Вы находитесь на странице: 1из 86

SKENARIO 1

KULIT NYERI DAN GATAL


Pembimbing Tutor: dr. Sri Udaneni Sp. MK

Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Indonesia
Kelompok 1A
1. Reza Ami Putra 1361050032
2. Radia Putri Kurniawati 1361050049
3. Valentine Angel Monica 1361050086
4. Carina Fransita Tauk 1361050124
5. Atika Rahmah 1361050177
6. Hotland Sitorus 1361050205
7. Atikah Fauziningtyas 1361050216
8. Daniels 1361050243
9. Fistyanisa Elya Charilda 1361050246
10. Cathleen Kenya 1361050253
11. Dudi Barham 1261050196
12. Laura Rumandas 1261050080
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa/i mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan:
1. Anatomi Kulit
2. Histologi Kulit
3. Fisiologi Kulit
4. Definisi dan Klasifikasi Dermatitis
5. Epidemiologi Dermatitis
6. Etiologi dan Faktor Resiko Dermatitis
7. Manifestasi Klinis Dermatitis
8. Patofisiologi Dermatitis
9. Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
10. Differential Diagnose
11. Penatalaksanaan
Hipotesis

Adanya hubungan keluhan


yang dialami pasien dengan
deterjen yang digunakan
ANATOMI KULIT
Introduksi

Kulit merupakan
Kulit memiliki luas ±
organ tubuh paling
1,5 meter persegi
besar yang melapisi
atau sekitar 15 %
seluruh bagian
dari BB manusia
tubuh
Anatomi Kulit

Epidermis Dermis Sub-kutan

Stratum Stratum Stratum Stratum Pars Pars


Korneum lusidum granulosum basalis papilare Retikulare
Anatomi Kulit
Adneksa Kulit
Merupakan struktur yang berasal
dari epidermis tapi mengalami
perubahan bentuk dan fungsi
Terdiri Kelenjar keringat
dari Rambut
Kuku
Adneksa Kulit

Kuku
Rambut
Kelenjar
Keringat
HISTOLOGI KULIT
Dermatitis Kontak
Kulit
Terbagi : kulit tebal dan tipis  refer to epidermal layer.

Kulit tebal : telapak tangan dan kaki > 400 - 600 μm

Kulit tipis : kulit yang melapisi tubuh > 75 – 150 μm

Terbagi atas lapisan :


• a. Epidermis
• b. Dermis ( corium)
• c. Hypodermis =subcutaneous (jar. penyamb jarang)
EPIDERMIS Terdiri dari lapisan:
• 1. stratum dysjunctum
• 2. stratum corneum
• 3. stratum lucidum
• 4. stratum granulosum
• 5. stratum spinosum
• 6. stratum basale
Epidermis
Epitel stratified squamous keratinized epithelium (berlapis gepeng bertanduk)

Terdapat 3 jenis sel :


• melanosit
• sel langerhans
• sel merkel
Str. basale
• Epitel selapis kubis
• Stem cells : aktifitas mitosis renewal epidermis (15-30 days) tergantung dari umur, regio, faktor
lain.
• Sel mengandung intermediate keratin filament
Str. spinosum
• sel bbtk kubis atau agak gepeng
• Tdpt kelompokan filamen dalam sel (tonofilamen)
• Mitosis sel dalam lapisan ini disbt Malpighian layer.
Str. granulosum
• Tdd 3-5 lapis sel poligonal dng granul basophil
• ( =Keratohyalin granules) yg merupakan protein phosphorylated
histidine.
• EM karakteristik terlihat membrane coated lamellar granule
Str. lucidum
• jelas pada kulit tebal,translucent.

