Вы находитесь на странице: 1из 21

Oleh:

CLINICAL SCIENCE SESSION Sarah Qurrotun Aini


NPM 130112140533

TETANUS Preseptor:
Lisda Amalia, dr., Sp.S.
DEFINISI
• Penyakit sistem saraf yang perlangsungannya akut
PERDOSSI dengan karakteristik spasme tonik persisten dan
eksaserbasi singkat

Sir William • Penyakit pada susunan saraf yang ditandai dengan


spasme tonik persisten disertai dengan serangan
Gower (1988) yang jelas dan keras.

• Awitan akut dari kondisi hipertonia dan kontraksi


CDC otot yang menimbulkan nyeri (biasanya otot-otot
rahang dan leher) serta spasme otot umum tanpa
adanya penyebab lain yang dapat diidentifikasi.
Clostridium tetani:
ETIOLOGI basil gram (+), obligat anaerob, mampu
membentuk spora (dorman bulanan-
tahunan).

Ditemukan: banyak di tanah, 10-40%


kotoran binatang (kuda, sapi, babi, domba,
kambing, anjing, tikus, ayam) dan manusia.

Spora dapat mati dengan autoclave


tekanan 1 atm dan 120ºC selama 15 menit.
PATOMEKANISME
• Spora masuk dalam jaringan manusia melalui luka trauma, jaringan
nekrosis, dan jaringan yang kurang vaskularisasi.
• Port of entry lain: akupuntur, tumor nekrotik, lubang anting, pedikur,
otitis media, suntikan IM/IV, luka bakar, ulkus, gangren, gigitan ular
yang nekrosis, septic abortion, kelahiran, bedah yang terkontaminasi
tanah, metal halus.
•Suasana anaerob: membentuk endospora, menghasilkan tetanolisin
dan tetanospasmin

• Perusakan jaringan lokal di sekitar luka,


Tetanolisin optimalisasi untuk tumbuh dan multiplikasi bakteri

• Berperan dalam memunculkan sindrom klinis


Tetanospasmin tetanus
toxin acts directly on:
• skeletal muscle at the
point where the axon
forms the endplate
PATOMEKANISME • cerebral cortex
• Sympathetic nervous
Tetanospasmin (single system in
150-kDa protein) hypothalamus
Heavy chain (100-kDa) Light chain (50-kDa)

Cleaves vesicle-associated
Carboxy terminal binds membrane protein 2
with presynaptic α-motor (VAMP2/synaptobrevin)
nerve terminals (to
polysialogangliosides and
membrane protein) Prevent transmitter release

Retograde Block inhibitory interneuron discharge


transport
motor nuclei of cranial Unregulated motor nervous system,
nerve and ventral horn of abolish reciprocal innervation
spinal cord
GABA-ergic presynaptic Agonist and antagonist
inhibitory interneuron terminals contract altogether  skeletal
muscle spasm
ALGORITME PERJALANAN TETANUS
MANIFESTASI KLINIS
Terdapat 3 tipe klinis tetanus, yaitu:
1. Lokal
Kaku, tightness, dan nyeri pada otot sekitar luka diserta twitching dan spasme otot tsb.
Paling sering terjadi pada luka di tangan atau lengan.
Teraba hipertonus gradual pada saat digerakkan yang diikuti dengan recruitment spasm.
Gejala dapat bertahan dalam beberapa minggu atau bulan sebelum berkurang dan
menghilang.

2. Sefalik
Luka pada wajah dan kepala
Inkubasi singkat (1-2 hari)
Otot yang terganggu (biasanya wajah) menjadi lemah atau paralisis, namun jika terjadi
tetanic spasm, otot ini ikut berkontraksi.
Spasme melibatkan lidah dan tenggorokan dengan disartria, disfonia, dan disfagia.
Oftalmoparesis dapat terjadi, namun sulit dinilai akibat blefarospasme berat.

