Вы находитесь на странице: 1из 116

Curriculum Vitae (Riwayat Hidup)

1. Nama Lengkap : Mochamad Alimuddin


2 Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta / 01 Mei 1955
3 Agama : Islam
4 Status Perkawinan : Kawin
5 Pendidikan Terakhir : Magister Ilmu Hukum
6 Kursus/Pelatihan :
- Manajemen Personalia tahun 1982
- Human Relations 1982
- Man Power Planning tahun 1982
- Calon Panitera P4D/P4P 1982
- Hubungan Perburuhan Pancasila tahun 1983
- General English tahun 1990
- Hubinsyaker tahun 1997
- ADUM tahun 1998
- Diklat Calon Panitera Pengadilan Hubungan Industrial tahun 2005
- Kepemimpinan Tingkat III tahun 2005
7. Riwayat Pekerjaan :
- Riwayat Kepangkatan : Pangkat terakhir Pembina Utama Muda (IVC.)
- Pengalaman Jabatan/Pekerjaan : - Panitera P4 Pusat tahun1992 – 2006
- Kepala Sub Umum Kepaniteraan P4P tahun 1999-2003
- Kepala Sub Kepaniteraan Pembelaan Gugatan Putusan P4P tahun 2003-2005
- Kepala Kepaniteraan Perkara P4P tahun 2005 – 2006
- Kepala Sub Dit. Pencegahan Perselisihan Hubungan Industrial Dit. PPHI Ditjen PHI dan
Jamsos 25 April 2006 s.d 12 November 2010
- Direktur Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial 15 November 2010 sd 30
November 2011.
- Anggota LKS Tripartit Nasional 1 Desember 2010 sd saat ini.
- Advokat tanggal 16 April 2012 sd saat ini.
8. Pengalaman - Kunjungan ke luar negeri Singapura tahun 2005, Thailand tahun 2006 studi
perbandingan mengenai penyelesaian perselisihan hubungan industrial dan China
tahun 2009. Philipina tahun 2010, Seminar Tripartit.
- Lokakarya Perencanaan Tenaga Kerja (Manpower Planning) tahun 1982
- Lokakarya Hubungan Perburuhan Pancasila tahun 1983
- Lokakarya Manajemen Personalia tahun 1982
- Lokakarya Hubungan Atasan dengan Bawahan (Human Relations) tahun 1982
- Seminar Pencegahan Mogok dan Unjuk Rasa tahun 2002
- Seminar Pencegahan Mogok dan Unjuk Rasa tahun 2006
- Seminar Konvensi ILO No. 87 dan 98 tahun 2007.
- Sebagai Narasumber bidang Ketenagakerjaan

Demikian daftar riwayat hidup saya buat dengan sesungguhnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, Mei 2012

Mochamad Alimuddin, SH. MH.


“Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial sesuai UU
No. 2 Tahun 2004”
Oleh

Mochamad Alimuddin, SH, MH


Mantan Direktur Pencegahan dan Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial

DITJEN PHI DAN JAMSOS TK


KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI
LATAR BELAKANG
1. Dalam era industrialisasi perselisihan hubungan industrial menjadi
semakin kompleks untuk penyelesaiannya diperlukan institusi yang
mendukung mekanisme penyelesaian perselisihan yang cepat, tepat adil
dan murah
2. UU No. 22 Tahun 1957 dan UU No. 12 Tahun 1964 sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan keadaan dan kebutuhan tersebut
3. UU yang baru ini diperlukan karena :
 Sejak diberlakukannya UU No. 5 tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara, maka putusan P4 Pusat yang semula bersifat
final dapat diajukan Gugatan ke PT TUN yang selanjutnya dapat
dimohonkan kasasi ke MA;
 Adanya kewenangan Menakertrans untuk menunda/membatalkan
putusan P4 Pusat atau biasa disebut Hak Veto Menteri dan ini
dianggap campur tangan pemerintah yang tidak sesuai lagi dengan
paradigma yang berkembang di masyarakat;
 UU No. 22 Tahun 1957 mengatur hanya 1 (satu) SP/SB yang
dapat menjadi pihak dalam perselisihan HI
MATRIK PERSANDINGAN PENYELESAIAN
PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
BERDASARKAN UU 12 TAHUN 1964 DAN UU 22 TAHUN
1957 DENGAN UU 2 TH 2004
No. Pokok Materi UU No. 22 Tahun 1957 UU No. 12 Tahun 1964 UU No. 2 Tahun 2004

01. Kelembagaan  Pemerantaraan Mengikuti kelembagaan  Mediasi


 Arbitrase menurut UU No. 22  Konsiliasi
 P4 Daerah Tahun 1957  Arbitrase
 P4 Pusat  Pengadilan PHI (masuk
 PT TUN dalam kompetensi
 MA badan peradilan umum)
 MA
02. Jenis Perselisihan  Hak PHK  Hak
 Kepentingan  Kepentingan
 PHK
 antar SP/SB
03 Pihak-pihak yang  Majikan atau  Pekerja (perorangan)
berselisih perkumpulan  SP/SB
majikan  Pengusaha
 SP/SB atau  Gabungan Pengusaha
gabungan SP/SB
04 Waktu penyelesaian Relatif cukup lama Singkat
 Tidak diatur batas  Paling lama 140 hari
waktu di P4 Daerah kerja
dan P4 Pusat
Jenis-jenis Perselisihan
 Perselisihan Hak
 Perselisihan Kepentingan
 Perselisihan PHK
 Perselisihan antar SP/SB
Penyelesaian melalui Bipartit
 Sifatnya wajib
 Paling lama 30 hari kerja sejak tanggal dimulainya
perundingan
 Jika dalam jangka waktu 30 hari kerja salah satu
pihak menolak utk berunding atau telah dilakukan
perundingan tidak mencapai kesepakatan, maka
perundingan bipartit dianggap gagal
 Jika salah satu pihak telah meminta berunding secara
tertulis 2 (dua) kali berturut-turut dan pihak lawan
menolak atau tidak Menanggapi, maka permintaan
untuk berunding dimaksud sama dengan risalah
perundingan Bipartit.
Lanjutan Bipartit ....

Bila Bipartit gagal,maka salah satu kedua belah


pihak mencatatkan perselisihannya kpd instansi
ketenagakerjaan setempat (Disnaker) dengan
melampirkan bukti upaya penyelesaian Bipartit;

Jika tidak dilampirkan, maka berkas dikembalikan


untuk dilengkapi paling lambat 7 hari kerja;

Instansi ketenagakerjaan wajib menawarkan kepada


para pihak untuk memilih Konsiliasi/Arbitrase;

Apabila para pihak tidak menetapkan pilihan,


maka instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan melimpahkan penyelesaiannya
melalui Mediator;
Lanjutan Bipartit ....

Apabila Bipartit mencapai kesepakatan, dibuat


perjanjian bersama (PB);

Apabila PB tidak dilaksanakan, dapat


mengajukan eksekusi kepada pengadilan HI pada
PN di wilayah PB didaftar;

Dalam hal pemohon berdomisili di luar PN tempat


PB didaftar, maka dapat diajukan ke pengadilan HI
pada PN di wilayah domisili pemohon eksekusi untuk
diteruskan ke pengadilan HI pada PN yang
berkompeten.
PENYELESAIAN MELALUI
MEDIASI
Jenis-jenis Perselisihan yang ditangani
 Perselisihan Hak
 Perselisihan Kepentingan
 Perselisihan PHK
 Perselisihan antar SP/SB
LANJUTAN PENYELESAIAN MEDIASI

- Mediasi dilakukan oleh Mediator yang berada di Disnaker


Kab/Kota;
- Mediator adalah seorang PNS yang harus memenuhi syarat;
- Selambat-lambatnya 7 hari kerja setelah menerima pelimpahan
penyelesaian perselisihan, Mediator harus mengadakan
penelitian ttg duduknya perkara dan segera mengadakan sidang
mediasi;
- Mediator wajib mengupayakan perdamaian sebelum melakukan
sidang mediasi. Dalam hal tercapai kesepakatan penyelesaian
sebelum mediasi, maka dibuat Perjanjian Bersama (PB) yang
ditanda-tangani para pihak dan diketahui oleh Mediator serta
didaftar di Pengadilan HI pada Pengadilan Negeri di wilayah
pihak-pihak mengadakan PB;
LANJUTAN PENYELESAIAN MEDIASI

