluasi program kerja ruang
bangunan RTRW
X1 Pengetahuan tentang informasi
X11 Pengetahuan fungsi IMB (Ijin X7 Keikutsertaan kegiatan evaluasi peraturan pemanfaatan ruang
Mendirikan Bangunan) dokumen rencana tata ruang
X3 Pengetahuan tentang fungsi
X12 Pengetahuan teknis X8 Pemahaman proses evaluasi program dokumen penataan ruang (RTRW,
pengajuan IMB kerja pada RTRW/RDTR RDTR)

X6 Keterlibatan pada pemberian kritik X4 Pemahaman tentang isi dokumen


X13 Pengetahuan tentang penataan ruang (RTRW, RDTR)
informasi ketentuan dan saran pada penyusunan dokumen
pemanfaatan ruang (terkait penataan ruang (RTRW, RDTR) X5 Keikutsertaan kegiatan sosialisasi
melanggar atau tidak
melanggar penggunaan lahan) X15 Keterlibatan sebagai objek inspeksi
pemerintah (satpol pp)
X14 Pengetahuan tentang insentif,
disinsentif dan sanksi dalam
Level
pemanfaatan ruang
LEVEL KONSEPTUAL
LEVEL MANAGERIAL
LEVEL OPERATORIAL
MODEL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
KOTA MALANG - PEMERINTAH
Faktor-faktor paling penting menurut Pemerintah (Pemahaman Eksisting)

Simbol Variabel
X4 kontribusi pada penyediaan data dan informasi pendukung substansi RTRW/RDTR
X1 Kegiatan sosialisasi dan diskusi kegiatan peninjauan kembali RTRW/RDTR
X6 forum diskusi hasil penyusunan draft materi teknis RTRW/RDTR
PERMASALAHAN
URBAN SPRAWL X9 keikutsertaan pada sosialisasi produk RTRW/RDTR baik melalui forum intern instansi, pemberian
informasi
X12 penyesuaian program kerja RTRW dengan program kerja instansi
X7 pemberian kritik dan saran dari hasil rencana pengembangan dan program kerja RTRW/RDTR
X10 penyesuaian program kerja RTRW dengan program kerja instansi
X2 Keterlibatan pada penyusunan dokumen penataam ruang
X14 keterlibatan pada penyusunan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang
X8 forum diskusi raperda RTRW/RDTR
X13 keterlibatan pada pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang
X5 pemberian usulan program kerja dari instansi untuk substansi RTRW/RDTR
X11 forum diskusi sinkronisasi program kerja RTRW dengan program kerja seluruh instansi
X3 pemberian masukan evaluasi program kerja RTRW pada tahap peninjauan kembali
X15 keterlibatan pada penyusunan ketentuan insentif dan disinsentif dan sanksi pada kegiatan
pemanfaatan ruang
MODEL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
KOTA MALANG - PEMERINTAH
SimbolFaktor-faktor paling penting menurut Pemerintah
Variabel (Pemahaman Eksisting)
X4 kontribusi pada penyediaan data dan informasi pendukung substansi RTRW/RDTR
HASIL SNA
X1 Kegiatan sosialisasi dan diskusi kegiatan peninjauan kembali RTRW/RDTR
X6 forum diskusi hasil penyusunan draft materi teknis RTRW/RDTR Pemerintah: nilai tingkat partisipasi sebesar
X9 keikutsertaan pada sosialisasi produk RTRW/RDTR baik melalui forum intern 1,22 yang masuk dalam klasifikasi rendah,
instansi, pemberian informasi menunjukkan bahwa rata-rata instansi
X12 penyesuaian program kerja RTRW dengan program kerja instansi mengikuti 1 dari 6 kegiatan yang ada pada
X7 pemberian kritik dan saran dari hasil rencana pengembangan dan program kerja level konseptual.
RTRW/RDTR
X10 penyesuaian program kerja RTRW dengan program kerja instansi Pemerintah: nilai tingkat partisipasi sebesar
X2 Keterlibatan pada penyusunan dokumen penataam ruang 1,48 yang masuk dalam klasifikasi rendah,
X14 keterlibatan pada penyusunan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang menunjukkan bahwa rata-rata instansi
X8 forum diskusi raperda RTRW/RDTR
mengikuti 1 dari 5 kegiatan yang ada pada
level managerial.
X13 keterlibatan pada pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang
X5 pemberian usulan program kerja dari instansi untuk substansi RTRW/RDTR
Pemerintah: nilai tingkat partisipasi sebesar
X11 forum diskusi sinkronisasi program kerja RTRW dengan program kerja seluruh 2.89 yang masuk dalam klasifikasi sedang
instansi
menunjukkan bahwa rata-rata instansi
X3 pemberian masukan evaluasi program kerja RTRW pada tahap peninjauan kembali
mengikuti 4 dari 7 kegiatan yang ada pada
X15 keterlibatan pada penyusunan ketentuan insentif dan disinsentif dan sanksi pada level operasional.
kegiatan pemanfaatan ruang
MODEL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
KOTA MALANG - DEVELOPER
Faktor-faktor paling penting menurut
developer (Pemahaman Eksisting) HASIL SNA

