Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KELOMPOK I DAN II
Kelompok I: Kelompok II:
• Karina Suandra • Yopi Oktori
• Mutiara Sekar • Tessa Fafia
• Nursyaddiyah • Andri Kurniawan
• Vanny Ocktaria • Diah Nur Fajri
• Tiara Larasati • Radian Futuraika
• Chintya Putrima • Kartika Sari
• M. Fadhli Abdullah • Geby Susanti
• Azzara Dwi Putri • Suci Mardila
• Yessi Resti Pardian • Fifil Riski S
• Barkah Adina Putra • Guntur Sahadi
ILA’
Pengertian
Ila’ adalah sumpah suami untuk tidak mendatangi
istrinya dalam jangka waktu tertentu. Muhammad bin ‘Ali
bin Muhammad Asy-Syaukani menjelaskan :
من حلف على يمين فرأى غيرها خيرا منها فليأت الذي هو خير وليكفر عن
يمينه
Artinya : Barangsiapa bersumpah atas suatu hal, lalu
ia melihat yang selain sumpah tersebut lebih baik,
datangilah yang dia lebih baik tersebut, dan hendaknya ia
batalkan sumpahnya. (H.R Muslim)
Empat bulan ke atas
Adapun jika suami bersumpah tidak akan
menyetubuhi istrinya selama-lamanya, atau dengan
mengucapkan waktu tertentu yang lebih dari empat
bulan, sang suami bisa membatalkan sumpahnya,
membayar kaffarah, setelah itu boleh kembali
menyetubuhi istrinya.
Namun, jika ia tidak membatalkan sumpahnya,
istri menunggu sampai waktu ila’ habis hingga empat
bulan. Setelah itu, istri meminta atau memberikan dua
pilihan kepada suami untuk:
(1) menyetubuhinya atau
(2) menceraikan dirinya saja.
Jika suami memilihi opsi (1), tentu saja berarti
rumah tangga pasangan suami istri tersebut berlanjut
kembali.
Jika suami memilih opsi (2), jatuhlah talak/cerai
dari pihak suami.
Namun, jika suami tidak memilih opsi (1) maupun
(2) maka JATUH TALAK secara OTOMATIS,
meskipun suami tidak mengucapkan lafal talak.
LI’AN
Pengertian
Kata li’an menurut bahasa berarti alla’nu
bainatsnaini fa sha’idan (saling melaknat yang terjadi
di antara dua orang atau lebih).
Sedang, menurut istilah syar’i, li’an ialah sumpah
dengan redaksi tertentu yang diucapkan suami bahwa
isterinya telah berzina atau ia menolak bayi yang lahir
dari isterinya sebagai anak kandungnya, dan
kemudian sang isteri pun bersumpah bahwa tuduhan
suaminya yang dialamatkan kepada dirinya itu
bohong.
Dalam definisi sederhana li’an yaitu sumpah suami
yang menuduh istrinnya berbuat zina, sedangkan dia
tidak mampu mendatangkan empat orang saksi.
Hukumnya
Apabila suami isteri melakukan mula’anah atau
li’an, maka berlakukan pada keduanya hukum-hukum
berikut ini :
Keduanya harus diceraikan, berdasarkan hadist:
Dari Ibnu Umar r.a , ia berkata, “Nabi saw
memutuskan hukum di antara seorang suami dan istri
dari kaum Anshar, dan menceraikan antara
keduanya.”
Keduanya haram ruju’ untuk selama-lamanya
Dari Sahl bin Sa’d ra, ia berkata, “Telah berlaku
sunnah Nabi saw tentang suami isteri yang saling
bermula’anah di mana mereka diceraikan antara
keduanya, kemudian mereka tidak (boleh) ruju’ buat
selama-lamanya.”
Wanita yang bermula’anah berhak memiliki mahar
Anak yang lahir dari isteri yang bermula’anah,
harus diserahkan kepada sang isteri (ibunya).
Dari Ibnu Umar r.a ia berkata, “Sesungguhnya
Nabi saw pernah memutuskan untuk mula’anah
antara seorang suami dengan isterinya kemudian ia
(suami) dipisahkan dari anaknya, lantas Beliau
menceraikan antara mereka berdua, kemudian anak
itu Rasulullah serahkan kepada isterinya.”
Isteri yang bermula’anah berhak menjadi ahli waris
anaknya dan begitu juga sebaliknya.
Akibat Li’an
o Suami yang mengucapkan li’an bebas dari ancaman had
qazaf dalam arti tuduhan yang dilemparkan itu dinyatakan
benar.
o Perzinaan yang dituduhkan suami berarti betul terjadi atau
ternyata secara hukum istri telah berzina.
o Hubungan nasab antara suami yang men-li’an dengan anak
yang dikandung istrinya itu terputus dan untuk selanjutnya
nasab anak dihubungkan kepada ibunya.
o Istri yang di-li’an bebas ancaman had zina,dangan begitu
secara hukum dia tidak betul berbuat zina.
o Perkawinan di antara keduanya putus untuk selamanya.