- Jika tidak tercapai kesepakatan, Mediator mengeluarkan


anjuran tertulis selambat-lambatnya 10 hari kerja sejak sidang
mediasi pertama kepada para pihak
- Para pihak harus memberikan jawaban tertulis kepada
Mediator, selambat-lambatnya 10 hari kerja setelah menerima
anjuran tertulis;
- Pihak yang tidak memberikan pendapatnya dianggap menolak
anjuran tertulis;
- Jika para pihak menyetujui anjuran Mediator, selambat-
lambatnya 3 hari kerja sejak anjuran tertulis disetujui,
Mediator harus sudah selesai membantu para pihak membuat
perjanjian membuat PB serta didaftar di Pengadilan HI pada
Pengadilan Negeri di wilayah pihak-pihak mengadakan PB;
LANJUTAN PENYELESAIAN MEDIASI

- Dalam hal anjuran tertulis ditolak oleh salah satu


pihak atau para pihak, maka penyelesaian
perselisihan HI dilakukan melalui Pengadilan HI
pada Pengadilan Negeri setempat dengan
pengajuan Gugatan oleh salah satu pihak

- Mediator menyelesaikan tugasnya dalam waktu


selambat-lambatnya 30 hari kerja sejak menerima
permintaan penyelesaian perselisihan
PENYELESAIAN MELALUI
KONSILIASI

Jenis-jenis Perselisihan yang ditangani


 Perselisihan Kepentingan
 Perselisihan PHK
 Perselisihan antar SP/SB
LANJUTAN PENYELESAIAN KONSILIASI

- Dilakukan oleh Konsiliator yang terdaftar di Disnaker


Kab/Kota.

- Dilaksanakan setelah para pihak mengajukan permintaan


penyelesaian secara tertulis kepada Konsiliator yang
ditunjuk dan disepakati para pihak;

- Dalam waktu selambat lambatnya 7 (tujuh) hari kerja,


Konsiliator harus sudah mengadakan penelitian tentang
duduknya perkara dan selambat lambatnya pada hari kerja
kedelapan harus sudah dilakukan sidang konsiliasi pertama;
LANJUTAN PENYELESAIAN KONSILIASI

- Konsiliator dapat memanggil saksi atau saksi ahli untuk hadir


dalam sidang konsiliasi;

- Dalam hal tercapai kesepakatan penyelesaian melalui


konsiliasi, maka dibuat PB yang ditandatangani para pihak
dan diketahui oleh Konsiliator serta didaftar di Pengadilan HI
pada Pengadilan Negeri di wilayah pihak-pihak mengadakan
PB;

- Dalam hal tidak tercapai kesepakatan penyelesaian melalui


konsiliasi maka Konsiliator mengeluarkan anjuran tertulis
dalam waktu selambat-lambatnya 10 hari kerja sejak sidang
konsiliasi pertama kepada para pihak
LANJUTAN PENYELESAIAN KONSILIASI

- Para pihak harus sudah memberikan jawaban secara tertulis


kepada Konsiliator dalam waktu selambat-lambatnya 10 hari
kerja setelah menerima anjuran tertulis;
- Pihak yang tidak memberikan pendapatnya dianggap
menolak anjuran tertulis;

- Dalam hal para pihak menyetujui anjuran tertulis, dalam


waktu selambat lambatnya 3 hari kerja sejak anjuran tertulis
disetujui, Konsiliator harus sudah selesai membantu para
pihak membuat PB dan didaftar di Pengadilan HI pada
Pengadilan Negeri di wilayah pihak-pihak mengadakan PB;
- Dalam hal anjuran tertulis ditolak oleh salah satu pihak atau
para pihak, maka penyelesaian dilakukan melalui
Pengadilan Negeri setempat dengan pengajuan Gugatan oleh
salah satu pihak;
LANJUTAN PENYELESAIAN KONSILIASI

- Konsiliator menyelesaikan tugasnya dalam waktu selambat


lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak menerima
permintaan penyelesaian perselisihan;

- Konsiliator berhak mendapat honorarium / imbalan jasa yang


dibebankan kepada negara.
PENYELESAIAN MELALUI
ARBITRASE

Jenis-jenis Perselisihan yang Ditangani


 Perselisihan Kepentingan
 Perselisihan antar SP/SB
LANJUTAN PENYELESAIAN ARBITRASE

- Arbiter yang berwenang menyelesaikan perselisihan harus


Arbiter yang telah ditetapkan oleh Menteri dan telah
memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan;
- Wilayah kerja Arbiter meliputi seluruh wilayah Negara RI;

- Penyelesaian perselisihan melalui Arbiter dilakukan atas


dasar kesepakatan para pihak yang berselisih;
- Dalam hal para pihak telah menandatangani surat
Perjanjian Arbitrase, para pihak berhak memilih Arbiter
tunggal atau gasal (sebanyak-banyaknya 3 orang) yang
ditetapkan oleh Menteri;
LANJUTAN PENYELESAIAN ARBITRASE

 Dalam hal para pihak sepakat menunjukan arbiter


tunggal, para pihak harus sudah mencapai kesepakatan
dalam waktu selambat lambatnya 7 hari kerja tentang
nama arbiter dimaksud;
 Dalam hal para pihak sepakat menunjuk dalam jumlah
gasal, masing-masing pihak berhak memilih seorang
arbiter dalam waktu selambat lambatnya 7 hari kerja
tentang nama arbiter dimaksud;
 Dalam hal para pihak menunjuk dalam jumlah gasal,
masing-masing pihak berhak memilih seorang arbiter dalam
waktu selambat lambatnya 3 hari kerja, sedang arbiter ketiga
ditentukan oleh para arbiter yang ditunjuk dalam waktu
selambat lambatnya 7 hari kerja untuk diangkat sebagai
Ketua Majelis Arbitrase;
 Dalam hal para pihak tidak sepakat untuk menunjuk arbiter
tunggal atau gasal, maka atas permohonan salah satu pihak
Ketua Pengadilan dapat mengangkat arbiter dari daftar
arbiter yang ditetapkan oleh Menteri;
LANJUTAN PENYELESAIAN ARBITRASE

 Dalam hal arbiter bersedia untuk ditunjuk, maka membuat


Perjanjian Penunjukan Arbiter dengan para pihak yang
berselisih;
 Perjanjian Penunjukan Arbiter harus memuat syarat-
syarat yang telah ditetapkan;
 Dlm hal Arbiter menerima penunjukan &menandatangani
surat perjanjian, maka Arbiter tidak dapat menarik diri,
kecuali atas persetujuan para pihak;
 Dalam hal para pihak dapat menyetujui, maka yang
bersangkutan dapat dibebaskan dari tugas sebagai Arbiter;
 Dalam hal para pihak tidak mendapat persetujuan, Arbiter
harus mengajukan permohonan kepada Pengadilan HI
untuk dibebaskan dari tugas sebagai Arbiter dengan
mengajukan alasan yang dapat diterima.
LANJUTAN PENYELESAIAN ARBITRASE

 Dalam hal Arbiter tunggal mengundurkan diri/meninggal


dunia, penggantiannya berdasarkan kesepakatan para
pihak;
 Apabila tidak mencapai kesepakatan, maka para
pihak/salah satu Arbiter/para Arbiter dapat meminta
pengadilan HI untuk menetapkan Arbiter pengganti dalam
waktu 7 (tujuh) hari kerja
 Arbiter yg ditunjuk oleh para pihak dapat diajukan tuntutan
ingkar kepada Pengadilan Negeri apabila cukup alasan dan
cukup bukti otentik
 Arbiter wajib menyelesaikan perselisihan HI selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak penanda-
tanganan Perjanjian Arbiter
LANJUTAN PENYELESAIAN ARBITRASE

 Pemeriksaan atas perselisihan harus dimulai dlm waktu


selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah
penandatanganan surat penunjukkan Arbiter
 Arbiter berwenang memperpanjang jangka waktu
penyelesaian 1 (satu) kali perpanjangan selambat-lambatnya
14 (empat belas) hari kerja
 Pemeriksaan dilakukan secara tertutup kecuali para pihak
menghendaki lain
 Para pihak yg berselisih dapat diwakili oleh kuasanya dengan
surat kuasa khusus
 Arbiter atau majelis Arbiter dapat memeriksa perkara dan
menjatuhkan putusan tanpa kehadiran salah satu pihak atau
kuasanya apabila salah satu pihak atau kuasanya tidak hadir
LANJUTAN PENYELESAIAN ARBITRASE

 Penyelesaian PHI oleh Arbiter harus diawali dengan


mendamaikan kedua belah pihak

 Perdamaian tercapai maka Arbiter wajib membuat Akta


Perdamaian
 Perdamaian tidak tercapai, maka Arbiter meneruskan
sidang arbitrase
 Arbiter dapat memanggil saksi/saksi ahli

 Putusan arbitrase merupakan putusan akhir dan tetap dan


tidak dapat diajukan ke Pengadilan PHI
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL


SEBAGAI PENGADILAN KHUSUS

Pengadilan khusus di lingkungan Peradilan Umum.