Simbol Variabel Developer: nilai tingkat partisipasi sebesar


X4 Forum sosialisasi rencana kegiatan 2,14 yang masuk dalam klasifikasi sedang,
PERMASALAHAN peninjauan kembali (RTRW, RDTR)
menunjukkan bahwa rata-rata pengembang
URBAN SPRAWL X7 kontribusi pada penyediaan data mengikuti 3 dari 6 kegiatan yang ada pada
dan informasi pendukung substansi
RTRW level konseptual.
X8 Forum diskusi hasil penyusunan
draft materi teknis RTRW/RDTR Developer: : nilai tingkat partisipasi sebesar
X15 Pengetahuan substansi dan tata
0.42 yang masuk dalam klasifikasi rendah,
cara pengajuan IMB menunjukkan bahwa rata-rata pengembang
X3 Pengetahuan tentang isi dokumen mengikuti 1 dari 4 kegiatan yang ada pada
penataan ruang (RTRW, RDTR) level managerial.
X14 Keterlibatan pada pengawasan dan
pengendalian pemanfaatan ruang Developer: nilai tingkat partisipasi sebesar
X5 Forum diskusi hasil kegiatan 2.59 yang masuk dalam klasifikasi sedang,
peninjauan kembali (RTRW) menunjukkan bahwa rata-rata developer
X10 Forum diskusi RAPERDA mengikuti 4 dari 6 kegiatan yang ada pada
RTRW/RDTR level operasional.
MODEL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
KOTA MALANG - MASYARAKAT
Faktor-faktor paling penting menurut HASIL SNA
masyarakat (Pemahaman Eksisting)
Simbol Variabel Masyarakat: Nilai tingkat partisipasi 0,47
X10 Pengetahuan tentang memiliki arti bahwa setiap responden pada
peraturan mendirikan tingkatan rendah dengan ikut serta pada 2
PERMASALAHAN bangunan dari 6 kegiatan saja pada level konseptual.
URBAN SPRAWL X11 Pengetahuan fungsi IMB (Ijin
Mendirikan Bangunan)
Masyarakat: Nilai tingkat partisipasi 0,21
X12 Pengetahuan teknis (rendah) memiliki arti bahwa setiap
pengajuan IMB responden hanya mengikuti 1 dari 3 kegiatan
X13 Pengetahuan tentang pada level managerial.
informasi ketentuan
pemanfaatan ruang (terkait Masyarakat: Nilai tingkat partisipasi 2.24
melanggar atau tidak
melanggar penggunaan lahan) (sedang) memiliki arti bahwa setiap
X14 Pengetahuan tentang insentif,
responden mengikuti tahap operasional
disinsentif dan sanksi dalam dengan tingkatan sedang dengan rata-rata ikut
pemanfaatan ruang serta pada 4 dari 6 kegiatan.
KESIMPULAN DAN SARAN

Secara umum, berdasarkan hasil perhitungan WEWENANG PEMERINTAH dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang
sebelumnya, keikutsertaan pemerintah dalam 1. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan
kegiatan pengendalian dan pemanfaatan ruang penataan ruang wilayah kota dan kawasan strategis kota;
paling dominan pada level operasional. 2. Pelaksanaan penataan ruang wilayah kota
Peran instansi/pemerintah pada setiap level harus 3. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kota
diperbaiki mengingat pemerintah memiliki 4. dan kerja sama penataan ruang antar kota.
kewenangan dalam penyelenggaraan dan penataan
ruang yang sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi dari WEWENANG PEMERINTAH dalam Pelaksanaan Penataan Ruang Wilayah
masing-masing instansi 1. perencanaan tata ruang wilayah kota;
Dalam melaksanakan kewenangan pemerintah 2. pemanfaatan ruang wilayah kota; dan
diharapkan mengacu pada pedoman bidang penataan 3. pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.
ruang dan petunjuk pelaksanaannya.
Dalam pelaksanaannya, pemerintah diharuskan
bekerja sama dengan masyarakat dan stakeholder lain
dengan
menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan
rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam
rangka pelaksanaan penataan ruang Kota Malang
1. Badan Perencanaan, Penelitian, dan
Pengembangan TUGAS POKOK PEMERINTAH
Tugas Pokok : Menyusun dan melaksanakan
kebijakan daerah di bidang perencanaan 1. Dinas Perindustrian dan perdagangan
pembangunan daerah. Tugas Pokok : menyelenggarakan pelayanan publik, untuk
2. Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pemenuhan publik atas pengadaan barang dan jasa (good and
Tugas Pokok : menyusun dan melaksanakan services)
kebijakan daerah di bidang Pekerjaan Umum Dan
Penataan Ruang 2. Dinas Perhubungan
Tugas Pokok : penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di
3. Dinas Perumahan dan Permukiman
bidang perhubungan.
Tugas Pokok : penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan urusan pemerintahan daerah di bidang 3. Dinas Lingkungan Hidup
perumahan dan permukiman Tugas Pokok : melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah yang bersifat spesifik bidang lingkungan hidup
1. Berdasarkan hasil analisis, instansi yang paling dan pengelolaan sumber daya alam
banyak ikut serta dalam pengendalian dan 4. Dinas Penanaman Modal & Pelayanan Terpadu Satu Pintu
pemanfaatan ruang adalah BAPPEDA, Dinas PUPR, Tugas Pokok : melaksanakan tugas pokok pendataan potensi
Dinas Perumahan dan Permukiman dan perencanaan kerjasama daerah, pengendalian dan
2. Instansi lain berperan aktif hanya dalam kegiatan pengevaluasian kerjasama, pengumpulan bahan dan
operasional. penyusunan perumusan kebijakan di bidang penanaman modal
Pihak-pihak yang terlibat dalam tahap PK dan penyusunan
dokumen:
Barenlitbang/ Bappeda
Masing-masing instansi diundang pada setiap
Dinas Pekerjaan Umum tahap, dan memberikan masukan untuk
Dinas Lingkungan Hidup keselarasan program kerja tiap instansi dengan
Dinas Pertanian dokumen penataan ruang.
Dinas Perhubungan Sehingga tercipta koordinasi yang selaras
Dinas Kominfo dengan instansi yang lain.
Satpol PP
Badan Pertanahan Nasional

