Вы находитесь на странице: 1из 25

ASSALAMU’ALAIKUM

WR. WB
ANALISIS DEBIT AIR SUNGAI MUSI AKIBAT
ADANYA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR
(PLTA) MUSI
DISUSUN OLEH:
AHMAD MUKHROJI WIRATAMA
11 2013 152. P

PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Ir. H. Jonizar, M.T. Ir. Erny Agusri . M.T.
METODE
METODE
PENELITIAN
LANDASAN PENELITIAN
LANDASAN HASIL
TEORI HASIL
TEORI PENELITIAN
PENELITIAN

KESIMPULAN
ANALISIS
KESIMPULAN
DAN SARAN
PENDAHULUAN DEBIT AIR DAN SARAN
PENDAHULUAN SUNGAI MUSI
AKIBAT
ADANYA
PEMBANGKIT
LISTRIK
TENAGA AIR
LATAR BELAKANG
Sumber daya air yang ada di Indonesia cukup besar
khususnya yang berada dipedesaan, namun pada
kenyataannya blm dimanfaatkan secara optimal begitu
nya pada Sumatera Selatan sedangkan sungai musi
adalah urutan ke-5 terpanjang di Indonesia melihat
besarnya manfaat yang ada di sungai musi dalam
memenuhi kebutuhan, maka pemerintah dan masyarakat
memanfaatkan potensi yang ada di sungai musi tersebut
salah satunya membangun Pembangkit Listrik Tenaga
Air (PLTA) Musi.
BATASAN MASALAH

1. Penelitian ini hanya meneliti pada debit hujan maksimal


atau pada musim hujan saja

2. Dalam penelitian ini hanya membahas pengaruh pada


debit sebelum adanya PLTA Musi dan Sesudah adanya
PLTA Musi
RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana pengaruh debit air sebelum adanya PLTA
Musi

2. Berapa besar debit air sebelum adanya PLTA Musi

3. Berapa besar debit air setelah adanya PLTA Musi


Lokasi Penelitian
 Penelitian ini dilakukan pada Daerah Kepahiang, Bengkulu
(PLTA Musi)
LANDASAN TEORI
1. Penelitian terdahulu

2. Definisi sungai

3. Pengertian DAS

4. Definisi PLTA

5. Prinsip Kerja PLTA

6. Tipe dan Jenis PLTA Berdasarkan Sumber Air dan


Hidrologi
7. Hidrologi dan Hidrolika

8. Analisis Frekuensi Curah Hujan


METODE PENELITIAN

Penggumpulan data melalui :

1. Data primer

2. Data sekunder
Pembahasan
Tabel 1 Curah Hujan Stasiun Klimatologi Kejalo Musi
Tahun Curah Hujan Maksium (mm/ hari)

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des

2004 340.8 499.5 419.0 218.7 223.3 137.6 180.6 155.3 86.5 164.3 374.0 528.7

2005 409.8 336.6 343.5 199.0 280.4 210.6 247 514.0 549.0 354.0 760.0 989.0

2006 508.2 619.8 249.7 253.1 166.7 219.6 84.8 65.4 168.1 180.3 313.8 866.4

2007 295.9 154.1 191.8 325.8 280.1 127.2 117.0 33.9 57.9 123.0 263.1 264.4

2008 210.8 74.4 261.6 246.5 70.7 79.7 86.5 369.0 176.4 169.1 401.4 832.6

2009 112.3 98.7 108.2 279.2 4.5 9.0 46.0 143.7 192.4 60.9 216.7 508.4

2010 284.5 394.7 342.1 156.9 107.4 57.5 86.6 163 147.7 45.0 613 75.5

2011 91.2 31.5 35.5 49.0 34.5 26.5 34.0 6.0 17.6 27.1 27.3 66.4

2012 25.0 24 26.3 30.0 16.4 99.0 3.5 16.4 87.7 156.9 156.9 372.4

2013 430.2 318.5 232.3 216.8 329.8 196.5 479.9 196.6 351.2 259.6 523.1 330.1

2014 340.5 218.4 120.5 66.3 82.0 251.7 156.2 312.0 331.1 214.9 241.3 354.1

2015 234.2 467.1 136.2 46.8 292.1 147.0 182.4 312 172.1 346.3 215.4 472.8

Total
3283,4 3237,3 2466,7 2088,1 1887,9 1561,9 1704,5 2287,3 2342,7 2040,5 3792,2 5660,8

