Вы находитесь на странице: 1из 29

Pemahaman Membaca dan Cara

Berfikir ILMIAH

Disusun Oleh : Kelompok 8


Konsep Membaca
Membaca merupakan satu dari empat keterampilan
berbahasa.
Membaca adalah suatu proses
berfikir,menilai,memutuskan,mengimajinasikan,membe
ri alasan, dan memecahkan masalah (Zinte , 1975). Hal
ini senada dengan pendapat yg dikemukakan Oka
(1983) membaca adalah proses pengolahan bacaan
secara kritis dan kreatif yang dilakukan dengan tujuan
memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh
tentang bacaan itu,penilaian terhadap keadaan,
nilai,fungsi, dan dampak bacaan itu
Proses membaca dipandang sebagai usaha
menyerap informasi dari bacaan kedalam
ingatan.
Konsep membaca ini bersamaan dengan
pendapat Siahaan (1985) yang
mendefenisikan pemahamaan bacaan secara
luas adalah : proses mengolah bacaan secara
kritis dan kreatif yang dilakukan dengan
tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat
menyeluruh tentang bacaan itu, penilaian
terhadap keadaan dan dampak bacaan itu.
Marksheffel (1966) mengatakan
bahwa membaca adalah suatu
kegiatan memahami kata-kata atau
paparan tertulis. Hal ini berdasarkan
pada kenyataan bahwa banyak orang
membaca itu menyuarakan kata-kata
yang terdapat pada bacaan.
Berdasarkan beberapa pengertian
yang dikemukakan oleh para ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa
Tujuan Membaca
Setelah memahami pengertian membaca tersebut, kita perlu
memahami tujuan dan maksud seseorang dalam membaca
sebuah teks. Pernyataan ini tentu saja didasarkan pada
pemahan bahwa seseorang dalam melakukan aktivitas atau
kegiatan tertentu pasti memiliki tujuan, termasuk kegiatan
membaca. Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena
seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung
lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak
mempunyai tujuan . Tujuan utama dalam membaca adalah
untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi,
memahami makna bacaan
Berikut ini beberapa tujuan membaca yang
dikemukakan oleh Anderson (1972) antara lain :
1. Membaca untuk menemukan atau
mengetahui penemuan-penemuan yang
telah dilakukan oleh sang tokoh. Membaca
seperti ini disebut membaca untuk
memperoleh perincian atau fakta-fakta.
(reading for details or facts).
2. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu
merupakan topik yang baik dan menarik,
masalah yang terdapat dalam cerita, apa
yang dipelajari atau dialami sang tokoh, dan
3. Membaca untuk menemukan atau mengetahui
apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa
yang terjadi pertama, kedua dan ketiga untuk
mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita
(reading for sequence or organization).
4. Membaca untuk menemukan serta mengetahui
mengapa para tokoh merasakan seperti cara
mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh
sang pengarang kepada para pembaca, dan
kualitas-kualitas para tokoh yang membuat
mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca
untuk menyimpulkan, membaca inferensi (
reading for inference)
5. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa yang
tidak biasa, tiadak wajar mengenai seorang tokoh, apa
yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau
tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokan,
membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify)
6. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil
atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita
ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh, atau
bekerja seperti sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini
disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (
reading to evaluate)
7. Membaca untuk menemukan bagaimana
caranya sang tokoh berubah, bagaimana
hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita
kenal, bagaimana dua cerita mempunyai
persamaan dan bagaimana sang tokoh
menyerupai pembaca. Ini disebut membaca
untuk membandingkan atau mempertahankan
(reading to compare or contrast).
Pengembangan Tujuan Membaca
Tujuan membaca setiap individu dalam kelompok
ditentukan oleh pengalaman, kecerdasan, pengetahuan
bahasa, minat, serta kebutuhan pelajar. Disamping itu,
tujuan tersebut dipengaruhi oleh pengajar dan pelajar
dan materi bacaan serta penyajiannya (topik, gambar,
permasalahan, aspek kebahasaan). Sebaliknya tujuan
kelompok dipengaruhi oleh pengetahuan, kemampuan
berbahasa, minat, kebutuhan, serta tujuan setiap
anggota kelompok, konsensus dalam kelompok,
pengajar dan bahan bacaan.
a. Penyesuaian antara kecepatan membaca dengan
tujuan yang ingin dicapai dan taraf kesulitan bahan.
Penyesuaian ini menghasilkan berbagai jenis
membaca yaitu membaca survei, membaca selintas,
dan pemahaman bacaan
b. Pengamatan bacaan. Pengamatan ini mencakup
kegiatan memerhatiakn kesanggupan untuk
kecepatan membaca dengan tujuan dan kesulitan
bacaan, mengenali kebutuhan akan pemahaman
melalui penjelasan tujuan, konsep, serta keperluan
untuk membaca ulang. Kegiatan lain yang tekstual,
fenomit, struktural, serta daftar kata untuk
memahami kata-kata.
c. Pengembangan pemahaman.
d. Kegiatan latihan ketrampilan dasar yang
mencakup diskusi, membaca lebih lanjut, dan
menulis.
Persiapan Membaca
A. Niat Sampai Selesai