Str. corneum
• Tdd 15 – 20 lapisan sel gepeng nonnucleated.
• Sitoplasma sel berisi skleroprotein filamen disbt Keratin
• Keratin tdd 6 polipeptid yg berbeda
• After keratinization sel berisi protein fibrillar dan amorf disertai plasma
membran menebal disbt Horny cells
Dermis
Jaringan penyambung padat berbentuk irregular yg mensupport epidermis dan
berikatan dgn jar. subcutan (hypodermis)

Tebal : 0,6 mm – 3 mm, pada wanita lebih tipis dibanding pria.

Papillary layer :
• superficial,fibroblast,serat elastin dan kolagen type 3 banyak kapiler.

Reticular layer :
• serat kolagen type 2, terisi matriks ekstrasel yang mengandung dermatan sulfat dan
glikosaminoglikan, sel fibroblas, makrofag, lymfosit dan mast cells. Mbtk grs paralel dgn
permukaan tubuh dibt lines of Langer  surgical important and minimize scar tissue
Melanocytes
Warna kulit dihasilkan oleh beberapa faktor yg terpenting adalah melanin (
hitam),karoten ( kekuningan) dan hemoglobin ( kemerahan)

Menghasilkan : Eumelanin  pigmen berwarna coklat gelap dhslkan


oleh sel antara str. basale dan folikel rambut.

Pheomelanin  pigmen rambut merah mengandung cystein

Merupakan derivat neural crest cells, sel bbtk bulat, small mitochondria,
golgi kompleks, RESr

Sintesa melanin dari tyrosine


Kulit Tebal
Str.dysjunctum

Str.corneum
Str.granulosum
Str.lucidum

Str.spinosum

dermis
Str.basale Meissner
corpuscle
hypodermis
Epitel Berlapis Gepeng Bertanduk

epidermis

Organ : kulit telapak dermis


tangan
KULIT TEBAL
KULIT TIPIS
Kulit Tipis

epidermis
dermis
Kulit Tipis

epidermis

rambut

Organ :Kulit ketiak


Kulit tipis

Cuticula rambut

Epitel berlapis gepeng tanpa tanduk

Folikel rambut

Kel.cebasea
Rambut
Rambut merupakan struktur yang berasal dari lekukan epitel epidermis

Warna, ukuran, susunan berbeda menurut ras, usia, seks dan daerah tubuh

Pada rambut mempunyai periode pertumbuhan dan periode istirahat lamanya


masa pertumbuhan dan masa istirahat bervariasi sesuai daerah tubuh.
• Di kulit kepala : masa pertumbuhan (Aragen) dapat berlangsung beberapa tahun, sementara
masa istirahat (kategen dan telagen) rata-rata 3 bulan.

Pertumbuhan pada : kulit kepala, muka dan pubis sangat dipengaruhi oleh
hormon kelamin, terutama hormon androgen, dan hormon adrenal dan hormon
tiroid
Akar rambut/folikel rambut terdapat di daerah dermis pada
dermis banyak aliran darah untuk memberikan makanan pada
folikel rambut. Kehilangan aliran darah akan menyebabkan
pada dasar bulbus rambut dapat dilihat papila dermis

Warna rambut disebabkan oleh aktifitas melanosit yang terletak


pada papila yang menghasilkan melanin dan yang disimpan di
medula dan korteks rambut.
Folikel rambut
Folikel rambut
medula
cortex
cuticula
SAR dalam
SAR luar

Glassy membrane
Sarung Jaringan Ikat

Papila
Akar Rambut
Glands of the skin
Gld.sebaceous
• Terdapat 100 kelenjar/cm2 pd tubuh kecuali bagian muka,dahi
dan kepala terdapat 400-900 kel/cm2,tidak terdapat pd telapak
tangan dan kaki
• (hanya kel aciner). Menghasilkan cebum (komposisi
trigliserid,waxes,squalene,cholesterol +esternya),
• m/ kel holokrin,mulai berfungsi wkt pubertas,dikontrol o/
testosteron pd pria sedangkan wanita o/ adrenal dan hormon
ovarium.
Sweat glands
• kelenjar merokrin pd permukaan kulit
• kelenjar apokrin pd daerah axillar,areolar dan anal
Sweat glands

Kel.merokrin
Gld.cebasea

Musc erector pili

Gld.Holokrine
KUKU
Kuku merupakan lempeng-lempeng yang mengalami pertandukan dan
terdapat pada permukaan ujung jari.