Berwenang memeriksa, mengadili dan memberi
putusan terhadap perselisihan hubungan industrial.
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
HUKUM ACARA

PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

Hukum acara yang berlaku pada Pengadilan Hubungan


Industrial adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada
Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum, kecuali yang
diatur secara khususnya dalam undang-undang ( Pasal 57 )
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

TUGAS DAN WEWENANG


PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

1. DI TINGKAT PERTAMA : HAK;


2. DI TINGKAT PERTAMA DAN TERAKHIR : KEPENTINGAN;
3. DI TINGKAT PERTAMA : PHK;
4. DI TINGKAT PERTAMA DAN TERAKHIR : ANTARA SP/SB
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PENGAJUAN GUGATAN

Gugatan perselisihan hubungan industrial


diajukan kepada Pengadilan Hubungan Industrial
pada Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya
meliputi tempat pekerja/buruh bekerja ( Pasal.
81 )
PEYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

TENGGANG WAKTU PENGAJUAN GUGATAN

Gugatan oleh pekerja/buruh atas pemutusan hubungan


kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 159 dan Pasal
171 Undang-undang Nomor. 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan, dapat diajukan hanya dalam tenggang
waktu 1 (satu) tahun sejak diterimanya atau
diberitahukannya keputusan dari pihak pengusaha.
(Pasal. 82)
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

KEWAJIBAN HAKIM

1. Pengajuan gugatan yang tidak dilampiri risalah penyelesaian melalui


mediasi atau konsiliasi, maka hakim Pengadilan Hubungan Industrial wajib
mengembalikan gugatan kepada penggugat.
2. Hakim berkewajiban memeriksa isi gugatan dan bila terdapat kekurangan,
hakim meminta penggugat untuk menyempurnakan gugatan. ( Pasal 83 )
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL

GUGATAN KOLEKTIF

Gugatan yang melibatkan lebih dari satu penggugat dapat diajukan secara
kolektif dengan memberikan kuasa khusus. (Pasal 84 )
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PERSELISIHAN PHK

Dalam hal perselisihan hak dan/atau perselisihan kepentingan diikuti


dengan perselisihan pemutusan hubungan kerja, maka Pengadilan
Hubungan Industrial wajib memutus terlebih dahulu perkara perselisihan
hak dan/atau perselisihan kepentingan. (Pasal 86 )
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL

KUASA HUKUM

Serikat pekerja/serikat buruh dan organisasi pengusaha dapat bertindak


sebagai kuasa hukum untuk beracara di Pengadilan Hubungan Industrial
untuk mewakili anggotanya. ( Pasal 87 )
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL
PEMERIKSAAN DENGAN ACARA BIASA

MAJELIS HAKIM

Sidang sah apabila dilakukan oleh Majelis Hakim sebagaimana dimaksud


dalam pasal 88 ayat (1)
Hakim PN Sebagai Hakim Ketua, Hakim AD Hoc Sebagai Anggota Majelis (
Pasal 92 )
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
PENUNDAAN SIDANG
1. Dalam hal salah satu pihak atau para pihak tidak dapat menghadiri sidang
tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, Ketua Majelis Hakim
menetapkan hari sidang berikutnya.
2. Hari sidang berikutnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak
tanggal penundaan.( Pasal 93 )
3. Penundaan sidang karena ketidakhadiran salah satu atau para pihak
diberikan sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali penundaan.( Pasal 93 )
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL
GUGATAN GUGUR

1. Dalam hal penggugat atau kuasa hukumnya yang sah setelah dipanggil
secara patut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 tidak datang
menghadap Pengadilan pada sidang penundaan terakhir sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 93 ayat (3), maka gugatannya dianggap gugur, akan
tetapi penggugat berhak mengajukan gugatannya sekali lagi. ( Pasal 94 )
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL
PUTUSAN VERSTEK

2. Dalam hal tergugat atau kuasa hukumnya yang sah setelah dipanggil secara
patut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 tidak datang menghadap
Pengadilan pada sidang penundaan terakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal
93 ayat (3), maka Majelis Hakim dapat memeriksa dan memutus perselisihan
tanpa dihadiri tergugat. (Pasal 94 )
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

TATA TERTIB PERSIDANGAN

1. Sidang Majelis Hakim terbuka untuk umum, kecuali Majelis Hakim


menetapkan lain.
2. Setiap orang yang hadir dalam persidangan wajib menghormati tata
tertib persidangan.
3. Setiap orang yang tidak mentaati tata tertib persidangan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2), setelah mendapat peringatan dari atau atas
perintah Ketua Majelis Hakim, dapat dikeluarkan dari ruang sidang. (Pasal
95 )
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PUTUSAN SELA
1. Apabila dalam persidangan pertama, secara nyata-nyata pihak
pengusaha terbukti tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 155 ayat (3) Undang-undang Nomor.13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan, Hakim Ketua Sidang harus segera
menjatuhkan Putusan Sela berupa perintah kepada pengusaha untuk
membayar upah beserta hak-hak lainnya yang bisa diterima
pekerja/buruh yang bersangkutan. (Pasal 96 )
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL

2. Putusan Sela sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat


dijatuhkan pada hari persidangan itu juga atau pada hari
persidangan kedua. (Pasal 96 )

Ayat 3
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL

3. Dalam hal selama pemeriksaan sengketa masih berlangsung


dan Putusan Sela sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak
juga dilaksanakan oleh pengusaha, Hakim Ketua Sidang
memerintahkan Sita Jaminan dalam sebuah Penetapan
Pengadilan Hubungan Industrial. ( Pasal 96 )
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL

4. Putusan Sela sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan


Penetapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak
dapat diajukan perlawanan dan/atau tidak dapat
dipergunakan upaya hukum. ( Pasal 96 )
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL
DICTUM PUTUSAN PHI

Dalam putusan Pengadilan Hubungan Industrial ditetapkan kewajiban


yang harus dilakukan dan/atau hak yang harus diterima oleh para pihak
atau salah satu pihak atas setiap penyelesaian perselisihan hubungan
industrial. ( Pasal 97 )
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL
PEMERIKSAAN DENGAN ACARA CEPAT

1. Apabila terdapat kepentingan para pihak dan/atau salah


satu pihak yang cukup mendesak yang harus dapat
disimpulkan dari alasan-alasan permohonan dari yang
berkepentingan, para pihak dan/atau salah satu pihak
dapat memohon kepada Pengadilan Hubungan Industrial
supaya pemeriksaan sengketa dipercepat. ( Pasal 98 )
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL
PEMERIKSAAN DENGAN ACARA CEPAT

2. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah diterimanya


permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Ketua
Pengadilan Negeri mengeluarkan penetapan tentang dikabulkan
atau tidak dikabulkannya permohonan tersebut.

