Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TIM PENGUSUL
DR. IR. AGUS DWI WICAKSONO, LIC.RER.REG NIDN 0012086004
IR. ISMU RINI DWI ARI, MT., PH.D NIDN 0021126807
DIMAS WISNU ADRIANTO, ST., MT., M.ENV.MAN NIDN 0001028103
ARIS SUBAGYO, ST., MT. NIDN 0704048102
PERMASALAHAN
KEUTAMAAN PENELITIAN
Mampu mengidentifikasi Mampu mengidentifikasi peran Mampu mengidentikasi model
permasalahan urban sprawl di stakeholder (pemerintah, developer pengendalian pemanfaatan
Kota Malang dan masyarakat) pada kegiatan ruang di Kota Malang.
perencanaan, pemanfaatan dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
TARGET PENELITIAN
1. Bagaimana mekanisme pengendalian pertumbuhan 1. Bagaimana peta konflik antar stakeholder dalam mekanisme
Kota Malang? pertumbuhan Kota Malang?
2. Bagaimana tipologi sosial struktur stakeholder 2. Bagaimana model pengendalian pertumbuhan Kota Malang
terkait petumbuhan Kota Malang? sebagai upaya pencapaian target ketahanan pangan?
WILAYAH STUDI
No Kelurahan Kecamatan
1 Kelurahan Merjosari Lowokwaru
2 Kelurahan Tunggulwulung Lowokwaru
3 Kelurahan Tasikmadu Lowokwaru
4 Kelurahan Tunjung Sekar Lowokwaru
5 Kelurahan Balearjosari Blimbing
6 Kelurahan Pandanwangi Blimbing
7 Kelurahan Cemoro Kandang Kedungkandang
8 Kelurahan Madyopuro Kedungkandang
9 Kelurahan Lesanpuro Kedungkandang
10 Kelurahan Kedungkandang Kedungkandang
11 Kelurahan Buring Kedungkandang
12 Kelurahan Wonokoyo Kedungkandang
13 Kelurahan Tlogowaru Kedungkandang
14 Kelurahan Arjowinangun Kedungkandang
15 Kelurahan Bumiayu Kedungkandang
16 Kelurahan Gadang Sukun
17 Kelurahan Kebonsari Sukun
18 Kelurahan Bakalankrajan Sukun Pada kawasan sprawl, pada kegiatan
19 Kelurahan Mulyorejo Sukun kawasan konversi lahan dan pada kawasan
20 Kelurahan Bandulan Sukun perbatasan dengan Kabupaten Malang
KARAKTERISTIK KOTA MALANG
MONITORING TUJUAN
FAKTA
Kajian banding antara Kondisi atau keadaan
Kondisi yang ada/kondisi
kondisi yang berkembang yang diharapkan
yang berkembang saat ini
dengan yang diharapkan (Rencana)
TINDAKAN
REKOMENDASI
Tindakan terhadap kondisi
Kesimpulan dari kaji EVALUASI
yang ada melalui
banding untuk Evaluasi atau revisi tujuan
instrumen informasi,
menentukan tindakan atau rencana
motivasi, regulasi &
atau revisi
instalasi
Level konseptual merupakan tahap awal pada penyusunan rencana tata ruang yang meliputi tahapan penyusunan
dokumen tata ruang, seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) atau Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Malang.