Dasar kuku merupakan penebalan permukaan epitel jari, dimana ada


lempeng kuku.

Dilihat dari atas, dekat pangkal terlihat ada daerah putih berbentuk
bulan sabit yang disebut “Lunula”

Bagian proksimal kuku berada dalam celah kuku, disebut akar kuku

Proses proliferasi dan diferensiasi epitel yang lambat laun menghasilkan


kuku terdapat pada akar kuku.
Lapisan kuku terdiri dari lapisan kompakta dari epitel yang mengalami
pertandukkan dan sangat melekat

Kuku tumbuh ke arah distal meluncur di kulit dasar kuku (Hiponisium) yang
melanjutkan diri dengan epidermis yang meliputi permukaan ventral jari-
jari.

Fungsi utama berperan sebagai penyokong

Perluasan epidermis bertanduk pada ujung proksimal lipat kuku adalah


eponisium/cuticle.
Hyponychium

Eponychium

Akar
kuku
FISIOLOGI KULIT
Perkembangan kulit

merupakan struktur tubuh yang besar, kompleks


menutupi tubuh, sebagai pelindung tubuh.

terdiri dua lapis: epidermis dan dermis

berasal dari derivat sel germinal yang berbeda:


ektoderem dan mesoderm.
Perkembangan Kulit
jaringan epitel permukaan, terdiri epitel
Epidermis skuamosa, derivat ektoderm

lapisan tebal dibawah epidermis, jaringan


Dermis penyambung bentuk ireguler, terdiri
jaringan fibrosa, derivat mesoderm.

dibawah dermis, bukan merupakan


Subcutaneus bagian kulit.
Kulit

bersifat lembut, lunak, dan kuat, tahan


air(barier).

dapat memperbaiki diri sendiri, memisahkan


jaringan dan organ dari dunia luar/lingkungan.

organ vital untuk keberadaan kita.


lapisan-lapisan Epidermis
Dari luar ke dalam:
1. Stratum • sel tipis, datar, seperti sisik, terus
menerus dilepaskan, sel mati.
korneum
2. Stratum • sel mempunyai batas tegas, tidak
berinti.
lusidum
3.Stratum • selapis sel rata, bergranul, awal
proses keratinisasi, berhubungan
granulosum dengan kematian sel.
• sel terdiri dari beberapa
4. Stratum lapis,menyerupai jarum
menghubungkan sel satu dengan
spinosum yang lainnya.

• Germinativum sel terletak di atas


5. Stratum dermis, terus menerus membentuk
sel epidermis baru, melalui mitosis,
basale sel migrasi ke permukaan.

Epidermis tidak mengandung pembuluh darah, nutrisi dari


dermis. Merupakan pembatas tubuh dengan
lingkungan sekitar.
Dermis/korium
Lebih dalam dan tebal dari epidermis,mengandung:
• pembuluh darah untuk suplai makanan.
• sejumlah serat kolagen, elastin, dan retikuler, sebagai penyokong
kulit. Elastin membentuk tonus kulit.
• ujung akhir saraf sensorik.
• kelenjar keringat berbentuk tabung berbelit-belit jumlah banyak,
bermuara di epidermis membentuk pori. Pada daun telinga sebelah
dalam kelenjar keringat berubah sifat menjadi kelenjar serumen.
• kelenjar sebasea, bentuk kelenjar seperti botol bermuara di folikel
rambut, tidak terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki.
• rambut, kuku, kelenjar sebasea dianggap sebagai tambahan pada
kulit.
DEFINISI DERMATITIS
Dermatitis adalah peradangan kulit
(epidermis dan dermis) sebagai respons
terhadap pengaruh faktor eksogen dan
atau faktor endogen, menimbulkan
kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel,
skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal.