3. Terhadap penetapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak


dapat digunakan upaya hukum. ( Pasal 98 )
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL
PEMERIKSAAN DENGAN ACARA CEPAT
1. Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 (1)
dikabulkan, Ketua Pengadilan Negeri dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari
kerja setelah dikeluarkannya penetapan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 98 ayat (2), menentukan Majelis Hakim, hari, tempat, dan waktu
sidang tanpa melalui prosedur pemeriksaan.
2. Tenggang waktu untuk jawaban dan pembuktian kedua belah
pihak, masing-masing ditentukan tidak melebihi 14 (empat belas)
hari kerja.( Pasal 99 )
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL
PENGAMBILAN PUTUSAN

Dalam mengambil putusan, Majelis Hakim mempertibangkan hukum,


perjanjian yang ada, kebiasaan, dan keadilan. (Pasal 100 )

1. Putusan Majelis Hakim dibacakan dalam sidang terbuka untuk


umum.( Pasal 101 )
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL
TENGGANG WAKTU PEMERIKSAAN

Majelis Hakim wajib memberikan putusan penyelesaian perselisihan


hubungan industrial dalam waktu selambat-lambatnya 50 (lima puluh)
hari kerja terhitung sejak sidang pertama.( Pasal 103 )

PUTUSAN PHI
Putusan Pengadilan Hubungan Industrial sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 103 ditanda tangani oleh Hakim, Hakim Ad-Hoc dan panitera
Pengganti. ( Pasal 104 )
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL
PUTUSAN YANG DAPAT DIJALANKAN LEBIH
DAHULU

Ketua Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial dapat


mengeluarkan putusan yang dapat dilaksanakan lebih dahulu, meskipun
putusannya diajukan perlawanan atau kasasi.( Pasal 108 )

PUTUSAN AKHIR
Putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri
mengenai perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan merupakan putusan
akhir dan bersifat tetap.( Pasal 109 )
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
MELALUI
PENGADILAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL
TENGGANG WAKTU KASASI
Putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri
mengenai perselisihan hak dan perselisihan pemutusan hubungan
kerja mempunyai kekuatan hukum tetap apabila tidak diajukan
permohonan kasasi kepada Mahkamah Agung dalam waktu selambat-
lambatnya 14 (empat belas) hari kerja :
a. Bagi pihak yang hadir, terhitung sejak putusan dibacakan dalam
sidang majelis hakim;
b. Bagi pihak yang tidak hadir, terhitung sejak tanggal menerima
pemberitahuan putusan.( Pasal 110 )
7 hari 7 hari 7 hari 7 hari 29 hari 7 hari

W A K T U

Penetapan Pemanggilan Pemeriksaan PUTUSAN PEMBERITAHUA


Majelis Hakim Sidang I N PUTUSAN
Sidang II

W A K T U

Penerbitan Pengiriman
Salinan Putusan Putusan
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN
AKIBAT HUKUMNYA

Oleh

Mochamad Alimuddin, SH, MH


Mantan Direktur Pencegahan dan
Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial

DITJEN PHI DAN JAMSOS TK


PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL ADALAH


PERBEDAAN PENDAPAT YANG MENGAKIBATKAN
PERTENTANGAN ANTARA PENGUSAHA ATAU
GABUNGAN PENGUSAHA DENGAN PEKERJA/BURUH
ATAU SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH KARENA
ADANYA PERSELISIHAN MENGENAI HAK,
PERSELISIHAN KEPENTINGAN, DAN PERSELISIHAN
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA SERTA PERSELISIHAN
ANTAR SERIKAT PEKERJA / SERIKAT BURUH HANYA
DALAM SATU PERUSAHAAN.
1
SERIKAT PEKERJA/
SERIKAT BURUH
PENGUSAHA
PEKERJA/BURUH

HUBUNGAN KERJA
SYARAT-SYARAT KERJA
KEADAAN KETENAGAKERJAAN
PHK
ANTAR SP/SB 2
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
(PHK)
DASAR HUKUM PHK

1. UU NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN


2. UU NO. 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN
PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
3. UU No. 21 TAHUN 2000 TENTANG SP/SB
4. PERMENAKERTRANS RI NO. KEP 31/MEN/XII/2008
TENTANG PEDOMAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN
HI MELALUI PERUNDINGAN BIPARTIT

3
BIPARTIT

KONSILIASI ATAU
ARBITRASE DAN ATAU
MEDIASI

PENGADILAN HUBUNGAN
INDUSTRI

MAHKAMAH AGUNG

4
PERSELISIHAN YANG TIMBUL KARENA TIDAK
ADANYA KESESUAIAN PENDAPAT MENGENAI
PENGAKHIRAN HUBUNGAN KERJA YANG
DILAKUKAN OLEH SALAH SATU PIHAK.

5
PRINSIP DASAR PHK

HARUS DIUPAYAKAN UNTUK DIHINDARI


HARUS DILAKUKAN PERUNDINGAN/
MUSYAWARAH DENGAN ORGANISASI PEKERJA/
PEKERJA
HARUS MEMPEROLEH PENETAPAN DARI
LEMBAGA PENYELESAIAN PERSELISIHAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL (LPPHI)
PHK TANPA PENETAPAN DARI LPPHI ADALAH
BATAL DEMI HUKUM
6
KEPMEN : KEP-150/MEN/2000

K OM PE N SAS I
SEBAB PHK PESANGON UPMK GANTI RUGI
KESALAHAN
1. BERAT TIDAK DAPAT SESUAI PSL. 23 SESUAI PSL. 24
2. DILUAR KESALAHAN BERAT 1 X PSL. 22 SESUAI PSL. 23 SESUAI PSL. 24
MENINGGAL DUNIA 2 X PSL. 22 SESUAI PSL. 23 SESUAI PSL. 24
MENGUNDURKAN DIRI TIDAK DAPAT SESUAI PSL. 23 SESUAI PSL. 24
USIA PENSIUN 2 X PSL. 22/ SESUAI PSL. 23 SESUAI PSL. 24
DANA PENSIUN
FORCE MAJEURS/PERUSAHAAN 1 X PSL. 22 SESUAI PSL. 23 SESUAI PSL. 24
TUTUP
EFISIENSI 2 X PSL SESUAI PSL. 23 SESUAI PSL. 24
PERUBAHAN STATUS / 2 X PSL. 22 SESUAI PSL. 23 SESUAI PSL. 24
KEPEMILIKAN/PINDAH LOKASI
8
PHK TIDAK DAPAT DIBERIKAN
PENETAPAN
HAL - HAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPENGURUSAN
SP / SB
PENGADUAN PEKERJA TERHADAP PENGUSAHA KEPADA
YANG BERWAJIB
PAHAM , AGAMA , SUKU , GOLONGAN ATAU JENIS KELAMIN
SAKIT TIDAK MELAMPAUI 12 BULAN TERUS MENERUS
MENIKAH
HAMIL, MELAHIRKAN, GUGUR, MENYUSUI ANAK;
PERTALIAN DARAH DENGAN PEKERJA/BURUH LAINNYA
KECUALI DINYATAKAN DALAM PP, PK ATAU PKB;
CACAT TETAP, SAKIT AKIBAT KECELAKAAN KERJA ATAU
SAKIT YANG JANGKA WAKTU PENYEMBUHANNYA BELUM
DAPAT DIPASTIKAN

9
PHK TIDAK MEMERLUKAN PENETAPAN

PEKERJA DALAM MASA PERCOBAAN


PEKERJA MENGUNDURKAN DIRI
USIA PENSIUN YANG DIATUR DALAM PK /
PP / PKB
BERAKHIRNYA KESEPAKATAN KERJA
WAKTU TERTENTU
PEKERJA MENINGGAL DUNIA

10
BAB XII UU NO. 13 TAHUN 2003
PASAL 150 S/D 172

PHK :
MELIPUTI PADA BADAN USAHA BERBADAN HUKUM
ATAU TIDAK, MILIK ORANG PERSEORANGAN MILIK
PERSEKUTUAN, MILIK BADAN HUKUM, (SWASTA,
NEGARA, USAHA SOSIAL DAN USAHA LAIN YANG
MEMPUNYAI PENGURUS DAN MEMPEKERJAKAN
ORANG LAIN DENGAN MEMBAYAR UPAH ATAU
IMBALAN DALAM BENTUK LAIN)

13
DALAM HAL TERJADI PEMUTUSAN
HUBUNGAN KERJA, PENGUSAHA
DIWAJIBKAN MEMBAYAR UANG
PESANGON DAN ATAU UANG
PENGHARGAAN MASA KERJA DAN UANG
PENGGANTIAN HAK YANG SEHARUSNYA
DITERIMA.