TAHAP
TAHAP PERUMUSAN TAHAP PENYUSUNAN
TAHAP PERSIAPAN PENGUMPULAN DATA
KONSEP TATA RUANG RAPERDA
DAN ANALISIS
Identifikasi:
Peran Pemerintah
pada level konseptual
Peran Developer
Peran Masyarakat
SOCIAL NETWORK ANALYSIS LEVEL KONSEPTUAL
Rate of Participation (RoP) & Densitas
Klasifikasi Rate of Participation Klasifikasi Densitas
Level Keterangan Interval Klasifikasi Panjang Kelas No Interval Kelas Klasifikasi
2 rendah 0-2
RoP 1 0 - 0,333 Rendah
sedang 2,1-4
Pengembang 2 0,334 - 0,666 Sedang
tinggi 4,1-6
2 rendah 0-2 3 0,667- 10 Tinggi
Konseptual RoP Masyarakat sedang 2,1-4
tinggi 4,1-6
1 rendah 0-1
RoP Instansi sedang 1,1 - 2
tinggi 2,1 - 3
RESULT
Stakeholder RoP Ket. RoP Densitas Ket. Densitas
Pemerintah 1,22 Rendah 0,19 Rendah
Pengembang 2,14 Sedang 0,62 Sedang
Masyarakat 0,47 Rendah 0,027 Rendah
PENJELASAN HASIL - KONSEPTUAL
RoP
1. Pemerintah: nilai tingkat partisipasi sebesar 1,22 yang masuk dalam klasifikasi rendah. Nilai tingkat partisipasi yang didapatkan
menunjukkan bahwa rata-rata instansi mengikuti 1 dari 6 kegiatan yang ada pada level konseptual.
2. Pengembang: nilai tingkat partisipasi sebesar 2,14 yang masuk dalam klasifikasi sedang, menunjukkan bahwa rata-rata
pengembang mengikuti 3 dari 6 kegiatan yang ada pada level konseptual.
3. Masyarakat: Nilai tingkat partisipasi 0,47 memiliki arti bahwa setiap responden pada tingkatan rendah pada keterlibatan proses
penyusunan dokumen tata ruang dengan ikut serta pada 2 dari 6 kegiatan saja pada level konseptual.
Densitas
1. Pemerintah: nilai densitas sebesar 0,19 yang artinya sebesar 19% responden mengikuti kegiatan yang sama pada saat penyusunan
dokumen penataan ruang. Apabila responden mengikuti kegiatan-kegiatan yang sama dalam penyusunan dokumen diasumsikan
bahwa responden memiliki afiliasi dengan responden lainnya meskipun yang hubungannya sangat kecil. Hal tersebut dikarenakan
tidak semua responden mengikuti proses penyusunan dokumen tata ruang.
2. Pengembang: nilai 0,62 adalah sebesar 62% responden mengikuti kegiatan yang sama pada saat penyusunan dokumen penataan
ruang, lebih dari 50% responden mengikuti kegiatan yang sama. Apabila responden mengikuti kegiatan-kegiatan yang sama dalam
penyusunan dokumen diasumsikan bahwa responden memiliki afiliasi dengan responden lainnya.
3. Masyarakat: nilai densitas sebesar 0,027 yang masuk dalam klasifikasi rendah. Arti nilai 0,027 adalah sebesar 2,7% mengikuti
kegiatan yang sama dalam penyusunan dokumen penataan ruang. Hal tersebut menunjukkan bahwa antar responden memiliki
afiliasi yang sangat kecil dengan responden lainnya atau tidak memiliki hubungan yang erat antar responden. Hal tersebut
dikarenakan tidak semua responden mengikuti proses penyusunan dokumen tata ruang
LEVEL MANAGERIAL
Level managerial merupakan tahap pengawasan dan analisis membandingkan kondisi penataan ruang di lapangan dengan
ketentuan yang terdapat pada dokumen penataan ruang. Hasil dari kaji banding dimanfaatkan untuk tindakan atau revisi.