Rata-rata
273,7 269,7 205,5 174,0 157,3 130,1 142,0 190,6 195,2 185.5 344,7 471,7

Curah hujan rata-rata per tahun


2740,295455
Pembahasan
Tabel 2 Frekuensi dengan metode Distribusi Log Pearson III
Tahun Ri Log Ri (Log Ri-Log (Log Ri-Log RI)2 (Log Ri-Log Ri)3
Ri)

2004 528,75 2,7232 -0,0236 -1,3144


0,000557
2005 989 2,9951 0,2483 0,0153
0,0616
Sumber: Hasil Analisis Data 2016
2006 866,45 2,9377 0,1909 0,0069
0,0364
2007 325,8 2,5130 0,2338 0,0127
0,0546
2008 832,6 2,9264 0,1796 0,0057
0,0322
2009 508,45 2,7062 -0,0406 -6,6929
0,0016
2010 394,7 2,5962 0,1506 0,0034
0,0228
2011 91,2 1,9599 -0,7869 -0,4872
0,6192
2012 372,45 2,5710 0,1758 0,0054
0,0309
2013 523,1 2,7185 -0,0283 -2,2665
0,0008
2014 354,1 2,5491 -0,1977 -0,0077
0,0390
2015 472,1 2,6740 -0,0782 -0,0004
0,0061

6258,7 318703 0,0237 0,906019 -0,44587821
Log Ri 27.468
Pembahasan
Tabel 3 Nilai K Distribusi Log Pearson Type III
C2 Periode Ulang (Tahun)

2 5 10 25 50 100 200

Periode ulang (%)

50 20 10 4 2 1 0,5

-0,01 -0,0017 0,0857 1,2 1,528 1,72 1,88 2,016

-0,0113 0,029 0,034 1,193 1,494 1,696 1,848 1,978


-0,20 -0,00034 0,837 1,183 1,448 1,662 1,806 1,920

Tabel 4 Curah Hujan dengan Metode Log Pearson Tipe III


Periode Ulang Standar Log Faktor C Log Ri Ri (mm)
Deviasi (s) Frekuensi

10 0,2995 27.468 1,19300 1,810


27,825
1,4444
50 0,2995 27.468 1,69600 1,810
27,975
1,4467
100 0,2995 27.468 1,84800 18,10
28,021
1,4474
Pembahasan
Metode Gumbell
Tabel 5 Curah hujan dengan Metode Distribusi Gumbell
Tahun Ri (Ri- ) (Ri- )2 (Ri- )3 (Ri- )4

2004 528,75
7,15 51,1225 365,5259 2613,51
2005 989
467,4 218462,76 102109494 47725977507
2006 866,45
344,85 118921,5225 41010087,03 14142328514
2007 325,8
-195,8 38337,64 -7506509,91 1469774641
2008 832,6
311 96721 30080231 9354951841
2009 508,45
-13,15 172,9225 -2273,93 29902,19
2010 394,7
-126,9 16103,61 -2043548,10 259326255
2011 91,2
-430,4 185244,16 -79729086,46 34315398814
2012 372,45
-149,15 22245,7225 -3317949,51 494872169,5
2013 523,1
1,5 2,25 3,37 5,06
2014 354,1
-167,5 28056,25 -4699421,87 787153164,1
2015 472,1
-49,5 2450,25 -121287,37 6003725,06

