higher risk higher return! Return adalah imbalan bagi investor/pemegang saham/pemilik perusahaan yang telah menginvestasikan dananya/modalnya pada perusahaan. Risiko adalah kemungkinan bahwa return yang diharapkan investor berbeda dengan return yang benar2 terrealisir. Risiko keuangan adalah risiko yang muncul akibat perusahaan menggunakan hutang. Penggunaan hutang menyebabkan adanya beban tetap berupa bunga yang harus dibayar perusahaan kepada kreditur. Kemampuan perusahaan untuk membayar bunga tergantung dari kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba operasi (EBIT). Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan EBIT tentu saja bervariasi sehingga muncullah risiko keuangan. Penggunaan hutang akan memberikan manfaat bagi perusahaan jika dana atau modal yang berasal dari hitung itu dapat dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dan return bagi investor. Risiko keuangan dapat terjadi dalam berbagai bentuk seperti: Tidak memiliki kas yang cukup untuk memenuhi komitmen perusahaan Melakukan pernjanjian finansial yang berpotensi merugikan perusahaan perubahan kondisi pasar yang berimbas pada perubahan suku bunga, kurs, inflasi, dll. yang dapat merugikan perusahaan. Beberapa cara mengurangi risiko keuangan: a. Healthy margin principle Margin = selisih pendapatan dan biaya. Perusahaan harus mengkombinasikan antara harga, volume, dan biaya untuk memperoleh margin yang cukup memadai. b. Menyiapkan dana cadangan Dana cadangan dapat digunakan jika terjadi gejolak ekonomi yang dapat menggangu aktivitas operasional perusahaan c. Mempunyai aset yang dapat dijual kembali Dalam kondisi tertentu perusahaan dapat menjual asset perusahaan untuk mengatasi masalah keuangan. d. Menghindari financial adventures yang besifat sepekulatif. Mengambil keputsan2 keuangan yang bersifat spekulatif dapat merugikan perusahaan, seperti spekulasi valas, deivatif, dll. e. Bullet proofing the business Upaya menghindari ketergantungan perusahaan pada apek2 tertentu seperti ketergantungan padaa supplier tertentu, planggan tertentu, siklus pasar, dll. f. Melakukan audit keuangan Audit atau pemeriksaan keuangan sangat diperlukan untuk menghindari kesalahan pencatatan keuangan atau bahkan manipulasi dan fraud. g. Mempertahankan biaya rendah Laba tinggi akan diperoleh bila biaya yang digunakan rendah. Efisiensi biaya harus menjadi budaya perusahaan pada setiap kegiatan dan level perusahaan. Biaya rendah akan mengakibatkan break-even menjadi lebih cepat sehingga lebih cepat menghasilkan profit. Biaya produksi dan biaya operasional merupakan dua komponen biaya yang paling penting. Efisiensi biaya terutama harus difokuskan pada upaya menekan biaya operasional yang bersifat variabel dan meningkatkan produktivitas. Efisiensi biaya operasional dapat dilakukan melalui beberapa metode berikut: a. Outsourcing Outsourcing dapat dilakukan jika: supplier dapat menghasilkan barang atau bahan baku yang lebih murah karena merupakan spesialisasinya. Dapat mengurangi biaya modal seperti kontrak jasa dalam menangani komputer, katering, jasa transportasi, dll. b. Offshoring Offshoring perlu memperhatikan: implikasi dari globalisasi dan internet Pemindahan lokasi bisnis ke negara lain yang low cost Tidak bertemu langsung dengan pelanggan, pekerjaan rutin dapat dilakukan melalui internet, dokumen dapat di-scan dan dikirim, dll. c. Unifixing fixed assets Beberapa cara mengurangi biaya tetap: gedung: sewa home working: beberapa pekerjaan dapat dilakukan di rumah sehingga mengurangi biaya sewa kantor. Peralatan yang dapat didepreasiasi: sewa stok bahan baku: menciptakan sistem yang dapat mengurangi biaya penyimpanan. sales support costs: salesman menjadi self- employment Transportasi dan pengiriman: sewa biaya promosi: jasa konsultan komputer dan peralatan lain: sewa Penyebab munculnya risiko keuangan: 1. Penetapan harga yang tidak menguntungkan: Underprice sering terjadi karena kurangnya informasi mengenai kondisi pasar dan keadaan eksternal seperti pasar yang kompetitif atau resesi ekonomi. Underprice dapat diatasi dengan mengurangi biaya operasi dan overhead. 