EVALUASI &
TINDAKAN DI
PELAKSANAAN DI
PENGAWASAN IDENTIFIKASI DAMPAK LAPANGAN DAN
LAPANGAN
DOKUMEN PENATAAN
RUANG
Identifikasi:
Peran Pemerintah
pada level managerial
Peran Developer
Peran Masyarakat
SOCIAL NETWORK ANALYSIS LEVEL MANAGERIAL
Rate of Participation (RoP) & Densitas
Klasifikasi Rate of Participation Klasifikasi RoP (result)
No Stakeholder Interval Klasifikasi No Stakeholder Rate of Participation Klasifikasi
1 Pemerintah 0-1,67 Rendah 1 Pemerintah 1,48 Rendah
1,68-3,34 Sedang 2 Developer 0,42 Rendah
3,35-5 Tinggi 3 Masyarakat 0,21 Rendah
2 Developer 0-1,33 Rendah
1,34-2,66 Sedang
2,67-4 Tinggi
3 Masyarakat 0-1 Rendah
1,1-2 Sedang
2,1-3 Tinggi
Densitas
1. Pemerintah: nilai densitas sebesar 0,013 yang artinya sebesar 1.3% responden mengikuti kegiatan yang sama pada saat
penyusunan dokumen penataan ruang. Apabila responden mengikuti kegiatan-kegiatan yang sama dalam penyusunan dokumen
diasumsikan bahwa responden memiliki afiliasi dengan responden lainnya meskipun yang hubungannya sangat kecil. Hal tersebut
dikarenakan tidak semua responden mengikuti proses penyusunan dokumen tata ruang.
2. Pengembang: nilai 0,016 adalah sebesar 1.6% responden mengikuti kegiatan yang sama pada saat penyusunan dokumen
penataan ruang, lebih dari 50% responden mengikuti kegiatan yang sama. Apabila responden mengikuti kegiatan-kegiatan yang
sama dalam penyusunan dokumen diasumsikan bahwa responden memiliki afiliasi dengan responden lainnya yang sangat kecil.
3. Masyarakat: nilai densitas sebesar 0,013 yang masuk dalam klasifikasi rendah. Arti nilai 0,013 adalah sebesar 1,3% mengikuti
kegiatan yang sama dalam penyusunan dokumen penataan ruang. Hal tersebut menunjukkan bahwa antar responden memiliki
afiliasi yang sangat kecil dengan responden lainnya atau tidak memiliki hubungan yang erat antar responden. Hal tersebut
dikarenakan tidak semua responden mengikuti proses penyusunan dokumen tata ruang.
LEVEL OPERASIONAL
Level managerial merupakan tahap pengawasan dan analisis membandingkan kondisi penataan ruang di lapangan dengan
ketentuan yang terdapat pada dokumen penataan ruang. Hasil dari kaji banding dimanfaatkan untuk tindakan atau revisi.
PENGENDALIAN
SOSIALISASI HASIL PERIZINAN
PELAKSANAAN PEMANFAATAN
RENCANA TATA PEMANFAATAN
PEMBANGUNAN RUANG (INSENTIF,
RUANG RUANG
DISINSENTIF, SANKSI)
Identifikasi:
Peran Pemerintah
pada level operasional
Peran Developer
Peran Masyarakat
SOCIAL NETWORK ANALYSIS LEVEL OPERASIONAL
Rate of Participation (RoP) & Densitas
Klasifikasi Rate of Participation Klasifikasi RoP (result)
No Stakeholder Interval Klasifikasi No Stakeholder Rate of Participation Klasifikasi
1 Pemerintah 0-2.3 Rendah 1 Pemerintah 2,89 Sedang
2.4-4.6 Sedang
2 Developer 2,59 Sedang
4.7-7 Tinggi
2 Developer 0-2 Rendah 3 Masyarakat 2,24 Sedang
2.1-4 Sedang
4.1-6 Tinggi
3 Masyarakat 0-2 Rendah
2,1-4 Sedang
4,1-6 Tinggi
Densitas
1. Pemerintah: nilai densitas sebesar 0,32 yang artinya rendah, sebesar 32% responden mengikuti kegiatan yang sama pada saat
penyusunan dokumen penataan ruang. Apabila responden mengikuti kegiatan-kegiatan yang sama dalam penyusunan dokumen
diasumsikan bahwa responden memiliki afiliasi dengan responden lainnya meskipun yang hubungannya sangat kecil. Hal tersebut
dikarenakan tidak semua responden mengikuti proses penyusunan dokumen tata ruang.
