Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
Agus Hariyanti
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
2014
Orientasi budidaya tanaman adalah produksi
maksimum & mempertahankan sistem produksi yang
berkelanjutan.
Prinsip produksi tanaman adalah meningkatkan
kemampuan yang tinggi dari tanaman untuk
menghasilkan fotosintat dan mengalokasikan
sebagian besar fotosintat ke organ bernilai ekonomi.
Hal ini dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan,
proses fisiologi, teknik budidaya.
Sistem Produksi Tanaman sebenarnya adalah
Subsistem dari Sistem Agribisnis yang menyangkut
pengorganisasian dalam produksi tanaman.
Agribisnis adalah keseluruhan rangkaian pertanian
komersial yang mencakup pengadaan dan
pendistribusian sumberdaya, sarana produksi dan
jasa, kegiatan produksi pertanian, penanganan,
penyimpanan dan transformasi hasil, pemasaran
hasil dan hasil olahan.
TANTANGAN
Meningkatan produk pertanian tanpa merusak sumber daya
lahan dan lingkungan.
Meningkatkan produk pertanian yg mensejahterakan petani.
Menghasilkan produk pertanian yg aman, bermutu, dan
bernilai bagi kunsumen (kualitas).
Meningkatkan produk pertanian per satuan luas (kuantitas).
Menghasilkan produk pertanian dengan harga wajar.
Menghasilkan produk pertanian yang berdaya saing global.
Menjamin ketersediaan produk pertanian secara kontinyu.
PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS
28/11/2017 6
PENGERTIAN LAHAN BASAH
Lahan basah diambil dari istilah Inggris wetland, yang
menurut Kamus Merriam-Webster (2012) berarti lahan
atau areal seperti rawa atau paya yang kadang-kadang
tergenang oleh air yang dangkal atau yang mempunyai
tanah yang dipenuhi air.
Menurut Ramsar (2012) lahan basah dalam pasal 1.1
dari Konvensi Ramsar menetapkan bahwa lahan basah
adalah daerah paya, rawa, lahan gambut atau perairan,
baik alami maupun buatan, permanen atau sementara,
dengan air yang diam atau mengalir, segar, payau atau
asin, termasuk daerah perairan laut dengan kedalaman
pada saat surut tidak melebihi enam meter.
MANFAAT LAHAN BASAH
Sumber pembangkit energi listrik,
Tempat bercocok tanam,
Tempat memelihara ikan dan ternak,
Mencegah banjir
Mencegah abrasi pantai
Mencegah intrusi air laut
Menghasilkan material alam yang bernilai ekonomis
Sebagai sarana transportasi
Tempat pendidikan dan penelitian
ISU PENGEMBANGAN LAHAN GAMBUT
Perubahan iklim
Emisi gas rumah kaca
Subsidence
Kedalaman drainase
Kesalahan Pengelolaan Lahan Gambut saat ini
menyebabkan Indonesia sebagai salah satu
negara yang menyumbangkan jumlah emisi
Karbon dari pembakaran lahan dan perubahan
peruntukan lahan terbesar di dunia
PENGERTIAN GAMBUT
Gambut diartikan sebagai material atau BO yang tertimbun
secara alami dalam keadaan basah berlebihan, bersifat tidak
mampat, dan tidak atau sedikit sekali mengalami perombakan.
Tanah gambut merupakan tanah hidromorfik yang bahan
asalnya sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan
organik sisa-sisa tumbuhan, dalam keadaan yang selalu
tergenang dan dekomposisinya berlangsung tidak sempurna
sehingga terjadi akumulasi bahan organik membentuk tanah
gambut yang ketebalannya bervariasi .
Dalam kunci taksonomi tanah dikelaskan dalam ordo Histosol.
Pembentukan gambut dimulai dengan adanya cekungan lahan
berdrainase jelek dengan genangan air, sehingga memungkinkan
terjadinya penumpukan bahan organik yang sukar melapuk
Pengisian bertahap
Lapisan tanaman
Tanah mineral
a. Penempatan dan pengisian danau dangkal oleh tanaman air dan vegetasi lahan basah
Gambut
Tanah mineral
Gambar Pembentukan timbunan tumbuhan air dan vegetasi lahan basah (a) dan
pembentukan gambut topogen dari aneka ragam sisa tanaman (b)
Sumber : Noor, 2001
Luas gambut dunia 400 juta ha
Luas gambut Indonesia 17,2 juta ha terluas
keempat setelah Kanada (170 juta ha), Uni Soviet
(150 juta ha) & Amerika (40 juta ha)
Lahan gambut juga berperan penting sebagai
pengendali iklim global (Carbon Stock).