14
UANG PESANGON

PERHITUNGAN UANG PESANGON SEBAGAIMANA


DIMAKSUD PADA PASAL 156 AYAT 1 PALING SEDIKIT
SEBAGAI BERIKUT :
a) Masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun… 1 (satu) bulan Upah
b) Masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih
tetapi kurang dari 2 (dua) tahun ………. 2 (dua) bulan Upah
c) Masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih
tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun ………. 3 (tiga) bulan Upah
d) Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih
tetapi kurang dari 4 (empat) tahun ……. 4 (empat) bulan Upah

15
e) Masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih 5 (lima) bulan Upah
tetapi kurang dari 5 (lima) tahun ………
f) Masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih
tetapi kurang dari 6 (enam) tahun …….. 6 (enam) bulan Upah
g) Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih
tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun ……. 7 (tujuh) bulan Upah
h) Masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih
tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun …. 8 (delapan) bulan Upah
i) Masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih. 9 (sembilan) bulan Upah

16
PERHITUNGAN UANG PENGHARGAAN MASA KERJA
SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA PASAL 156 AYAT 1
DITETAPKAN SEBAGAI BERIKUT :
a) Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi
kurang dari 6 (enam) tahun ……………… 2 (dua) bulan Upah
b) Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih
tetapi kurang dari 9 (sembilan) tahun ….. 3 (tiga) bulan Upah
c) Masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih
tetapi kurang dari 12 (dua belas) tahun … 4 (empat) bulan Upah
d) Masa kerja 12 (dua belan) tahun atau
lebih tetapi kurang dari 15 (lima belas)
tahun ………………………………………. 5 (lima) bulan Upah
17
e) Masa kerja 15 (lima belas) tahun
atau lebih tetapi kurang dari 18
(delapan belas) tahun ………………. 6 (enam) bulan Upah;
f) Masa kerja 18 (delapan belas) tahun
atau lebih tetapi kurang dari 21 (dua
puluh satu) tahun …………………… 7 (tujuh) bulan Upah;
g) Masa kerja 21 (dua puluh satu)
tahun atau lebih tetapi kurang dari
24 (dua puluh empat) tahun ……….. 8 (delapan) bln Upah;
h) Masa kerja 24 (dua puluh empat)
tahun atau lebih ………………..…… 10 (sepuluh) bulan
Upah;

18
UANG PENGGANTIAN HAK MELIPUTI :

a. CUTI TAHUNAN YANG BELUM DIAMBIL DAN


BELUM GUGUR;

b. BIAYA ATAU ONGKOS PULANG UNTUK


PEKERJA/BURUH DAN KELUARGANYA KE TEMPAT
DIMANA PEKERJA/ BURUH DITERIMA BEKERJA;

c. PENGGANTIAN PERUMAHAN SERTA PENGOBATAN


DAN PERAWATAN DITETAPKAN 15% (LIMA BELAS
PERSERATUS) DARI UANG PESANGON DAN ATAU
UANG PENGAHRGAAN MASA KERJA BAGI YANG
MEMENUHI SYARAT;
19
PERUBAHAN PERHITUNGAN UANG PESANGON,
PERHITUNGAN UANG PENGAHARGAAN MASA
KERJA, DAN UANG PENGGANTIAN HAK
SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT 2, AYAT 3
DAN AYAT 4 DITETAPKAN DENGAN PERATURAN
PEMERINTAH

20
PENGUSAHA DAPAT MEMUTUSKAN HUBUNGAN KERJA
TERHADAP PEKERJA/BURUH DENGAN ALASAN
PEKERJA/BURUH TELAH MELAKUKAN KESALAHAN BERAT
SEBAGAI BERIKUT :
a) MELAKUKAN PENIPUAN PENCURIAN, ATAU PENGGELAPAN
BARANG DAN/ATAU UANG MILIK PERUSAHAAN;
b) MEMBERIKAN KETERANGAN PALSU ATAU YANG DIPALSUKAN
SEHINGGA MERUGIKAN PERUSAHAAN;
c) MABUK, MEMINUM-MINUMAN KERAS YANG MEMABUKKAN,
MEMAKAI DAN/ATAU MENGEDARKAN NARKOTIKA,
PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADITIF LAINNYA DI LINGKUNGAN
KERJA;
d) MELAKUKAN PERBUATAN ASUSILA ATAU PERJUDIAN DI
LINGKUNGAN KERJA;
21
e) MENYERANG, MENGANIAYA, MENGANCAM, ATAU
MENGINTIMIDASI TEMAN SEKERJA ATAU PENGUSAHA DI
LINGKUNGAN KERJA;
f) MEMBUJUK TEMAN SEKERJA ATAU PENGUSAHA UNTUK
MELAKUKAN PERBUATAN YANG BERTENTANGAN DENGAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN;
g) DENGAN CEROBOH ATAU SENGAJA MERUSAK ATAU
MEMBIARKAN DALAM KEADAAN BAHAYA BARANG MILIK
PERUSAHAAN YANG MENIMBULKAN KERUGIAN BAGI
PERUSAHAAN;
h) DENGAN CEROBOH ATAU SENGAJA MEMBIARKAN TEMAN
SEKERJA ATAU PENGUSAHA DALAM KEADAAN BAHAYA
DITEMPAT KERJA;
i) MEMBONGKAR ATAU MEMBOCORKAN RAHASIA
PERUSAHAAN YANG SEHARUSNYA DIRAHASIAKAN
KECUALI UNTUK KEPENTINGAN NEGARA; ATAU
j) MELAKUKAN PERBUATAN LAINNYA DI LINGKUNGAN
PERUSAHAAN YANG DIANCAM PIDANA PENJARA 5 (LIMA)
TAHUN ATAU LEBIH.

22
PHK KARENA KESALAHAN BERAT TELAH DINYATAKAN
TIDAK BERLAKU DENGAN PUTUSAN MAHKAMAH
KONSTITUSI NO. 012/PUU-I/2003

23
PASAL 158 (KESALAHAN BERAT)
bertentangan dgn UUD NRI 1945
Pertimbangan MK :
 Secara hukum diskriminatif karena

membenarkan PHK tanpa penetapan LPPI


 Tanpa due process of law melalui putusan
pengadilan yg independen dan imparsial
 Tidak memperlakukan asas presumption of

innocence (berbeda dgn pasal 160)


Pasal 159
 P/B yg tdk menerima PHK (pasal 158) dapat
mengajukan GUGATAN ke LPPHI
 Melahirkan beban pembuktian yg tidak adil
bagi P/B untuk membuktikan
KETIDAKSALAHANNYA.
 Mencampuradukkan proses perkara pidana
dengan proses perkara perdata tidak pada
tempatnya.
Pasal 160 ayat (1) … anak kalimat “bukan
atas pengaduan pengusaha”
Bunyi pasal 160 ayat (1) menjadi :
“ dalam hal P/B ditahan pihak yg berwajib
karena diduga melakukan tindak pidana, maka
pengusaha tdk wajib membayar upah tetapi
wajib memberikan bantuan kepada keluarga
P/B yg menjadi tanggungannya
………..dst……….
Pasal 160 (Lanjutan)
Pekerja ditahan :
- Berhak atas bantuan sesuai jumlah tanggungannya

paling lama 6 (enam) bulan


- Bila ditahan 6 (enam) bulan atau diputus bersalah
sebelum 6 (enam) bulan dapat di PHK
- Bila sebelum 6 (enam) bulan diputus Pengadilan,
pekerja tidak bersalah, wajib dipekerjakan
kembali.
Pasal 170, anak kalimat “ kecuali Pasal 158
ayat (1)”
Bunyi Pasal 170 menjadi :

PHK yang dilakukan tidak memenuhi ketentuan


pasal 151 ayat (3) dan pasal 168, pasal 160 ayat (3),
pasal 162, dan pasal 169 batal demi hukum dan
pengusaha wajib mempekerjakan pekerja/buruh
yang bersangkutan serta membayar seluruh upah
dan hak yang seharusnya diterima.
Pasal 170, seharusnya menjadi :