2. Pengembang: nilai 1 adalah sebesar 100% responden mengikuti kegiatan yang sama pada saat penyusunan dokumen penataan
ruang, lebih dari 50% responden mengikuti kegiatan yang sama. Apabila responden mengikuti kegiatan-kegiatan yang sama dalam
penyusunan dokumen diasumsikan bahwa responden memiliki afiliasi dengan responden lainnya yang sangat kecil.
3. Masyarakat: nilai densitas sebesar 0,44 yang masuk dalam klasifikasi sedang. Arti nilai 0,44 adalah sebesar 44% mengikuti kegiatan
yang sama dalam penyusunan dokumen penataan ruang. Hal tersebut menunjukkan bahwa antar responden memiliki afiliasi yang
sangat kecil dengan responden lainnya atau tidak memiliki hubungan yang erat antar responden. Hal tersebut dikarenakan tidak
semua responden mengikuti proses penyusunan dokumen tata ruang.
ANALISIS FAKTOR
(TINGKAT KEPENTINGAN VARIABEL MENURUT PEMERINTAH)
Analisis faktor: teknik untuk mencari faktor-faktor yang mampu menjelaskan hubungan atau korelasi antara berbagai
indikator independen yang diobservasi.
Simbol Variabel Level
X1 Kegiatan sosialisasi dan diskusi kegiatan peninjauan kembali RTRW/RDTR
X2 Keterlibatan pada penyusunan dokumen penataam ruang LEVEL KONSEPTUAL
X3 pemberian masukan evaluasi program kerja RTRW pada tahap peninjauan kembali
X4 kontribusi pada penyediaan data dan informasi pendukung substansi RTRW/RDTR
X5 pemberian usulan program kerja dari instansi untuk substansi RTRW/RDTR
X6 forum diskusi hasil penyusunan draft materi teknis RTRW/RDTR LEVEL MANAGERIAL
X7 pemberian kritik dan saran dari hasil rencana pengembangan dan program kerja RTRW/RDTR
X8 forum diskusi raperda RTRW/RDTR
X9 keikutsertaan pada sosialisasi produk RTRW/RDTR baik melalui forum intern instansi, pemberian informasi
X10 penyesuaian program kerja RTRW dengan program kerja instansi
X11 forum diskusi sinkronisasi program kerja RTRW dengan program kerja seluruh instansi
X12 penyesuaian program kerja RTRW dengan program kerja instansi
LEVEL OPERATORIAL
X13 keterlibatan pada pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang
X14 keterlibatan pada penyusunan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang
X15 keterlibatan pada penyusunan ketentuan insentif dan disinsentif dan sanksi pada kegiatan pemanfaatan
ruang
UJI VALIDITAS UJI RELIABILITAS
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya nilai Cronbanchs Alpha sebesar 0,940 atau 94%, dapat
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dapat dikatakan valid atau disimpulkan bahwa variabel tersebut reliabel sehingga
tidak apabila pertanyaan pada kuesioner mampu jawaban masyarakat konsisten atau stabil dalam menilai
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi
tersebut. Cronbanchs Alpha N of Items
Variabel R Hitung R Tabel Keterangan 0,988 15
X1 0,973
PENYELEKSIAN VARIABEL (Tabel KMO and
X2 0,915
Bartlett test)
X3 0,872
X4 0,975 Approx, Chi-Square 795,923
Bartlett's Test of
X5 0,875 df 105
Sphericity
X6 0,971 Sig, 0,000
X7 0,924 Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy, 0,865
X8 0,913 0,3809 Valid
Nilai Keiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adequancy (KMO-
X9 0,965 MSA) and Barletts test of sphericity sebesar 0,865 (memenuhi
X10 0,914 syarat nilai di atas 0,50) dan analisis faktor dapat dilanjutkan.
Proses reduksi variable dengan melihat nilai Measure of Sampling
X11 0,872
Adequancy (MSA) yang > 0,5. Berdasarkan nilai MSA tidak
X12 0,930 dilakukan reduksi variabel karena nilai semua variabel lebih besar
X13 0,904 dari 0,5.