Source: Djuanda, Adhi dan tim. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
KLASIFIKASI
DERMATITIS
Berdasarkan Etiologi

Dermatitis
Dermatitis Kontak Dermatitis Atopik
Medikamentosa

Dermatitis Dermatitis
Dermatitis Statis
Seboroik Autosensitisasi

Source: Djuanda, Adhi dan tim. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Dermatitis Kontak
Dermatitis yang disebabkan oleh
bahan atau substansi yang
menempel pada kulit, reaksi kulit
terhadap sejumlah bahan yang
iritatif (asam atau alkali) atau
alergik (tumbuh-tumbuhan,
kosmetik atau nikel).

Dikenal dua jenis:


• Dermatitis kontak iritan
• Dermatitis kontak alergik
Dermatitis Atopik

Keadaan peradangan kulit kronis


dan residif disertai gatal.

Umumnya sering terjadi selama


masa bayi dan anak-anak sering
berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam
serum dan riwayat atopi pada
keluarga atau penderita.
Dermatitis Medikamentosa
Kelainan hipersensitivitas tipe I, ruam kulit karena pemakaian obat-
obatan atau medikasi tertentu.

Pada umumnya reaksi obat timbul mendadak, ruam dapat disertai


dengan gejala sistemik atau menyeluruh.

The most common medications that


trigger this type of reaction are
cephalosporins, codeine and penicillin.
Dermatitis Statis

Dermatitis akibat
insufisiensi kronik vena
yang menyebabkan
peningkatan tekanan
hidrostatik pembuluh
darah sehingga terjadi
ekstravasasi serum
dan sel darah merah.
Dermatitis Seboroik
Kelainan berupa Umumnya bayi dan
skuama, krusta anak umur 6 – 10
Penyebabnya
dengan bentuk dan tahun, serta orang
belum diketahui.
besar yang dewasa umur 18 –
bervariasi. 40 tahun.
Dermatitis Autosensitisasi
Dermatitis akut yang timbul pada
tempat yang jauh dari fokus inflamasi
lokal, sedangkan penyebabnya tidak
berhubungan langsung dengan
penyebab fokus inflamasi tersebut.

Gambaran klinis umumnya dalam


bentuk erupsi vesikular akut dan luas,
sering berhubungan dengan ekzem
kronis ditungkai bawah dengan atau
tanpa ulkus.
Berdasarkan Morfologi

Dermatitis Dermatitis Dermatitis


Papulosa Vesikulosa Madidans

Dermatitis
Eksfloliative

Source: Djuanda, Adhi dan tim. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Berdasarkan Bentuk

Neurodermatitis
Sirkumskripta

Dermatitis Numularis

Source: Djuanda, Adhi dan tim. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Dermatitis Numularis
Dermatitis berupa lesi berbentuk
mata uang (koin) atau agak lonjong
berbatas tegas, dengan efloresensi
berupa papulovesikel, biasanya
mudah pecah sehingga basah
(oozing).

Gambaran klinis umumnya mengeluh


sangat gatal, lesi akut berupa vesikel
dan papolu vesikel ( 0,3 – 1.0 cm )
kemudian membesar dengan cara
berkonploensi atau meluas
kesamping.
Neurodermatitis Sirkumskripta
Peradangan kulit kronis, gatal,
sirkumskrip, ditandai dengan kulit
tebal dan garis kulit tampak lebih
menonjol (likenifikasi) menyerupai
kulit batang kayu.

Akibat garukan atau gosokan yang


berulang-ulang karena berbagai
rangsangan pruritogenik.
EPIDEMIOLOGI
DERMATITIS
EPIDEMIOLOGI
Peradangan kulit (dermatitis) adalah penyakit yang
termasuk dalam 10 penyakit terbanyak di Indonesia
dengan prevalensi 3,91%.