3. generalisata
MANIFESTASI KLINIS
Terdapat 3 tipe klinis tetanus, yaitu:
3. Generalisata
Manifestasi awal: trismus
Menyebar ke leher, batang tubuh, dan ekstremitas
Unremitting rigidity:
a. Board like abdomen
b. Ekstensi rigid tungkai
c. Pursed lip or retracted (risus sardonicus)
d. Mata tertutup sebagian akibat kontraksi orbicularis oculi
e. Alis terangkat akibat spasme otot frontalis
Dapat pula terjadi paroxysms of tonic contraction or spasm of muscles (tetanic
seizure), baik spontan maupun dengan rangsang, tanpa kehilangan kesadaran
(painful)  opistotonus (forward flexion of trunk, flexion and adduction of arm,
clenching of fist, extension of legs)
KLASIFIKASI (UDWADIA)
Tingkat Trismus Kaku Kejang Respirasi Disfagia
Umum
Tingkat I Ringan- (+) (-) Normal (-)/ringan
(ringan) sedang
Tingkat II sedang (+) Ringan- >30-35 Ringan
(sedang) sedang x/menit
(singkat)
Tingkat III Berat (+) Lama >45 x/menit, berat Takikardia >120
(berat). apnea x/menit,
↑otonom
moderat dan
menetap
Tingkat IV Berat (+) Lama >45 x/menit, berat autonomic storm
(sangat apnea
berat)
KLASIFIKASI (PATEL JOAG)
Kriteria I: rahang kaku, spasme terbatas, disfagia dan
kekakuan otot tulang belakang
Kriteria II: spasme saja tanpa melihat frekuensi dan
derajatnya
Kriteria III: periode inkubasi ≤7 hari
Kriteria IV: periode onset ≤48 jam
Kriteria V: kenaikan suhu rektal sampai 100°F dan
aksilla sampai 99°F (=37,6 derajat Celcius).
KLASIFIKASI (PATEL JOAG)
Tingkat I (ringan): minimal 1 kriteria (K I atau K II) ,
mortalitas 0%.
Tingkat II (sedang): minimal 2 kriteria (K I dan K II)
dengan masa inkubasi > 7 hari dan onset > 2 hari,
mortalitas 10%.
Tingkat III (berat): minimal 3 kriteria dengan inkubasi < 7
hari dan onset < 2 hari, mortalitas 32%.
Tingkat IV (sangat berat): minimal 4 kriteria dengan
mortalitas 60%.
Tingkat V: biasanya mortalitas 80% dengan 5 kriteria
termasuk didalamnya adalah tetanus neonatorum maupun
tetanus puerperium.
KLASIFIKASI (ABBLET)
Tingkat Trismus Spastis Kejang Respirasi Disfagia
itas
umum
Grade I Ringan- (+) (-) Normal (-)/ringan
(mld) sedang
Tingkat II sedang (+) Ringan- Sedang- Ringan
(moderate) sedang takipnea
(singkat)
Tingkat III Berat (+) Spontan Serangan berat Takipnea,
(berat). lama apnea takikardia,
↑otonom sedang
dan meningkat
Tingkat IV Berat (+) Spontan Serangan berat autonomic storm
(sangat lama apnea
berat)
TATA LAKSANA
1. Eradikasi bakteri
2. Manajemen luka
3. Netralisasi toksin
4. Terapi suportif selama akut
5. Rehabilitasi
6. Imunisasi
1. ERADIKASI BAKTERI
Metronidazol 4x500mg (PO/IV) selama 7-10 hari

Atau Penisilin 4x2 Mega Units selama 8 hari (bila


alergi, ganti dengan tetrasiklin atau eritromisin)
2. MANAJEMEN LUKA
Luka rentan tetanus Luka tidak rentan tetanus
>6-8 jam <6 jam
Kedalaman >1 cm Superfisial <1 cm
Terkontaminasi Bersih
Bentuk stelat, avulsi, atau Bentuk linear, tepi tajam
hancur
Denervasi iskemik Neuro/vaskuler intak
Terinfeksi (purulen, Tidak terinfeksi
jaringan nekrotik)
2. MANAJEMEN LUKA
1. Semua luka harus dibersihkan Dosis Tt:
dan debridemen sebaiknya
dilakukan jika perlu •Usia ≥7 tahun: 0,5 ml IM

2. Dapatkan riwayat imunisasi •Usia <7 tahun: beri DTP atau


tetanus jika mungkin DtaP

3. Tetanus toxoid diberikan jika Dosis TIG:


riwayat booster terakhir >10 •Dewasa: 250-500 IU IM
tahun. Jika tidak tahu, berikan.
•Anak: 250 IU IM
4. Jika imunisasi terakhir >10
tahun yang lalu, beri TIG.
3. NETRALISASI TOKSIN
ATS 10.000 IU IM
Atau
HTIG 500 IU
4. TERAPI SUPORTIF
a. Kaku otot (ringan: 3x5-20 mg PO, sedang: 5-10 mg IV bila perlu,
berat 50-100 dalam 500 ml D5% kecepatan 10-15 mg/jam
selama 24 jam)

b. Kontrol disfungsi otonom (cairan fluid loading 8L/hari, morfin 20-


180 mg/hari, propanolol 3x5-20 mg, atropin 100 mg/hari)

c. Komplikasi respirasi (trakeostomi, ventilator dan ICU)

d. Gangguan kardiovaskuler (ACEI, CCB, digoksin, beta blocker)

e. Gangguan gastrointestinal (antasida, ranitidin 3x150mg)

f. Gangguan renal dan elektrolit


24 JAM PERTAMA
a. ATS 10.000 IU IV atau HTIG 300-5.000 IU IM/IV
b. Tt 0,5cc IM
c. Nutrisi 3.500-4.500 kalori/hari dengan 100-150 gr protein
d. Metronidazol 3x500 mg IV/PO selama 7-10 hari
e. Trakeostomi
f. Debrdemen luka
g. NGT, CVP, folley kateter pada grade II-IV
h. Diazepam atau vancuronium 6-8 mg/hari
i. Bila kejang, diazepam 1 ampul IV perlahan selama 3-5 menit.
Ulang maksimal 3 kali setap 15 menit.
j. Hindari tindakan merangsang.
k. Pertahankan jalan napas, suction berkala
TERIMA KASIH 

Вам также может понравиться