PROSES FACTORING
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Component Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 12.957 86.381 86.381 12.957 86.381 86.381
2 .767 5.110 91.491
3 .385 2.565 94.057
Nilai initial eigenvalues yang > 1
4 .247 1.646 95.703 hanya pada 1 komponen, maka
5 .219 1.460 97.163 yang terbentuk adalah hanya
1 pengelompokan
6 .141 .938 98.101
7 .102 .678 98.779
8 .075 .499 99.278
9 .037 .249 99.527
10 .021 .138 99.666
11 .017 .115 99.780
12 .015 .097 99.877
13 .009 .057 99.935
Tabel Component Matrix
Component Nilai komponen >0,5 artinya bahwa semua variabel memiliki hubungan positif terkait faktor-faktor
X4 .977 yang mempengaruhi keterlibatan pemerintah pada kegiatan penataan dan pemanfaatan ruang.
X1 .976
Simbol Variabel
X6 .974
X4 kontribusi pada penyediaan data dan informasi pendukung substansi RTRW/RDTR
X9 .969
X1 Kegiatan sosialisasi dan diskusi kegiatan peninjauan kembali RTRW/RDTR
X12 .938
X7 X6 forum diskusi hasil penyusunan draft materi teknis RTRW/RDTR
.934
X10 .926 X9 keikutsertaan pada sosialisasi produk RTRW/RDTR baik melalui forum intern instansi, pemberian
informasi
X2 .926
X12 penyesuaian program kerja RTRW dengan program kerja instansi
X14 .926
X7 pemberian kritik dan saran dari hasil rencana pengembangan dan program kerja RTRW/RDTR
X8 .924
X13 X10 penyesuaian program kerja RTRW dengan program kerja instansi
.917
X5 .890 X2 Keterlibatan pada penyusunan dokumen penataam ruang
X11 .889 X14 keterlibatan pada penyusunan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang
X3 .888 X8 forum diskusi raperda RTRW/RDTR
X15 .875 X13 keterlibatan pada pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang
X5 pemberian usulan program kerja dari instansi untuk substansi RTRW/RDTR
X11 forum diskusi sinkronisasi program kerja RTRW dengan program kerja seluruh instansi
LEVEL KONSEPTUAL
X3 pemberian masukan evaluasi program kerja RTRW pada tahap peninjauan kembali
LEVEL MANAGERIAL
X15 keterlibatan pada penyusunan ketentuan insentif dan disinsentif dan sanksi pada kegiatan
LEVEL OPERATORIAL pemanfaatan ruang
ANALISIS FAKTOR
(TINGKAT KEPENTINGAN VARIABEL MENURUT DEVELOPER)
Analisis faktor: teknik untuk mencari faktor-faktor yang mampu menjelaskan hubungan atau korelasi antara berbagai
indikator independen yang diobservasi.