Dapat terjadi pada berbagai golongan usia, jenis kelamin


dan ras.

80% dermatitis diakibatkan oleh kontak iritan (DKI) dan


20% akibat kontak alergen (DKA).
Epidemiologi dermatitis jika ditinjau dari
segi geografis berhubungan dengan
kondisi sosial, ekonomi dan okupansi.

Dermatitis tanpa penyakit penyerta


adalah penyakit yang seringkali
ditemukan akibat okupansi
(occupational contact dermatitis).
Epidemiologi
DKA & DKI
Okupansi
FAKTOR RESIKO DKI
Faktor Resiko
Usia

Ras

Jenis Kelamin

Perbedaan ketebalan kulit

Personal Hygiene

Riwayat penyakit kulit sebelumnya

Lama kontak dengan iritan

Suhu dan kelembapan lingkungan


PATOFISIOLOGI DERMATITIS
KONTAK IRITAN
Dermatitis Kontak Iritan

Bahan Iritan Kimiawi & Fisik

Kontak langsung
Kerusakan sel Antigen
bahan iritan

Gangguan Gangguan rasa Gangguan citra


jaringan nyaman (gatal) diri

Sularsito SA, Soebaryo RW. Dermatitis Kontak. Dalam: Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke- 7. Jakarta: FK UI; 2015. h. 156 – 164.
Gangguan Jaringan
Kerusakan Lapisan
Kelainan kulit
jaringan tanduk rusak

Merusak lapisan Mengubah Menyingkirkan


epidermis Danaturasi
daya ikut air lemak lapisan
keratin
ke kulit tanduk
Gangguan sel pada
jaringan

Lapisan epidermis Gatal dan Kelembapan Kulit


terbuka rubor kulit menurun mengering

Invasi Resiko
bakteri infeksi

Sularsito SA, Soebaryo RW. Dermatitis Kontak. Dalam: Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke- 7. Jakarta: FK UI; 2015. h. 156 – 164.
Gangguan Rasa nyaman
Sel plasma
Iritan kontang
Kontak dan basofil
dengan
langsung membentuk
Antigen
antibodi IgE

Pelepasan Memicu
Reaksi mediator proses
peradangan
kimia  degranulasi

Reaksi
Gatal dan Gangguan
menggaruk
rubor rasa nyaman
berlebih

Sularsito SA, Soebaryo RW. Dermatitis Kontak. Dalam: Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke- 7. Jakarta: FK UI; 2015. h. 156 – 164.
Ket:
• AA (Asam Arakidonat)
• DAG (Diasilgliserida)

Gangguan Citra Diri


• PAF (Platelet Activating Factor)
• IP3 (Inositida)
• PG (Protaglandin)
• LT (Leukotrien)

Kerusakan membran

Mengaktifkan fosfolipase

Melepaskan AA, DAG, PAF, IP3

AA  PG dan LT
Sebagai kemoatraktan kuat untuk Mengaktifasi sel mast untuk
Menginduksi vasodilatasi Permeabilitas vaskular  limfosit dan neutrofil melepaskan histamin

Peradangan klasik
Eritema Edema Panas nyeri
Sularsito SA, Soebaryo RW. Dermatitis Kontak. Dalam: Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke- 7. Jakarta: FK UI; 2015. h. 156 – 164.
Diagnosis DKI
Anamnesis
Identitas Ibu Neneng, 32th, Tukang Cuci
KU Bruntus kecil yang gatal, panas, pedih
Onset 4 hari
Lokasi engan bawah & punggung tangan (kanan-kiri)
Memperberat Terkena air, sabun, & keringat
Memperingan -
Kronologis -
KT -
Anamnesis
TINJAUAN SISTEM :
RPD :
RPK :
RPS :
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Dermatitis kontak iritan
Pemeriksaan penunjang
Histopatologi kulit

