Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Minggu *3 – 10
Minggu ke-1 – 4 Sistem nefrik yang
Pembentukan paling primitif adalah pronefros,
organ yang merupakan derivat dari
lempeng intermediate
mesodermis
Tidak Lengkap
lengkap
Y type V type
ureter ureter Ureter kutub Ureter kutub
atas ginjal bawah ginjal
Fenomena
Yo-Yo
Lebih pangjang, Lebih pendek,
muara lebih distal, muara lebih
sering obstruksi proksimal-lateral,
Mungkin disertai sering VUR
muara ektopik atau
ereterokel
Gambar 16. Duplikasi ureter bilateral, pada pemeriksaan
PIV.11
6.B Ureterokel
Ureterokel adalah sakulasi atau dilatasi kistik terminal
ureter. Letaknya mungkin berada dalam buli-buli
(intravesikel) atau mungkin ektopik diluar muara ureter yang
normal, antara lain terletak di leher buli-buli atau uretra.
Ureterokel yang letaknya intravesikel biasanya adalah satu-
satunya ureter pada sisi itu, sedangkan uretrokel ektopik
pada umumnya berasal dari duplikasi ureter yang
menyalurkan urine dari ginjal kutub atas.
Gambar 17. Ureterokel. Perhatikan penyempitan muara
ureter.4
Gambar 18. Urografi dari ureterocele
6.C Stenosis Uretro-pelvic
Hidronefrosis yang disebabkan oleh kelainan kogenital
berupa stenosis UPJ adalah kelainan obstruksi yang paling
paling banyak dijumpai pada masa anak. Kelainan yang terjadi
adalah halangan aliran urine dari pelvis renalis ke dalam ureter.
Gambar 19. Obstruksi ureteropelvic
junction menyebabkan hidronefrosis.4
Gambar 20. Gambaran IVU Obstruksi PUJ kanan. Tampak
dilatasi sistem pelvikalises sebelah kanan.4
Ureter ektopik tergantung dari kelainan yang
terdapat pada ginjal. Jika ginjal sudah mengalami kerusakan
dilakukan nefroureterektomi, tetapi kalau masih bisa
dipertahankan dilakukan implantasi ureter pada buli.4
Ektopik ureter pada perempuan menyebabkan
hidronefrosis dan infeksi kronik jaringan ginjal, jalan terbaik
di eksisi. Jarang inkontinensia bisa disembuhkan, dan fungsi
ginjal dipelihara dengan menanamkan kembali ureter
ektopik ke kandung kemih atau ureter kontralateral.12
7.A Nefroureteroktomi
7.B Reimplantation
1. Basuki B Purnomo. Dasar-dasar Urologi. Ed 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Sagung Seto, 2011. Hal 197-213
2. Brunicardi C, ect. Schwartzs Prectice of Surgery.10th Edition. Mc Graw Hill Education, New York. Halaman 1651
3. Eroschenko P. Atlas Histologi Difiore. Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Halaman 367.
4. Putz R dan Pabst R. “Atlas Anatomi Manusia Sobotta”. Jilid 2. Edisi 22. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Halaman 182
5. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
6. Kenedy J. “Sabiston Textbook of Surgery”. 19th Edition. Elsevier. Philadelphia. 2012. Halaman 2052.
7. Garden OJ, ect. “Principles and Practice of Surgery”. 6th editions. Elsevire. Oxford. Halaman 418.
8. Alan J, ect. Campbell-Walsh Urology. 7th Edition. Elsevier. China. Halaman 3075.
9. Tanagho EA and McAninch JW. Smith’s general urology, 17th edition. Lange. Halaman 559.
10. Sjamsuhidajat R dan Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 4. Jakarta: Penertib Buku Kedokteran EGC, Halaman
1997.
11. Rasad S. Radiologi Diagnostik. Edisi 2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
12. Bailey and Loves, “Short Practice of Surgery”. 25th Edition. Hodder Education, London. Hal 1288-1289
13. Temiz, yusuf dkk, Ectopic Ureter Draining A Poorly Functioning Renal Moiety Can Be Missed By IVP But Not By
MRU. 2007. Urology Department,School of Medicine, Marmara University Hospital, Altunizade, Istanbul, Turkey
14. Hanson, Gregory H, dkk. Diagnosis of Ectopic Ureter as A Cause of Urinary Incontinence. 2012. Department of
Radiology, Stanford University School of Medicine, Stanford, California.