Simbol Variabel Level
X1 Pengetahuan tentang dokumen tata ruang
X2 Pengetahuan tentang fungsi dokumen penataan ruang (RTRW, RDTR)
X3 Pengetahuan tentang isi dokumen penataan ruang (RTRW, RDTR)
LEVEL KONSEPTUAL
X4 Forum sosialisasi rencana kegiatan peninjauan kembali (RTRW, RDTR)
X5 Forum diskusi hasil kegiatan peninjauan kembali (RTRW)
X6 Pemberian masukan evaluasi program kerja RTRW pada tahap peninjauan kembali (PK)
X7 kontribusi pada penyediaan data dan informasi pendukung substansi RTRW
X8 Forum diskusi hasil penyusunan draft materi teknis RTRW/RDTR LEVEL MANAGERIAL
X9 Pemberian kritik dan saran dari hasil rencana pengembangan dan program kerja RTRW/RDTR
X10 Forum diskusi RAPERDA RTRW/RDTR
X11 Keikutsertaan pada sosialisasi produk
X12 Forum diskusi sinkronisasi program kerja RTRW dengan program kerja seluruh instansi/developer
X13 Sinkronisasi intern program kerja RTRW dengan program kerja developer/pengembang LEVEL OPERATORIAL
X14 Keterlibatan pada pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang
X15 Pengetahuan substansi dan tata cara pengajuan IMB
X16 Pemahaman ketentuan insentif diinsentif dan sanksi pada kegiatan pemanfaatan ruang
UJI VALIDITAS UJI RELIABILITAS
X9 Pemberian kritik dan saran dari hasil rencana pengembangan dan program kerja RTRW/RDTR
X11 Keikutsertaan pada sosialisasi produk
TERHAPUS
X13 Sinkronisasi intern program kerja RTRW dengan program kerja developer/pengembang
X16 Pemahaman ketentuan insentif diinsentif dan sanksi pada kegiatan pemanfaatan ruang
PROSES FACTORING tahap 2
nilai measures of sampling adequacy (MSA) diketahui terdapat 12 variabel memiliki nilai MSA>0,5 dapat dilanjutkan ke
analisis selanjutnya
PROSES FACTORING
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings
Component % of
Total Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
Variance
1 8,377 64,441 64,441 8,377 64,441 64,441 5,058 38,910 38,910
2 1,595 12,268 76,709 1,595 12,268 76,709 3,334 25,645 64,555
3 1,137 8,746 85,455 1,137 8,746 85,455 2,717 20,899 85,455
4 0,683 5,251 90,706
5 0,472 3,630 94,336
6 0,292 2,248 96,584
7 0,150 1,156 97,740
8 0,121 0,933 98,673
9 0,051 0,390 99,063
10 0,048 0,367 99,430
11 0,035 0,268 99,698
12 0,029 0,220 99,918
13 0,011 0,082 100,000
Dari tabel di samping pada initial eigenvalues, nilai total yang diambil adalah yang lebih besar dari 1, maka
nilai total yang diambil adalah component 1, 2 dan 3.
Setelah kita mengetahui faktor maksimal yang bisa terbentuk, selanjutnya kita melakukan penentuan
masing-masing variabel yang terkelompokkan ke dalam 3 kelompok faktor.
Tabel Component Matrix Tabel Rotated Component Matrix
Component Component
variabel Variabel
1 2 3 1 2 3
X7 0,948 -0,210 0,048 X4 0,822 0,082 -0,018
X10 0,939 -0,042 -0,109 X7 0,800 0,514 0,201
X8 0,902 -0,026 0,232 X8 0,798 0,309 0,367
X5 0,884 -0,134 0,002 X15 0,795 0,375 0,210
X15 0,871 -0,178 0,159 X3 0,783 0,076 0,430
X14 0,851 -0,321 0,026 X14 0,761 0,496 0,059
X2 0,801 0,249 -0,061 X5 0,698 0,504 0,239
X6 0,796 -0,051 -0,561 X10 0,640 0,612 0,334
X3 0,789 0,072 0,421 X16 0,229 0,932 0,141
X16 0,737 -0,105 -0,623 X6 0,286 0,906 0,221
X4 0,638 -0,350 0,392 X12 0,169 0,157 0,942
X1 0,564 0,780 0,037 X1 0,127 0,159 0,941
X12 0,594 0,765 0,063 X2 0,453 0,452 0,546
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya nilai Cronbanchs Alpha sebesar 0,940 atau 94%, dapat
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dapat dikatakan valid atau disimpulkan bahwa variabel tersebut reliabel sehingga
tidak apabila pertanyaan pada kuesioner mampu jawaban masyarakat konsisten atau stabil dalam menilai
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi
tersebut. Cronbanchs Alpha N of Items
Variabel R Hitung R Tabel Keterangan 0,940 15
X1 0,765
PENYELEKSIAN VARIABEL (Tabel KMO and
X2 0,772
Bartlett test)
X3 0,795
Bartlett's Test of Approx, Chi-Square 8,661E3
X4 0,733 Sphericity df 105
X5 0,689 Sig, 0,000
X6 0,713 Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling
Adequacy, 0,892
X7 0,701
X8 0,687 0,0829 Valid
Nilai Keiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adequancy (KMO-
X9 0,709 MSA) and Barletts test of sphericity sebesar 0,892 (memenuhi
X10 0,668 syarat nilai di atas 0,50) dan analisis faktor dapat dilanjutkan.