Patch test

Kultur bakteri  infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri

KOH  pemeriksaan mikologi superficial untuk infeksi jamur

IgE  riwayat atopik


Histopatologi Kulit
Proses hitopatologi kulit:
•Pemilihan jenis potongan jaringan kulit satu atau lebih
1

• Pengambilan potongan jaringan kulit dengan metode yang paling tepat


2

• Penanganan spesimen dengan hati-hati


3

• Fiksasi jaringan dan proses persiapan spesimen histopatologik yang baik


4

• Diagnosis histopatologi yang tepat


5
Pemilihan lokasi pengambilan potongan
jaringan kulit
Ambil dari lesi kulit yang masih utuh, tanpa kelainan sekunder

Lebih baik memilih papul/plak dibandingkan makula

Pilih kelainan fully developed dibandingan lesi yang baru/involusi

Tidak tampak kelainan khas  jika ada bekas garukan , tetap bisa diambil

Penyakit vestibulosa  ambil lesi baru+tepi vesikel dengan kulit sekitarnya

Ambil sediaan dari vesikel lama  sulit diagnosis karena sudah terjadi reepitelisasi

Ulkus  ambil jaringan di sekitar ulkus juga


Cara pengambilan potongan jaringan dan
pewarnaan
Penyakit inflamasi  punch biopsy (biosi plong)

Kelainan di dermis/sub kutis  bedah pisau

Lesi beraneka ragam/jumlah banyak  biopsi lebih dari satu

Vesikel  jgn punch biopsy! Karena akan memotong tepi


verikel sehingga atap vesikel terlepas

Pewarnaan: HE (hematoksilin-eosin), oersein, giemsa


Punch
Biopsy
Gambaran histopatologik DKI
Gambaran histopatologik DKI
Gambaran histopatologik DKI
Gambaran histopatologik DKI
Tidak khas

DKI akut (iritan primer)  dermis atas terdapat


vasodilatasi + sel mononuklear disekitar pembuluh darah

Eksoriositosis di epidermis, diikuti spongiosis, edema


intrasel, nekrosis epidermal

Dermatitis berat  vesikel/bula yang di dalamnya


terdapat limfosit dan neutrofil
Patch test
Patch test
Bahan yang diujikan
(dengan konsentrasi dan
bahan pelarut yang sudah Biarkan selam 2 hari
ditentukan) ditempelkan (minimal 24 jam)
pada kulit normal,
kemudian ditutup

Kemudian bahan tes dilepas dan kulit pada tempat


tempelan tersebut dibaca tentang perubahan atau
kelainan yang terjadi pada kulit. Pada tempat tersebut
bisa kemungkinan terjadi dermatitis berupa: eritema,
papul, oedema atau fesikel, dan bahkan kadang-kadang
bisa terjadi bula atau nekrosis.
PATCH TEST
PENATALAKSANAAN
DERMATITIS KONTAK IRITAN

Pengobatan yang terpenting adalah


menghindari pajanan bahan iritan yang
bersifat mekanik, fisis maupun kimiawi. Bila
bahan iritan tersebut dapat dihindari maka
akan sembuh dengan sendirinya tanpa
pengobatan topikal.
DERMATITIS KONTAK IRITAN
Apabila diperlukan pengobatan
dapat diberikan kortikosteroid
topikal, misalnya hidrokortison.

Selain itu hal yang terpenting lainnya


menggunakan alat pelindung diri.
Daftar Pustaka
• Sherwood, Lauralee. Fisiologi manusia: dari sel ke
sistem. Edisi ke-6. 2012. Jakarta: EGC
• Fransisca SK, Kurniawan DS, Suryawati N, Sumedha P,
Wardhana M. Efek samping kosmetika pada pekerja
salon di Denpasar. Denpasar: 2012 (Diunduh dari:
http://madewardhana.com/artikel/efek
• Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI. Ilmu
penyakit kulit dan kelamin (Edisi 7). Jakarta: 2015. Balai
Penerbit FKUI.

Вам также может понравиться