Kita perlu niat untuk membaca selesai. Apa lagi


belajar membaca buku tebal sebanyak 500
lembar. Niat yang begitu kuat harus tertanam di
dalam hati. Bila tidak mempunyai niat untuk bisa
menyelesaikan buku, bisa jadi kita akan berhenti
di tengah jalan.

Pengertian niat menyelesaikan bukan berarti kita


membaca sedikit demi sedikit sampai menjadi
B. Kekuatan Pikiran

Kita butuh kekuatan pikiran sebagai persiapan membaca. Bayangkan


kita menghadapi kata-kata yang sangat banyak; kita menghadapi
jumlah lembaran buku sampai terlihat tebal; kita juga menghadapi
perkataan penulis yang cukup menyulitkan. Bisa jadi, pembelajar yang
tidak sanggup menyelesaikan buku dikarenakan pikiran sudah tidak
kuat alias pusing, jenuh.Cara sederhana adalah sering olah raga yang
khusus mengolah nafas. misalnya joging, senam, meditasi.Mata juga
berhubungan dengan otak. Sehingga mata harus dilatih agar tidak
mengganggu pikiran. Kita harus melatih pandangan mata. Cara melatih
pandangan mata adalah melihat ke semua pandangan tanpa gerak
badan dan mata ( jangan memandang pada satu titik benda). Berguna
untuk kekuatan mata dalam melihat kata-kata dalam buku dan
mengcegah mata min.
C. Ketabahan