Di Indonesia menyimpan sekitar 46 Gt karbon
(8-14 % dari karbon gambut dunia)
Kerusakan pada lahan gambut menyebabkan
hilangnya karbon ke udara (PENYEBAB
PEMANASAN GLOBAL).
PERANAN EKOSISTEM GAMBUT
Fibrik
gambut yg tergolong mentah, dicirikan adanya jaringan yg msh dpt
dikenali, mempunyai tingkat dekomposisi yg sgt rendah sehingga
2/3 volumenya terisi serat, kandungan serat tinggi, yaitu mencapai
66%, bobot isi <0,07/cm3, kadar air tinggi & berwarna coklat.
Hemik
gambut separuh matang, dgn tingkat dekomposisi sedang sehingga
1/3-2/3 volume terisi serat, kandungan serat antara 33-66%, bobot
isi antara 0,07-0,18/cm3, kadar air tinggi dan berwarna lebih kelam.
Saprik
gambut dgn perombakan lanjut dan lebih matang, dgn tingkat
dekomposisinya paling tinggi sehingga <1/3 volume berisi serat,
kandungan serat <33%, bobot isi >0,18 g/cm3, kadar air tidak terlalu
tinggi dan berwarna hitam dan coklat kelam.
BERDASARKAN TINGKAT KESUBURAN GAMBUT
Polak (1949)
Gambut endapan,
yaitu gambut yang terdiri atas campuran air, herba,
plankton dan sejenisnya.
Gambut berserat,
yaitu gambut yang terdiri dari campuran rumput dan
lumut.
Gambut kayuan,
yaitu gambut yang terdiri dari jenis pohon dan
tumbuhan semak di bawahnya.
Gambut di Indonesia umumnya merupakan
gambut ombrogen, terutama gambut
pedalaman yang terdiri atas gambut tebal dan
miskin akan unsur hara, digolongkan ke dalam
tingkat oligotrofik.
Crown fire
Brands
Peat fire
Surface fire Spotting
Peatland
Monokultur
Tumpangsari
Tumpang gilir
Sistem lorong
Sistem terpadu
PENGGUNAAN TRICHODERMA
Trichoderma merupakan cendawan yang ditemukan dalam hampir
semua lahan-lahan pertanian.
Kemampuannya untuk tumbuh ke arah hifa cendawan lain secara
melingkar & menghancurkannya melalui sekresi enzim degradasi
untuk menekan cendawan patogenik.
Merupakan mikroba biodekomposer unggul yg dpt digunakan dlm
dekomposisi BO.
Mikroba tersebut mampu mempercepat proses pengomposan
menjadi sekitar 2-3 minggu.
Ketika kompos tersebut diberikan ke tanah, mikroba akan berperan
untuk mengendalikan organisme patogen penyebab penyakit
tanaman.
Menghasilkan enzim kitinase dan - 1.3-glukanase, dgn proses
antagonis parasitisme
KELEBIHANNYA DALAM MENGENDALIKAN PENYAKIT
TANAMAN
Pembakaran Terkendali
PENCAMPURAN LUMPUR LAUT DENGAN AIR
PEMBERIAN BAHAN AMELIORAN
Upaya peningkatan produktivitas lahan
gambut melalui teknologi pencampuran
tanah mineral
Tanah mineral dapat menekan aktivitas asam-
asam fenolat tergantung kandungan asam-asam
fenolat dominan pd gambut.
Untuk gambut dari Kalimantan Tengah yang
mengandung asam ferulat lebih tinggi, maka
tanah mineral yang lebih sesuai yg mengandung
besi tinggi.
Gambut Sumatera Selatan yg mengandung asam
phidroksibenzoat yg lebih tinggi, maka pemberian
tanah mineral perlu dikombinasikan dgn
pemberian terusi (sumber Cu).
Petani di Belanda mencampurkan tanah
mineral yg ada di bawah gambut dgn gambut
yg ada diatasnya, tanah mineral diaduk merata
dengan gambut hingga kedalaman 40 cm.
Petani di Rusia mencampurkan tanah mineral
dgn gambut dgn cara menyebarkan tanah
mineral di atas tanah gambut sebanyak 300-
400 m3/ha atau setebal 3-4 cm, kemudian
dibajak agar tanah mineral tercampur rata dgn
tanah gambut.
Soepardi dan Surowinoto (1986) pemberian tanah
mineral sebanyak 60 t/ha mampu meningkatkan
hasil tanaman, hanya saja upaya tsbt harus dibarengi
dgn upaya pemupukan.