Вы находитесь на странице: 1из 8

Sebuah pantun menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan makna

yang ingin disampaikan. Struktur kebahasaan pada sebuah pantun sering juga
disebut dengan struktur fisik. Struktur fisik tersebut mencakup diksi, bahasa kiasan,
imaji, dan bunyi yang terdiri atas rima dan ritme. Jika ingin berpantun, kalian harus
memiliki kemampuan berbahasa yang memadai. Dengan berpantun, kalian dilatih
untuk berpikir secara spontan, yakni berpikir secara cepat serta memiliki
kemampuan untuk menangkap dan menanggapi sesuatu secara cepat pula. Untuk itu,
pada bagian ini, kalian diminta untuk memahami kaidah kebahasaan dalam teks
pantun yang tercakup dalam struktur fisiknya itu. Coba perhatikan dengan saksama
pantun berikut ini.
Jikalau gelap orang
bertenun,
BILA SIANG ORANG
bukalah tingkap
BERKEBUN,
lebar-lebar.
HARI GELAP NAIK KE
Jikalau lenyap
RUMAH.
tukang pantun, KALAU PEDADA TIDAK
BILA HILANG BERDAUN,
sunyi senyap
TUKANG PANTUN, TANDANYA ULAT
bandar yang besar. MEMAKAN AKAR.
HABISLAH LESAP
KALAU TAK ADA
PETUAH AMANAH.
TUKANG PANTUN,
DUDUK MUSYAWARAH
TERASA HAMBAR.
1. Agar tujuan sebuah pantun dapat disampaikan dengan sempurna, seseorang
yang melantunkan pantun harus jeli menempatkan kata-kata tertentu.
Penempatan diksi yang tepat menjadi sangat penting. Dalam KBBI (Kamus
Besar Bahasa Indonesia), diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan
selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.
(A) Pantun yang digunakan untuk berkomunikasi biasanya menggambarkan
masyarakat pada zamannya (zaman pantun tersebut diciptakan), yang tentu saja
terlihat pada diksi yang digunakan. Misalnya pantun yang lahir pada zaman
tradisional, kerap menggunakan diksi yang berkaitan dengan alam dan kehidupan
masyarakat saat itu.
(B) Akan tetapi, diksi yang digunakan berbeda dengan pantun yang lahir pada zaman modern.
Kata yang digunakan seringkali dihubungkan dengan kondisi masyarakat modern dengan
berbagai sarana dan prasarana mutakhir. Cobalah kalian simak beberapa bait pantun berikut
ini. Jalan-jalan ke pasar unik, membeli baju dan handphone baru. Siapa gerangan wanita
cantik, yang tersenyum di hadapanku. Mencari ikan di dalam lubuk, ikan gabus banyak dinanti,
lubuk dalam tanah tertimbun. Setiap hari bermain facebook, bosan rasanya status berganti,
perkenankan hamba lantunkan talibun.
2. Dalam pantun sering ditemukan bahasa kiasan, yaitu bahasa yang digunakan
pelantun untuk menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yang secara
tidak langsung mengungkapkan makna. Bahasa kiasan di sini bisa berupa
peribahasa atau ungkapan tertentu dalam menyampaikan maksud berpantun.
Sebelum mengerjakan tugas pada bagian ini, kalian diminta untuk membaca
buku tentang ungkapan, peribahasa, dan majas (gaya bahasa). Ungkapan
atau bentuk idiom adalah gabungan kata yang menimbulkan makna baru,
yakni makna khusus, sehingga tidak dapat diartikan secara sebenarnya.
Misalnya isapan jempol dimaknai sebagai tidak bermakna, bertekuk lutut
menyerah, buah tangan oleh-oleh, dan sebagainya
3. Struktur pembangun pantun selanjutnya adalah imaji atau citraan yang
dihasilkan dari diksi dan bahasa kiasan dalam pembuatan teks pantun. Jika
kalian melakukan pengimajian, akan menghasilkan gambaran yang diciptakan
secara tidak langsung oleh pelantun pantun. Oleh sebab itu, apa yang
digambarkan seolah-olah dapat dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif),
atau dirasa (imaji taktil).
Perhatikan contoh pantun dibawah ini :

Jikalau gelap orang bertenun,


lah tingkap lebar-lebar.
Jikalau lenyap tukang pantun,
sunyi senyap bandar yang besar.
Imaji yang dilukiskan pada pantun tersebut adalah imaji visual (melihat) dan imaji
taktil (merasakan). Imaji visual dapat dilihat pada baris pertama /Jikalau gelap
orang bertenun//bukalah tingkap lebar-lebar/, seolah-olah pendengar melihat
ada orang yang sedang bertenun dalam kegelapan, lalu meminta pendengar
membuka jendela lebar-lebar. Sementara itu, imaji taktil tergambar pada
bagian isi /Jikalau lenyap tukang pantun//sunyi senyap bandar yang besar/.
Hal ini membuat pendengar seolah-olah merasakan sunyinya kota pelabuhan
yang besar karena sudah tidak ada lagi orang yang berpantun.

Вам также может понравиться