 “ PHK dilakukan tidak memenuhi ketentuan


pasal 151 ayat (3), kecuali pasal 160 ayat (3),
psl 162, psl 168 dan psl 169 ayat (3) batal
demi hukum dan pengusaha wajib
mempekerjakan P/B ybs serta membayar
seluruh upah dan hak yang seharusnya
diterima”.
 Kata “ KECUALI” tidak perlu dinyatakan
tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
Pasal 171, anak kalimat “Pasal 158 ayat
(1)”
 Pasal 171 menjadi berbunyi : “ P/B yg
mengalami phk tanpa penetapan LPPHI yg
berwenang sebagaimana dimaksud dalam psl
160 ayat (3), dan psl 162 dan P/B ybs tdk
dapat menerima phk tsb, maka P/B dapat
mengajukan GUGATAN ke LPPHI dalam
waktu paling lama 1 (satu) thn sejak tgl
dilakukan PHK.
Pasal 186, anak kalimat Psl 137 dan Psl 138
ayat (1)
 Bunyi Psl 186 ayat (1) menjadi “ Barangsiapa
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dala Psl 35 ayat (2) dan ayat (3), Psl 93 ayat
(2) dikenakan sanksi pidana
penjara………dst..”
PELANGGARAN PK, PP ATAU PKB
 PELANGGARAN KETENTUAN YANG DIATUR DALAM PERJANJIAN
KERJA, PERATURAN PERUSAHAAN ATAU PERJANJIAN KERJA
BERSAMA, PENGUSAHA DAPAT MELAKUKAN PHK SETELAH
KEPADA PEKERJA/BURUH YANG BERSANGKUTAN DIBERIKAN
SURAT PERINGATAN (SP) I, II DAN III SECARA TERTULIS.
 SP I MASING-MASING BERLAKU UNTUK PALING LAMA 6 (ENAM)
BULAN, KECUALI DITETAPKAN LAIN DALAM PK, PP ATAU PKB.
 PEKERJA/BURUH YANG MENGALAMI PHK DENGAN ALASAN
TERSEBUT DIATAS 1 MEMPEROLEH UANG PESANGON SEBESAR 1
(SATU) KALI KETENTUAN PASAL 156 AYAT 2, UANG
PENGHARGAAN MASA KERJA SEBESAR 1 (SATU) KALI
KETENTUAN PASAL 156 AYAT 3 DAN UANG PENGGANTIAN HAK
SESUAI KETENTUAN PASAL 156 AYAT 4

25
PASAL 162

PEKERJA/BURUH YANG MENGUNDURKAN DIRI ATAS


KEMAUAN SENDIRI, MEMPEROLEH UANG
PENGGANTIAN HAK
BAGI PEKERJA/BURUH YANG MENGUNDURKAN DIRI
ATAS KEMAUAN SENDIRI YANG TUGAS DAN
FUNGSINYA TIDAK MEWAKILI KEPENTINGAN
PENGUSAHA SECARA LANGSUNG, SELAIN MENERIMA
UANG PENGGANTIAN HAK, DIBERIKAN UANG PISAH
YANG BESARNYA DAN PELAKSANAANNYA DIATUR
DALAM PERJANJIAN KERJA, PERATURAN
PERUSAHAAN ATAU PERJANJIAN KERJA BERSAMA

26
PEKERJA/BURUH YANG MENGUNDURKAN DIRI
TERSEBUT HARUS MEMENUHI SYARAT :
a. MENGAJUKAN PERMOHONAN MENGUNDURKAN DIRI
SECARA TERTULIS SELAMBAT-LAMBATNYA 30 (TIGA
PULUH) HARI SEBELUM TANGGAL MULAI
PENGUNDURAN DIRI
b. TIDAK TERIKAT DALAM IKATAN DINAS; DAN
c. TETAP MELAKSANAKAN KEWAJIBANNYA SAMPAI
TANGGAL MULAI PENGUNDURAN DIRI

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DENGAN ALASAN


PENGUNDURAN DIRI ATAS KEMAUAN SENDIRI
DILAKUKAN TANPA PENETAPAN LPPHI

27
MENINGGAL DUNIA

PASAL 166
DALAM HAL HUBUNGAN KERJA BERAKHIR
KARENA PEKERJA/BURUH MENINGGAL DUNIA,
KEPADA AHLI WARISNYA DIBERIKAN SEJUMLAH
UANG YANG BESAR PERHITUNGANNYA SAMA
DENGAN PERHITUNGAN 2 (DUA) KALI UANG
PESANGON SESUAI KETENTUAN PASAL 156 AYAT 2, 1
(SATU) KALI UANG PENGHARGAAN MASA KERJA
SESUAI KETENTUAN PASAL 156 AYAT 3, DAN UANG
PENGGANTIAN HAK SESUAI KETENTUAN PASAL 156
AYAT 4.
28
PENSIUN
PASAL 167

PENGUSAHA DAPAT MEMUTUSKAN KERJA


TERHADAP PEKERJA/BURUH KARENA
MEMASUKI USIA PENSIUN DAN APABILA
PENGUSAHA TELAH MENGIKUTKAN
PEKERJA/BURUH PADA PROGRAM PENSIUN
YANG IURANNYA DIBAYAR PENUH OLEH
PENGUSAHA, MAKA PEKERJA/ BURUH TIDAK
BERHAK MENDAPATKAN UANG PESANGON,
UANG PENGHARGAAN MASA KERJA, TETAPI
TETAP BERHAK ATAS UANG PENGGANTIAN HAK

29
DALAM HAL BESARNYA BIAYA JAMINAN ATAU MANFAAT
PENSIUN YANG DITERIMA SEKALIGUS DALAM PROGRAM
PENSIUN TERNYATA LEBIH KECIL DARI PADA JUMLAH
UANG PESANGON 2 (DUA) KALI KETENTUAN PASAL 156
AYAT 2 DAN UANG PENGHARGAAN MASA KERJA 1 (SATU)
KALI KETENTUAN PASAL 156 AYAT 2 DAN UANG
PENGGANTIAN HAK SESUAI KETENTUAN PASAL 156
AYAT 4, MAKA SELISIHNYA DIBAYAR OLEH PENGUSAHA.

DALAM HAL PENGUSAHA TELAH MENGIKUT SERTAKAN


PEKERJA/BURUH DALAM PROGRAM PENSIUN YANG
IURANNYA/PREMINYA DIBAYAR OLEH PENGUSAHA DAN
PEKERJA/BURUH, MAKA YANG DIPERHITUNGAN DENGAN
UANG PESANGON YAITU UANG PENSIUN YANG
PREMINYA/IURANNYA DIBAYAR OLEH PENGUSAHA.

30
KETENTUAN SEBAGAIMANA TERSEBUT DIATAS
DAPAT DIATUR SELAIN DALAN PERJANJIAN KERJA,
PERATURAN PERUSAHAAN ATAU PERJANJIAN
KERJA BERSAMA
DALAM HAL PENGUSAHA TIDAK MENGIKUT
SERTAKAN PEKERJA/BURUH YANG MENGALAMI
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KARENA USIA
PENSIUN PADA PROGRAM PENSIUN MAKA
PENGUSAHA WAJIB MEMBERIKAN KEPADA
PEKERJA/ BURUH UANG PESANGON SEBESAR 2
(DUA) KALI, UANG PENGHARGAAN MASA KERJA 1
(SATU) KALI DAN UANG PENGGANTIAN HAK.
HAK ATAS MANFAAT PENSIUN TIDAK
MENGHILANGAN HAK PEKERJA/BURUH ATAS
JAMINAN HARI TUA YANG BERSIFAT WAJIB SESUAI
DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
YANG BERLAKU. 31
PASAL 168

PEKERJA/BURUH YANG MANGKIR SELAMA 5


(LIMA) HARI KERJA ATAU LEBIH BERTURUT-
TURUT TANPA KETERANGAN SECARA
TERTULIS YANG DILENGKAPI DENGAN BUKTI
YANG SAH DAN TELAH DIPANGGIL OLEH
PENGUSAHA 2 (DUA) KALI SECARA PATUT DAN
TERTULIS DAPAT DIPUTUS HUBUNGAN
KERJANYA KARENA DIKUALIFIKASIKAN
MENGUNDURKAN DIRI