Proses reduksi variable dengan melihat nilai Measure of Sampling
X11 0,659
Adequancy (MSA) yang > 0,5. Berdasarkan nilai MSA tidak
X12 0,606 dilakukan reduksi variabel karena nilai semua variabel lebih besar
X13 0,658 dari 0,5.
PROSES FACTORING
Simbol Variabel
X4 kontribusi pada penyediaan data dan informasi pendukung substansi RTRW/RDTR
X1 Kegiatan sosialisasi dan diskusi kegiatan peninjauan kembali RTRW/RDTR
X6 forum diskusi hasil penyusunan draft materi teknis RTRW/RDTR
PERMASALAHAN
URBAN SPRAWL X9 keikutsertaan pada sosialisasi produk RTRW/RDTR baik melalui forum intern instansi, pemberian
informasi
X12 penyesuaian program kerja RTRW dengan program kerja instansi
X7 pemberian kritik dan saran dari hasil rencana pengembangan dan program kerja RTRW/RDTR
X10 penyesuaian program kerja RTRW dengan program kerja instansi
X2 Keterlibatan pada penyusunan dokumen penataam ruang
X14 keterlibatan pada penyusunan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang
X8 forum diskusi raperda RTRW/RDTR
X13 keterlibatan pada pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang
X5 pemberian usulan program kerja dari instansi untuk substansi RTRW/RDTR
X11 forum diskusi sinkronisasi program kerja RTRW dengan program kerja seluruh instansi
X3 pemberian masukan evaluasi program kerja RTRW pada tahap peninjauan kembali
X15 keterlibatan pada penyusunan ketentuan insentif dan disinsentif dan sanksi pada kegiatan
pemanfaatan ruang
MODEL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
KOTA MALANG - PEMERINTAH
SimbolFaktor-faktor paling penting menurut Pemerintah
Variabel (Pemahaman Eksisting)
X4 kontribusi pada penyediaan data dan informasi pendukung substansi RTRW/RDTR
HASIL SNA
X1 Kegiatan sosialisasi dan diskusi kegiatan peninjauan kembali RTRW/RDTR
X6 forum diskusi hasil penyusunan draft materi teknis RTRW/RDTR Pemerintah: nilai tingkat partisipasi sebesar
X9 keikutsertaan pada sosialisasi produk RTRW/RDTR baik melalui forum intern 1,22 yang masuk dalam klasifikasi rendah,
instansi, pemberian informasi menunjukkan bahwa rata-rata instansi
X12 penyesuaian program kerja RTRW dengan program kerja instansi mengikuti 1 dari 6 kegiatan yang ada pada
X7 pemberian kritik dan saran dari hasil rencana pengembangan dan program kerja level konseptual.
RTRW/RDTR
X10 penyesuaian program kerja RTRW dengan program kerja instansi Pemerintah: nilai tingkat partisipasi sebesar
X2 Keterlibatan pada penyusunan dokumen penataam ruang 1,48 yang masuk dalam klasifikasi rendah,
X14 keterlibatan pada penyusunan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang menunjukkan bahwa rata-rata instansi
X8 forum diskusi raperda RTRW/RDTR
mengikuti 1 dari 5 kegiatan yang ada pada
level managerial.