726769,21
521,6
Pembahasan
Tabel 6 Nilai K untuk Sebaran Gumbell
Periode ulang Reduce Variate Yn Sn K
(Tahun)
2 0,3665 0,4950 0,9496 -0,13532
5 1,4999 0,4950 0,9496 1,05824
10 2,2504 0,4950 0,9496 1,84857
25 2,6420 0,4950 0,9496 2,26096
50 3,2947 0,4950 0,9496 2,94829
100 4,6001 0,4950 0,9496 4,32298
200 5,2958 0,4950 0,9496 5,05560

Tabel 7 Curah Hujan Menurut Metode Distribusi Gumbell

Periode Peluang (%) Standar deviasi (s) K Ri (mm)


Ulang

2 50 244,45 521,6 -0,13532 488,52


5 20 244,45 521,6 1,05824 780,28
10 10 244,45 521,6 1,84857 973,48
25 4 244,45 521,6 2,26096 1074,29
50 2 244,45 521,6 2,94829 1242,30
100 1 244,45 521,6 4,32298 1578,35
200 0,5 244,45 521,6 5,05560 1757,44
Pembahasan
Tabel 8 Analisis Frekuensi dengan metode Distribusi Log Normal
Tahun Ri Log Ri (Log Ri-Log (Log Ri-Log (Log Ri-Log
Ri) RI)2 Ri)3
2004 528,75 2,7232 -0,0236 0,000557 -1,3144
2005 989 2,9951 0,2483 0,0616 0,0153
2006 866,45 2,9377 0,1909 0,0364 0,0069
2007 325,8 2,5130 0,2338 0,0546 0,0127
2008 832,6 2,9264 0,1796 0,0322 0,0057
2009 508,45 2,7062 -0,0406 0,0016 -6,6929
2010 394,7 2,5962 0,1506 0,0228 0,0034
2011 91,2 1,9599 -0,7869 0,6192 -0,4872
2012 372,45 2,5710 0,1758 0,0309 0,0054
2013 523,1 2,7185 -0,0283 0,0008 -2,2665
2014 354,1 2,5491 -0,1977 0,0390 -0,0077
2015 472,1 2,6740 -0,0782 0,0061 -0,0004
∑ 6258,7 318703 0,0237 0,906019 -0,44587821
Log Ri 27.468
Pembahasan
Tabel 9 Nilai Koefisien K dengan Metode Distribusi Log Normal
C2 Periode Ulang (Tahun)
2 5 10 25 50 100 200
Periode ulang (%)
50 20 10 4 2 1 0,5
0,05 -0,025 0,8114 1,2965 1,6863 1,7609 2,1314 2,4570

Tabel 10 Curah Hujan dengan Metode Distribusi Log Normal


Periode Standar Log Faktor Cv Log Ri Ri (mm)
Ulang Deviasi (s) Frekuensi

10 0,2995 27,468 1,2965 0,109


27,856
1,4449
50 0,2995 27,468 1,7609 0,109
27,995
1,4470
100 0,2995 27,468 2,1314 0,109
28,106
1,4488
Pembahasan
Tabel 11 Rekapitulasi Analisis Frekuensi Curah Hujan
Maksimum
Periode Ulang Metode Distribusi Log Metode Distribusi Metode Distribusi
(Tahun) Pearson III Gumbell Log Normal

10 27,825 978,48 27,856


50 27,975 1242,30 27,995
100 28,021 1578 28,106

Dari hasil analisis curah hujan diatas, dapat dilihat beberapa hasil sebagai
berikut:
1. Untuk periode ulang 10 tahun, analisis curah hujan dengan metode ditribusi
Gumbell memghasil nilai paling besar, yaitu sebesar 978,48
2. Untuk periode ulang 50 tahun, analisis curah hujan dengan metode distribusi
gumbell menghasilkan nilai besar yaitu sebesar 1242,30
3. Untuk periode ulang 100 tahun, analisis curah hujan dengan metode ditribusi
gumbell menghasilkan nilai besar yaitu sebesar 1578
Kondisi PLTA Musi
Pembahasan
Kondisi Sungai Sebelum Adanya PLTA Musi