Seringkali otak kita tidak mampu menyimpan banyak


informasi yang ada dalam buku. Menurut Agus
Setiawan (2010) setelah membaca, kita hanya mampu
mengerti sekitar 50% dari seluruh informasi dalam buku
dan disimpan dalam hipokampus (tempat penyimpanan
memori sementara). Setelah 48 jam, kita hanya mampu
menyimpan 10%di alam bawah sadar informasi
yang kita baca dalam buku.Kasus seperti itu adalah yang
banyak dialami manusia. Lalu, apakah kita akan
menyerah dalam membaca buku? Kebanyakan memang
menyerah dalam membaca buku.
Apakah pantas menyerah? Ya terserah
masing-masing individu. Yang jelas, kita
jangan menyerah dalam membaca buku
karena ilmu pengetahuan terdapat dalam
buku.Maka dari itu, kita perlu ketabahan hati
dalam membaca buku. Tidak ada ketabahan
hati, bisa jadi termasuk dalam golongan
penyerah. Walau sekedar membaca buku,
tetapi ketabahan dalam hati perlu kita
tanamkan. Bila ketabahan selalu mengiringi
para pembelajar, maka apapun hasil dari
membaca, kita tetap tabah tidak menyerah.
Jangan sampai kita menjauh dari kegiatan
Teknik Membaca
Efisiensi membaca akan lebih baik jika informasi
yang dibutuhkan sudah ditentukan terlebih dahulu.
Konsentrasi perhatian dan pikiran dapat diarahkan
pada informasi itu. informasi yang dibutuhkan
disebut informasi fokus. Pada umumnya, untuk
menemukan informasi fokus dengan efisien ada
beberapa teknik membaca yang digunakan, yaitu
baca-pilih (selecting), baca-lompat (skipping),
baca-layap (skimming). Dan baca-tatap (scanning)
Baca-pilih (selecting) dilakukan dengan cara
memilih bahan/bagian bacaan yang dianggap
relevan (sesuai) dengan kebutuhan
pembacanya.
Baca-lompat (skipping) dipakai untuk
menemukan bagian bacaan relevan dengan
kebutuhan pembacanya, dilakukan dengan cara
melompati bagian-bagian yang tidak diperlukan.
Baca-layap (skimming) adalah membaca dengan cepat
untuk mengetahui isi umum atau bagian suatu bacaan
(Rahim, 2007). Soedarso (2006) mendefinisikan teknik
membaca ini sebagai tindakan untuk mengambil intisari
atau saripati, bagian yang mengandung banyak gizi.
Lebih lanjut, ia juga menyebutkan bahwa skimming
bacaan adalah mencari hal-hal penting dari sebuah
bacaan, yaittu ide pokok dan detail yang penting yang
dalam hal ini tidak selalu di permukaan (awal), tetapi
terkadang di tengah atau di dasar (bagian akhir). Jenis
teknik membaca ini termasuk jenis teknik membaca yang
sangat cepat. Ketika seseorang membaca memindai, dia
akan melampaui banyak kata.
Membaca layap memiliki beberapa tujuan, yaitu:
untuk mengenali topik bacaan;
untuk mengetahui pendapat orang (opini);
untuk mendapatkan bagian penting yang diperlukan
tanpa membaca seluruhnya;
untuk mengetahui organisasi penulisan, urutan ide
pokok, dan cara semua itu disusun dengan kesatuan
pikiran dan mencari hubungan antarbagian bacaan
itu.
untuk penyegaran apa yang pernah dibaca (review).
Baca-tatap (scanning) disebut juga membaca tatap
(scanning). Jenis membaca ini adalah jenis membaca yang
sangat cepat. Ketika seseorang membaca tatap, ia akan
melampaui banyak kata. Soedarso (2006) menyebutkan
bahwa scanning adalah sebuah teknik membaca untuk
mendapatkan suatu informasi tanpa membaca yang lain-lain.
jadi, langsung ke masalah yang dicari, yaitu fakta khusus
dan informasi tertentu. Scanning digunakan antara lain untuk
membaca daftar isi buku atau majalah, indeks dalam buku
teks, jadwal, advertensi dalam surat kabar, buku petunjuk
telepon, dan kamus. Sebaliknya, cerita memindai tidak
digunakan untuk membaca cerita misteri, buku teks untuk
suatu buku kursus yang penting, surat-surat penting dari ahli
hukum, denah (peta) untuk menemukan jalan pulang,
pertanyaan tes, dan puisi (Mikuley & Jeffries, dalam Rahim,
2007).
Selain teknik membaca di atas ada juga teknik membaca
buttom up dan top down.
Teknik membaca buttom up merupakan suatu teknik