X13 keterlibatan pada pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang
X5 pemberian usulan program kerja dari instansi untuk substansi RTRW/RDTR
Pemerintah: nilai tingkat partisipasi sebesar
X11 forum diskusi sinkronisasi program kerja RTRW dengan program kerja seluruh 2.89 yang masuk dalam klasifikasi sedang
instansi
menunjukkan bahwa rata-rata instansi
X3 pemberian masukan evaluasi program kerja RTRW pada tahap peninjauan kembali
mengikuti 4 dari 7 kegiatan yang ada pada
X15 keterlibatan pada penyusunan ketentuan insentif dan disinsentif dan sanksi pada level operasional.
kegiatan pemanfaatan ruang
MODEL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
KOTA MALANG - DEVELOPER
Faktor-faktor paling penting menurut
developer (Pemahaman Eksisting) HASIL SNA
Secara umum, berdasarkan hasil perhitungan WEWENANG PEMERINTAH dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang
sebelumnya, keikutsertaan pemerintah dalam 1. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan
kegiatan pengendalian dan pemanfaatan ruang penataan ruang wilayah kota dan kawasan strategis kota;
paling dominan pada level operasional. 2. Pelaksanaan penataan ruang wilayah kota
Peran instansi/pemerintah pada setiap level harus 3. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kota
diperbaiki mengingat pemerintah memiliki 4. dan kerja sama penataan ruang antar kota.
kewenangan dalam penyelenggaraan dan penataan
ruang yang sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi dari WEWENANG PEMERINTAH dalam Pelaksanaan Penataan Ruang Wilayah
masing-masing instansi 1. perencanaan tata ruang wilayah kota;
Dalam melaksanakan kewenangan pemerintah 2. pemanfaatan ruang wilayah kota; dan
diharapkan mengacu pada pedoman bidang penataan 3. pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.
ruang dan petunjuk pelaksanaannya.
Dalam pelaksanaannya, pemerintah diharuskan
bekerja sama dengan masyarakat dan stakeholder lain
dengan
menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan
rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam
rangka pelaksanaan penataan ruang Kota Malang
1. Badan Perencanaan, Penelitian, dan
Pengembangan TUGAS POKOK PEMERINTAH
Tugas Pokok : Menyusun dan melaksanakan
kebijakan daerah di bidang perencanaan 1. Dinas Perindustrian dan perdagangan
pembangunan daerah. Tugas Pokok : menyelenggarakan pelayanan publik, untuk
2. Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pemenuhan publik atas pengadaan barang dan jasa (good and
Tugas Pokok : menyusun dan melaksanakan services)
kebijakan daerah di bidang Pekerjaan Umum Dan
Penataan Ruang 2. Dinas Perhubungan
Tugas Pokok : penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di
3. Dinas Perumahan dan Permukiman
bidang perhubungan.
Tugas Pokok : penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan urusan pemerintahan daerah di bidang 3. Dinas Lingkungan Hidup
perumahan dan permukiman Tugas Pokok : melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah yang bersifat spesifik bidang lingkungan hidup
1. Berdasarkan hasil analisis, instansi yang paling dan pengelolaan sumber daya alam
banyak ikut serta dalam pengendalian dan 4. Dinas Penanaman Modal & Pelayanan Terpadu Satu Pintu
pemanfaatan ruang adalah BAPPEDA, Dinas PUPR, Tugas Pokok : melaksanakan tugas pokok pendataan potensi
Dinas Perumahan dan Permukiman dan perencanaan kerjasama daerah, pengendalian dan
2. Instansi lain berperan aktif hanya dalam kegiatan pengevaluasian kerjasama, pengumpulan bahan dan
operasional. penyusunan perumusan kebijakan di bidang penanaman modal
Pihak-pihak yang terlibat dalam tahap PK dan penyusunan
dokumen:
Barenlitbang/ Bappeda
Masing-masing instansi diundang pada setiap
Dinas Pekerjaan Umum tahap, dan memberikan masukan untuk
Dinas Lingkungan Hidup keselarasan program kerja tiap instansi dengan
Dinas Pertanian dokumen penataan ruang.
Dinas Perhubungan Sehingga tercipta koordinasi yang selaras
Dinas Kominfo dengan instansi yang lain.
Satpol PP
Badan Pertanahan Nasional