Tentang berlaku perceraian untuk selamanya berdasarkan
kepada hadis tentang kasus li’an yang berasal dari sahl bin
said yang di keluarkan abu daud yang berbunyi:
“Tidak berlaku sunnah tentang suami istri yang
saling meli’an bahwa keduanya tidak boleh bertemu
untuk selamanya”.
Pelaksanaan
Jika suami menuduh istrinya berbuat zina, maka
hakim menetapkan agar mereka saling melakukan li’an.
Hakim memerintahkan suami untuk bersaksi empat kali
dengan nama Allah SWT bahwa ia orang yang benar dalam
tuduhan atau pengingkarannya terhadap anak yang
dikandung istrinya itu. Pada yang kelima kali ia
menyatakan bahwa laknat Allah SWT akan menimpanya
jika ia berdusta dengan tuduhannya.
Setelah itu barulah istri mengemukakan kesaksiannya
dengan nama Allah SWT empat kali dengan pernyataan
bahwa suami termasuk orang yang berdusta terhadap
tuduhannya atau pengingkarannya terhadap anak yang
dikandungnya. Kemudian pada yang kelima kalinya ia
menyatakan bahwa kemarahan Allah SWT akan
menimpanya jika suami orang yang benar terhadap
tuduhan dan pengingkarannya terhadap anak tersebut.
Apabila ada seorang suami dengan nyata-nyata
melihat istrinya melakukan perzinaan secara langsung
sang suami tidak bisa langsung memvonis sang istri
melakukan perbuatan zina, akan tetapi dia harus
mendatangkan 4 orang saksi untuk kehati-hatian dan juga
sumpah yang harus diucapkan oleh pihak suami dan istri,
sebagaimana dijelaskan Allah dalam surat an-Nur (24)
ayat 6-9.
“Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina),
padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain
diri mereka sendiri, Maka persaksian orang itu ialah
empat kali bersumpah dengan nama Allah,
sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang
benar. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la’nat Allah
atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta.
Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya
empat kali atas nama Allah Sesungguhnya suaminya itu
benar-benar termasuk orang-orang yang dusta. Dan
(sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika
suaminya itu termasuk orang-orang yang benar.” (QS
An-Nuur: 6-9).
Gugurnya Li’an
Li’an bisa gugur bila terjadi hal- hal sebagai
berikut:
o Secara mendadak suami yang melakukan li’an
kehilangan kecakapannya bertindak hukum, seperti gila
atau murtad.
o Suami menalak istrinya setelah ia menuduh istrinya
berbuat zina dan sebelum diproses di muka hakim, atau
suami itu wafat sebelum li’an sempurna.
o Suami berdusta, sehingga suami dikenai hukuman
qadzf.
ZIHAR
Pengertian
Zihar diambil dari kata Zahr yang berarti
punggung . Kalau seseorang suami mengatakan
kepada istrinya "Anti Alayya Kazahri Ummi," artinya
engkau bagiku adalah seperti punggung ibuku, berarti
si suami telah menzihar istrinya.
Menzihar tersebut maksudnya suami haram
menggauli istrinya untuk selama-lamanya.
Pada zaman Jahiliyyah zihar adalah sama dengan
talak. Setelah Islam datang, Zihar bukan talak, zihar
adalah perbuatan yang terkutuk dan haram
hukumnya. Dan orang yang menzihar istrinya harus
membayar kafarat.
Hukum
Para ulama sepakat mengatakan zihar itu hukumnya
haram. Oleh sebab itu orang yang melakukan zihar berarti
melakukan perbuatan yang berdosa. Kesepakatan para
ulama ini berdasarkan penjelasan yang gamblang dari Al-
Qur'an dan Hadits tentang tidak bolehnya zihar:
o Haram menyetubuhi istrinya itu sebelum ia membayar
kafarat zihar
o Penzihar wajib membayar kafarat zihar
Setelah kafarat ini di bayar oleh penzihar barulah
penzihar berhak kembali kepada istrinya, kafarat zihar
yang haruslah dibayar harus berurutan.
Bentuk kafarat zihar tersebut adalah memerdekakan
budak perempuan, jika tidak mampu maka dia harus
puasa selama dua bulan berturut-turut, jika tidak mampu
maka dia harus memberi makan kepada 60 orang miskin.
Rukun
Zhihar memiliki beberapa rukun, yaitu :
o Suami
o Istri
o Perkara yang diserupakan
o Lafaz zihar