32
KETERANGAN TERTULIS DENGAN BUKTI
DIMAKSUD HARUS DISERAHKAN PALING
LAMBAT PADA HARI PERTAMA PEKERJA/ BURUH
MASUK KERJA

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERSEBUT


DIATAS PEKERJA/BURUH BERHAK MENERIMA
UANG PENGGANTIAN HAK DAN UANG PISAH
SESUAI YANG DIATUR DALAM PERJANJIAN
KERJA, PERATURAN PERUSAHAAN ATAU
PERJANJIAN KERJA BERSAMA

33
PASAL 169

PEKERJA/BURUH DAPAT MENGAJUKAN PERMOHONAN


PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KEPADA LEMBAGA
PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
DALAM HAL PENGUSAHA MELAKUKAN PERBUATAN
SEBAGAI BERIKUT :

a) MENGANIAYA, MENGHINA SECARA KASAR ATAU


MENGANCAM PEKERJA/BURUH;
b) MEMBUJUK DAN/ATAU MENYURUH PEKERJA/BURUH
UNTUK MELAKUKAN PERBUATAN YANG BERTENTANGAN
DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN;
34
c) TIDAK MEMBAYAR UPAH TEPAT PADA WAKTU YANG
TELAH DITENTUKAN SELAMA 3 (TIGA) BULAN
BERTURUT-TURUT ATAU LEBIH;
d) TIDAK MELAKUKAN KEWAJIBAN YANG TELAH
DIJANJIKAN KEPADA PEKERJA/BURUH;
e) MEMERINTAHKAN PEKERJA/BURUH UNTUK
MELAKSANAKAN PEKERJAAN DILUAR YANG
DIPERJANJIKAN; ATAU
f) MEMBERIKAN PEKERJAAN YANG MEMBAYARKAN
JIWA, KESELAMATAN, KESEHATAN DAN KESUSILAAN
PEKERJA/BURUH SEDANGKAN PEKERJAAN
TERSEBUT TIDAK DICANTUMKAN PADA PERJANJIAN
KERJA.
35
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DENGAN ALASAN
TERSEBUT DIATAS PEKERJA/BURUH BERHAK
MENDAPAT UANG PESANGON 2 (DUA) KALI, UANG
PENGHARGAAN MASA KERJA 1 (SATU) KALI, DAN
UANG PENGGANTIAN HAK

DALAM HAL PENGUSAHA DINYATAKAN TIDAK


MELAKUKAN PERBUATAN TERSEBUT DIATAS OLEH
LEMBAGA PENYELESAIAN PERSELISIHAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL MAKA PENGUSAHA DAPAT
MELAKUKAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TANPA
PENETAPAN LEMBAGA PENYELESAIAN
PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN
PEKERJA/BURUH YANG BERSANGKUTAN TIDAK
BERHAK ATAS UANG PESANGON DAN UANG
PENGHARGAAN MASA KERJA
36
PASAL 172

PEKERJA/BURUH YANG MENGALAMI SAKIT


BERKEPANJANGAN, MENGALAMI CACAT AKIBAT
KECELAKAAN KERJA DAN TIDAK DAPAT MELAKUKAN
PEKERJAANNYA SETELAH MELAMPAUI BATAS 12 (DUA
BELAS) BULAN DAPAT MENGAJUKAN PEMUTUSAN
HUBUNGAN KERJA DAN DIBERIKAN UANG PESANGON 2
(DUA) KALI KETENTUAN PASAL 156 AYAT 2, UANG
PENGHARGAAN MASA KERJA 2 (DUA) KALI KETENTUAN
PASAL 156 AYAT 3, DAN UANG PENGGANTIAN HAK 1
(SATU) KALI KETENTUAN PASAL 156 AYAT 4.

37
PROSEDUR PENYELESAIAN
PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

30 HARI
PK
FINAL KASASI
PERSELISIHAN 2 DAN 4 PERSELISIHAN 1 DAN 3
PUTUSAN
FINAL DAN PENGADILAN PHI 50 HARI
MENGIKAT

ARBITER KONSILIASI MEDIASI 30 HARI


140 HARI

BERDASARKAN KESEPAKATAN
PERSELISIHAN 2 DAN 4 PERSELISIHAN 2,3,4 PERSELISIHAN 1,2,3,4

INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB DI BIDANG KETENAGAKERJAAN


MENCATAT DAN MENAWARKAN

PB BIPARTIT 30 HARI

HAK KEPENTINGAN PHK


ANTAR SP/SB
(1) (2) (3)
PERSELISIHAN
DIRJEN PHI 38
PROSEDUR PENYELESAIAN
PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
MAHKAMAH AGUNG
(KASASI) 30 HARI
PEMBATALAN
KERJA
P. HAK P. PHK Ps 115
PUTUSAN PENGADILAN PHI 50 HARI
FINAL
KERJA
PB PB Ps. 103
140
ARBITER KONSILIASI MEDIASI 30 HARI HARI
KERJA KERJA
SEPAKAT 2 PIHAK
Ps 15,
Ps 25,
Ps 40 (1)

DINAS YG BERTANGGUNG JAWAB DIBIDANG KETENAGAKERJAAN

PB BIPARTIT 30 HARI
KERJA
Ps. 3 (2)
KEPENTINGAN SP/SB HAK PHK
PERSELISIHAN
PROSES ACARA
PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL

1. SURAT KUASA
2. GUGATAN PENGGUGAT
3. JAWABAN - EKSEPSI TERGUGAT
4. REPLIK PENGGUGAT
5. DUPLIK TERGUGAT
6. PEMBUKTIAN
SURAT KUASA

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Pekerjaa :
Alamat :

Dengan ini memberi kuasa kepada :


……………………… ……………………………………………….

KHUSUS
Untuk dan atas nama Pemberi Kuasa, …………………………………………
……………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………….
Untuk itu penerima kuasa berhak untuk menjalankan segala acara pada semua tingkat
peradilan hubungan industrial, membuat, menanda-tangani dan mengajukan gugatan,
menerima panggilan, menghadiri persidangan-persidangan pengadilan hubungan industrial,
memberi keterangan/penjelasan baik lisan maupun tertulis, mengajukan jawaban/tanggapan,
replik, duplik dalam gugatan konpensi maupun rekonpensi, mengajukan segala macam alat
bukti, termasuk mengajukan saksi-saksi dan saksi ahli yang diajukan pihak lawan,
mengadakan perdamaian dan menanda-tangani aktenya, meminta dilakukan penyitaan atau
melakukan keberatan terhadap penyitaan, menerima pembayaran dan menanda-tangani
kuitansinya, meminta salinan penetapan dan putusan pengadilan, meminta agar penetapan dan
putusan pengadilan dilaksanakan dan lain-lain yang berhubungan dengan perselisihan tersebut
diatas.
Penerima Kuasa ini diberikan hak untuk menguasakan kembali kepada pihak lain (Hak
Substitusi) dengan hak untuk menarik kembali pemindahan tersebut baik sebagian maupun
seluruhnya yang telah dilimpahkan itu.
Jakarta, …………….2012
Penerima Kuasa, Pemberi Kuasa,

(………………………..)
(…………………………)
1. IDENTITAS PARA PIHAK ;
Keterangan yang lengkap dari pada pihak-pihak yang berperkara yaitu: nama,
alamat/tempat tinggal.