2. Bad debt Bad debt adalah beban perusahaan yang harus ditanggung perusahaan karena tagihan tidak dilunasi akibat penjualan secara kredit atau pinjaman yang diberikan oleh perusahaan. Beberapa cara mengatasinya: Debt prevention Menagih piutang dapat menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Karena itu pemberian piutang harus disertai dengan termin pembayaran yang jelas, pemberian denda jika terjadi keterlambatan pembayaran, dan menghindari debitur nakal. Collecting debt Penagihan piutang harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kemungkinan hilangnya pelanggan atau mitra bisnis. Asuransi kredit dapat dimanfaatkan. 3. Hutang berlebihan Pinjaman atau hutang berlebihan dapat terjadi karena: a. kecerobohan manajemen dalam: melakukan investasi berlebihan pada suatu proyek investasi baru. melakukan diversifikasi yang kurang baik: pengembangan produk baru, pasar baru, dll. yang tidak tepat. Melakukan investasi yang tidak tepat waktu: terlalu cepat/terlambat b. Kepasifan manajemen Kegagalan merespon gagalnya penjualan Kegagalan mencegah terjadinya penjualan yang terlalu rendah pada tahap awal. Menetapakan harga jual produk yang terlalu tinggi atau tidak dapat menekan biaya operasi. c. Kenaikan suku bunga Kenaikan suku bunga dapat mengakibatkan beban hutang menjadi lebih mahal Jika piutang tak tertagih maka: pendapatan dialokasikan untuk menutupi kerugian tersebut, bukan untuk diinvestasikan lagi pada perusahaan. hilangnya kepercayaan dari bank atau pemegang saham. pada tingkatan ekstrim, perusahaan akan kesulitan untuk memperoleh pinjaman dari kreditur. Jika risiko keuangan tidak dapat dihindari maka perusahaan dapat menjual atau menutup divisi yang mengalami kerugian kepada pihak lain seperti kompetitor. Investasi luar negri dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan: Pertumbuhan ekonomi negara tujuan investasi, ketersediaan tenaga kerja, akses ke WTO kenaikan pendapatan disposable, prospek pertumbuhan ekonomi negara tujuan investasi Namun investasi luar negri juga mengandung risiko: Perubahan kurs Perubahan harga komoditi Risiko litigasi adalah risiko yang dihadapi perusahaan karena mendapat gugatan hukum. Gugatan hukum bisa berasal dari: 1. Karyawan Gugatan dari karyawan bisa terjadi karena kesalahan pemecatan, kecelakaan kerja, dll. 2. Konsumen Gugatan dari konsumen bisa muncul karena kegagalan produk, kandungan berbahaya dalam produk, dll. 3. Pelanggaran Pelanggaran kontrak, cedera janji, dll. dengan pihak lain. 4. Pemasok Kegagalan pembayaran, perubahan kontrak secara sepihak, dll. 5. Pemerintah Pelanggaran hukum dan peraturan 6. Masyarakat Kegagalan memenuhi tanggung jawab sosial seperti pencemaran lingkungan, dll. 1. Kontrak Kontrak harus dibuat secara jelas dan rinci untuk menghindari perselisihan 2. Sumber daya manusia Perlakuan yang wajar terhadak karyawan 3. Penjualan Produk yang dijual harus harus aman agar tidak menghadapi klaim dari pelanggan. 4. Dokumentasi Semua informasi dan peraturan harus terdokumentasi dengan baik 5. Pelatihan karyawan agar setiap karyawan memahami risiko dan cara memitigasinya. 6. Bertindak sesuai etika 1. Mencegah agar gugatan tidak sampai ke pengadilan. 2. Mengadakan kesepakatan damai dengan penggugat. 3. Tidak mengedepankan ego. 4. Harus dapat memutuskan apakah gugatan berpengaruh signifikan terhadap perusahaan. 5. Menyewa penasihat hukum 6. Menimbang kekuasaan pihak penggugat. 7. Mengajukan permohonan maaf. 8. Menggunakan jasa arbitrase. 9. Belajar dari pengalaman. KASUS: HALAMAN 186