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses sosialisasi dokumen


Insentif/disinsentif/sanksi dibuat oleh masing-
penataan ruang:
masing dinas, terkait lingkungan (DLH),
Barenlitbang
perizinan (DPMPTSP), reklame (DPMPTSP), dll.
LPMK
Perwakilan Tokoh Masyarakat
Barenlitbang membangun mitra, dan
Perwakilan Tokoh Agama
melakukan koordinasi dengan instansi lain.
Kasie Sarpras
Kasie Trantib
PETA KONFLIK PEMANFAATAN RUANG
TAHAP REVIEW TAHAP PERENCANAAN TAHAP OPERASIONAL TAHAP MONITORING
Ketentuan: Ketentuan: Ketentuan:
Ketentuan:
Perlunya partisipasi aktif oleh Perlunya sinkronisasi dari masing- Perlunya penegasan dan
Perlunya partisipasi aktif
masing-masing SKPD & masing SKPD terkait pelaksanaan pengawasan terkait kegiatan
oleh masing-masing SKPD
masyarakat terkait penyusunan program kerja agar tidak terjadi pengendalian pemanfaatan ruang di
dan masyarakat terkait
dokumen RTRW/RDTRK karena tumpang tindih. lapangan.
kegiatan evaluasi dokumen
mencakup keseluruhan aspek Perlunya sosialisasi program kerja Perlunya penerapan ketentuan
RTRW/RDTRK
sarana prasarana kota. pemerintah ke masyarakat. insentif, disinsentif dan sanksi pada
Partisipasi aktif dapat berupa
Partisipasi aktif dapat berupa Perlunya kegiatan pengawasan kegiatan yang melanggar ketentuan
pemberian kritik dan saran
usulan program/ perencanaan dan pengendalian kegiatan tata ruang.
untuk perbaikan substansi
sektoral/ indikasi program dari pemanfaatan ruang dari Perlunya kejelasan instrument dari
RTRW/RDTR.
masing-masing SKPD. pemerintah terhadap masyarakat. insentif, disinsentif dan sanksi.

Fakta di lapangan: Fakta di lapangan: Fakta di lapangan:


Sulitnya sinkronisasi ketersediaan Tidak ada sinkronisasi program Tidak ada tindakan tegas pada
data dan informasi program kerja kerja dari masing-masing SKPD kegiatan pelanggaran
Fakta di lapangan:
dari masing-masing SKPD untuk sehingga terjadi tumpang tindih pemanfaatan ruang.
Kegiatan review
penyusunan RTRW/RDTRK. kegiatan. Tidak ada ketentuan instrument
RTRW/RDTRK hanya
Data-data terkait penyusunan Tidak ada sosialisasi program insentif, disinsentif dan sanksi.
dilaksanakan oleh BAPPEDA,
RTRW/RDTRK umumnya tidak kerja secara menyeluruh kepada
tidak ada keikutsertaan dari
update, merupakan dokumen masyarakat.
pihak SKPD lainnya. Sehingga
lama yang tidak sesuai dengan Tidak ada sosialisasi substansi dari
hasil review tidak tepat
kondisi eksisting. RTRW/RDTRK kepada masyarakat
sasaran dengan kondisi
Kurangnya partisipasi aktif dari secara continue.
eksisting.
masing-masing SKPD pada Tidak ada pemanfaatan media
penyampaian kritik dan saran sebagai sarana pemberian
pada penyusunan RTRW/RDTRK informasi terkait RTRW/RDTRK.

Вам также может понравиться