2. FUNDAMENTUM PETENDI/ POSITA/DASAR GUGATAN


- Dasar dari pada gugatan yang memuat tentang adanya hubungan hukum
antara pihak-pihak yang berperkara
- Uraian tentang kejadian atau peristiwa (feitelijkegronden) mengenai
penjelasan duduknya perkara
- Uraian ttg hukumnya (rechtsgronden) adanya hak atau hubungan hukum
yg menjadi dasar yuridis gugatan

3. PETITUM/TUNTUTAN
Apa yang dimohon atau dituntut supaya diputus oleh pengadilan.
Penggugat harus merumuskan pertitum tersebut secara jelas dan tegas.
- Petitum Pokok
- Petitum Subsidair
JAWABAN - EKSEPSI
SUATU SANGGAHAN ATAU BANTAHAN
DARI PIHAK TERGUGAT TERHADAP
EKSEPSI/TANGKISAN
GUGATAN
1.
PENGGUGAT .
JAWABAN YG TIDAK LANGSUNG MENGENAI POKOK PERKARA;
EKSEPSI PROSESUAL : EKSEPSI YANG DIDASARKAN PADA HUKUM
ACARA PERDATA.
EKSEPSI MATERIAL : EKSEPSI YANG DIDASARKAN PADA HUKUM
MATERIL

2. POKOK PERKARA
JAWABAN YANG LANGSUNG MENGENAI
PENGAKUAN : TERGUGAT MEMBENARKAN ISI GUGATAN PENGGUGAT
BAIK SEBAGIAN MAUPUN SELURUHYNYA.
BANTAHAN/SANGKALAN : MENOLAK ATAU TIDAK MEMBENARKAN ISI
GUGATAN PENGGUGAT.
REPLIK
SETELAH JAWABAN DISAMPAIKAN OLEH TERGUGAT, MAKA
ACARA SELANJUTNYA ADALAH PENYAMPAIAN REPLIK.

REPLIK, SANGGAHAN-SANGGAHAN YANG DISAMPAIKAN OLEH


PENGGUGAT TERHADAP JAWABAN YANG DISAMPAIKAN OLEH
TERGUGAT.

TUJUANNYA, UNTUK MEMBANTAH/MEMATAHKAN SETIAP DALIL


YANG DIKEMUKAKAN TERGUGAT DALAM JAWABANNYA
SEHINGGA GUGATAN MENJADI KUAT DAN BISA DIKABULKAN
OLEH MAJELIS HAKIM
DUPLIK

SETELAH REPLIK DISAMPAIKAN OLEH PENGGUGAT, MAKA


ACARA SELANJUTNYA ADALAH PENYAMPAIAN DUPLIK OLEH
TERGUGAT.

DUPLIK, SANGGAHAN-SANGGAHAN TERGUGAT TERHADAP


REPLIK YANG DIAJUKAN PENGGUGAT.
PEMBUATAN
REPLIK DAN DUPLIK

PEMBUATAN REPLIK DAN DUPLIK DIMULAI


DENGAN PERNYATAAN-PERNYATAAN YANG AKAN
DIBANTAH, KEMUDIAN DIIKUTI BANTAHAN-
BANTAHAN ATAS PERNYATAAN ITU, KEMUDIAN
DIMOHON AGAR HAKIM MEMBERIKAN PUTUSAN
SESUAI DENGAN KEPENTINGAN PIHAK YANG
MENGAJUKAN BANTAHAN.
PEMBUKTIAN
PEMBUKTIAN, PENYAJIAN ALAT-ALAT BUKTI YANG
SAH MENURUT HUKUM KEPADA HAKIM YANG
MEMERIKSA PERKARA GUNA MEMBERIKAN
KEPASTIAN TENTANG KEBENARAN PERISTIWA YANG
DIKEMUKAKAN.

PERISTIWA-PERISTIWA YANG DIKEMUKAKAN PIHAK-


PIHAK YANG BERPERKARA UNTUK DIJADIKAN DASAR
PERTIMBANGAN PUTUSAN HAKIM (PERISTIWA YG
RELEVAN)
Contoh Gugatan
Jakarta,…………... 2006

Kepada Yth.,
Ketua Pengadilan Hubungan Industrial
Pada Pengadilan Negeri ……………
Di-
…………………………

HAL. SURAT GUGATAN.

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan dibawah ini ………………. ………………… beralamat


di ……………… …………….. bertindak untuk dan atas nama diri sendiri (
kalau sebagai kuasa sebutkan siapa pemberi kuasa dan surat kuasanya),
dalam hal ini selanjutnya disebut penggugat.
Dengan ini mengajukan gugatan terhadap :

……………………….., beralamat (berkedudukan) di jalan.


……………………………..… dalam hal ini selanjutnya disebut tergugat.

Adapun dasar gugatan penggugat adalah sebagai berikut: (disebut


PUNDAMENTUM PETENDI / POSITA)

1. ……………………………………………………
……………………………………………………
……………………………………………………

(Jelaskan/uraikan peristiwa atau kejadian yang menjadi dasar sehingga


ada hubungan hukum antara penggugat dengan tergugat serta apa
kepentingan hukum penggugat dalam mengajukan gugatan ini ).
2. ………………………………………………….
…………………………….……………………
…………………………….……………………
………………………………………………….
………………………………………………….

(sebutkan/uraikan secara yuridis adanya hak sebagai dasar hukum dari


pada gugatan/tuntutan penggugat. Dasar hukum disini tidak mesti
merupakan penyebutan pasal-pasal undang-undang atau peraturan
yang dijadikan dasar tuntutan).
Berdasarkan uraian-uraian atau dalil-dalil tersebut diatas, maka
penggugat memohon kepada yang terhormat majelis hakim untuk memeriksa
dan memutus perselisihan hubungan industrial ini dengan amar
putusan sebagai berikut : (disebut petitum).

1. ………………………………………………………..
2. …..………………………………………… …………

(Sebutkan tuntutan apa yang penggugat inginkan untuk diputuskan oleh


hakim)

Atau;
Apabila majelis hakim berpendapat lain mohon keadilan yang seadil-
adilnya (ex aequo et bono).

Demikian disampaikan, terima kasih.

Hormat penggugat,

(…………………………)
Contoh Jawaban

JAWABAN

PERKARA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL


NO. …………

ANTARA
………………..…… (NAMA JELAS)
PENGGUGAT

MELAWAN

…………………….. ( NAMAJELAS)
TERGUGAT
Contoh Replik

REPLIK
PERKARA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
NO. …………

ANTARA
………………..…… (NAMA JELAS)
PENGGUGAT

MELAWAN

…………………….. ( NAMAJELAS)
TERGUGAT
Penggugat dengan ini menyampaikan replik atas jawaban tergugat
tertanggal ………….. 2006 sebagai berikut :

1. Pertama-tama penggugat menyatakan bahwa penggugat tetap pada dalil–


dalilnya sebagaimana telah dikemukakan dalam gugatan penggugat.
2. Bahwa tergugat dalam jawaban tergugat tidak menyangkal dalil
penggugat mengenai adanya hubungan kerja antara tergugat
dengan penggugat selama … tahun dengan upah terakhir yang
diterima pengugat sebesar Rp ………..… , dengan demikian
tergugat mengakui dalil gugatan penggugat tersebut.

3. ……………………………………………………Dst.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, sudah selayaknya gugatan
penggugat dikabulkan seluruhnya,

Demikian disampaikan terima kasih.


……………., 2006
Hormat Penggugat,

(………………………….)
Contoh Duplik

DUPLIK
PERKARA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL NO. …………

ANTARA

………………..…… (NAMA JELAS)


PENGGUGAT

MELAWAN

…………………….. ( NAMAJELAS)
TERGUGAT
Tergugat dengan ini menyampaikan Duplik atas Replik Penggugat
tertanggal ………….. 2006 sebagai berikut :

1. Pertama-tama tergugat menyatakan bahwa tergugat tetap pada dalil


–dalilnya sebagaimana telah dikemukakan dalam jawaban tergugat terhadap
gugatan penggugat.
2. ……….…………………..………………dst.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, sudah selayaknya gugatan penggugat


ditolak seluruhnya,

Demikian disampaikan terima kasih.


Jakarta, ……………. 2006

Hormat tergugat,

(………………………….)
BUKTI PENGGUGAT
DALAM PERKARA PHI NO……..

Untuk dan atas nama penggugat dengan ini mengajukan bukti-bukti surat
sebagai berikut :

1. P - 1 : Surat Keputusan Direksi PT. ……………….. No. ……. Tgl


..…………….Tentang Pemutusan Hubungan Kerja;

2. P - 2 : Data Absensi Pekerja Tgl………… s/d ………….. Mei 2006;

3. P - 3 : Slip Gaji Terakhir Penggugat Bulan Mei 2006;

4. Dst.

Demikian disampaikan terima kasih,

Hormat Pengugat,

(…………………..)

Вам также может понравиться