mengolah informasi yang terdapat dalam teks dengan
memahami kalimat per kalimat. Jelasnya, seorang
pembaca dapat memahami informasi yang terdapat
dalam teks dengan jalan memahami kalimat per
kalimat. Sebagai contoh, seorang mahasiswa jurusan
bahasa yang tak mempunyai pengetahuan kimia akan
sulit memahami informasi dalam teks tersebut. Ia
memang dapat memahami teks tersebut bila ia
menelusuri makna kalimat per kalimat. Teknik
membaca yang demikian disebut dengan bottom up.
Teknik membaca top down merupakan suatu teknik
membaca dengan cara menggunakan pengetahuan yang
telah dimiliki untuk mengolah informasi yang ada dalam
teks. Di sini pembaca tak lagi membaca kalimat per kalimat.
Dengan pengetahuan yang telah dimilikinya itu, ia dapat
meluncur terus tanpa memperhatikan secara cermat
kalimat-kalimat dalam teks. Karena pengetahuannya sudah
cukup, ia cukup melihat atau membaca bagian-bagian yang
baru saja. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang
membaca buku-buku anak SD. Karena ia sudah
mempunyai pengetahuan tentang buku itu, ia cukup
membaca dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.
Biasanya teknik ini hanya digunakan untuk mencocokkan
kembali pengetahuan yang telah dimiliki dengan informasi
yang terkandung dalam teks.
Syarat Berpikir Ilmiah
Dalam membahas pengetahuan ilmiah,
kegiatan berfikir belum dapat dimasukkan
sebagai bagian dari kegiatan ilmiah, kecuali ia
memenuhi beberapa persyaratan tertentu yang
disebut sebagai pola fikir. Berfikir dengan
mendasarkan pada kerangka fikir tertentu
inilah yang disebut sebagai penalaran atau
kegiatan berfikir ilmiah.
Ketika anak batitanya mengambil sebuah pisau, seorang
ibu langsung berusaha untuk mengambil sebilah pisau dari
si anak, karena sang Ibu berfikir pisau dapat
membahayakan si anak. Kegiatan berfikir sang ibu belum
dapat dikategorikan sebagai kegiatan ilmiah karena ibu
hanya mengira-ngira atau mempergunakan perasaan dalam
kegiatan berfikirnya. Berbeda dengan seorang mahasiswa
psikologi yang dengan sengaja memberikan sebilah pisau
kepada anak batita dalam rangka untuk mengetahui
bagaimana sistem reflek si batita dalam mempergunakan
pisau. Mahasiswa memiliki alasan yang jelas yakni ingin
mendapatkan pengetahuan tentang kemampuan seorang
anak kecil, sehingga memungkinkan kegiatannya disebut
berfikir ilmiah. Lalu apa saja yang memungkinkan
kegiatan mahasiswa psikologi disebut sebagai berfikir
ilmiah?
Pertama, perlu dipahami bahwa
kegiatan penalaran adalah
proses berfikir yang
membuahkan sebuah
pengetahuan. Selain itu, melalui
proses penalaran atau berfikir
ilmiah berusaha mendapatkan
sebuah kebenaran. Untuk
mendapatkan sebuah kebenaran,
kegiatan penalaran harus
memehuni dua persyaratan
penting, yakni logis dan analitis.
Syarat pertama adalah logis, dengan kata lain
kegiatan berfikir ilmiah harus mengikuti suatu
aturan atau memenuhi pola pikir (logika)
tertentu. Kegiatan penalaran yang digunakan si
mahasiswa disebut logis karena ia memehuni
suatu pola fikir induktifis atau pola fikir dengan
menggunakan observasi individual untuk
mendapatkan pengetahuan yang lebih general,
dengan cara mengamati refleks si batita ketika
diberikan sebilah pisau. Syarat kedua bagi
kegiatan penalaran adalah analitis, atau
melibatkan suatu analisa dengan
menggunakan pola fikir (logika) tersebut di
atas. Ini berarti, jika si mahasiswa psikologi hanya
Syarat kedua bagi kegiatan penalaran adalah
analitis, atau melibatkan suatu analisa dengan
menggunakan pola fikir (logika) tersebut di
atas. Ini berarti, jika si mahasiswa psikologi
hanya melihat si anak saat diberikan sebilah
pisau tanpa melakukan analisa apa yang terjadi
setelah itu dan tidak menggunakan pola fikir
induktifisme dalam analisanya, maka kegiatannya
itu belum dapat disebut sebagai sebuah penalaran
atau kegiatan berfikir ilmiah.

Вам также может понравиться