bendugan
bendugan
sungai
sungai
sungai
sungai

Q
Q11 Q
Q22 Q
Q33
22
22
A A :: 2,578
2,578 Km
A334,070 Km
Km
A
A11 :: 4,352
4,352 Km
Km A22 :: 2,578
2,578 Km
Km
Maka Debit Air Sebelum Adanya PLTA Musi adalah
Q1 = 0,278 C. I . A
= 0,278. (0,36). (0,0000919 ) (4,352 Km2)
= 0,278(0,36) (0,0000919 detik) (4,352 x106m2)
= 40,02 m3/ detik

Q2 =0,278 C. I . A
= 0,278. (0,36). (0,0000919m/detik ) (2,578 Km)
= 0,278(0,36) (0,0000919 m/detik) (2,578 x106m2)
= 23,71 m3/ detik

Q3 =0,278 C. I . A
= 0,278. (0,60). (0,0000919m/detik) (4,070 Km2)
= 0,278(0,60) (0,0000919m/detik) (4,070 x106m2)
= 62,33 m3/ detik

Debit air keseluruhan Qn= 40,02 +23,71 +62,33 =126,06 m3/ detik
Pembahasan
Kondisi Sungai Setelah adanya PLTA
Maka debit air Setelah Adanya PLTA Musi adalah
Q1 = 0,278 C. I . A
= 0,278. (0,36). (0,0000919m/detik) (4,352 Km2)
= 0,278(0,36) (0,0000919m/detik) (4,352 x10 6m2)
= 40,02 m3/ detik
Q2 =0,278 C. I . A
= 0,278. (0,36). (0,0000919m/detik ) (2,578 Km)
= 0,278(0,36) (0,0000919m/detik) (2,578x106m2)
= 23,71 m3/ detik
L = 12 M
 Q3= (Q1+ Q2)

= (40,026m3/detik+ 23,71m3/detik)
T= 20 M

= x 63,73m3/ detik

= 62,94 m3/detik
L = 1,5 M  Q4 = (Q1+ Q2)

= (40,026m3/detik+23,71m3/detik)
T=3 M

= x 63,73m3/ detik

= 0,786m3/detik

Q5 = 0,278 C. I . A
= 0,278. (0,015). (0,0000919m/detik) (0,073 Km2)
= 0,278(0,015) (0,0000919m/detik) (0,073 x106m2)
= 0,0027 m3/ detik
Q6 = 0,278 C. I . A
= 0,278 (0,014). (0,0000919m/detik ) (0,092 Km2)
=0,278(0,014) (0,0000919m/detik) (0,092 x106m2)
= 0,0032 m3/ detik
Debit air keseluruhan setelah ada nya PLTA Musi
Qn = Q1 + Q2 +Q3 + Qaliran pada saluran ke hilir
= 40,02+23,71+62,94+0,7741
= 127,45 m3/detik
PENUTUP

1. Pengaruh debit air pada kondisi sebelum adanya PLTA Musi dan sesudah
adanya PLTA Musi tidak telalu signifikan ini dapat dilihat dari perubahan
debit yang sebelum adanya PLTA debit nya sebesar 126,06m 3/ detik dan
sesudah adanya PLTA Musi sebesar 127,45m 3/detik debit sesudah PLTA
Musi lebih besar karena area dalam penelitian bertambah.
2. Debit rata-rata sebelum adanya PLTA Musi adalah 126,06m 3/detik dan
untuk beroperasi PLTA Musi memerlukan air 40% dari sungai musi dan ini
sangat berpengaruh dengan debit rata-rata sungai Musi.
3. Besarnya Debit sungai Musi sesudah adanya PLTA Musi debit air 127,45
m3/detik mempengaruhi waktu pengairan dan selesih setelah adanya PLTA
Musi debit setelah adanya PLTA Musi lebih besar dari pada sebelum
sebanyak 1,39m3/ detik.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Вам также может понравиться