Вы находитесь на странице: 1из 36

LAPORAN KASUS

Supraventrikular
Takikardi

Disusun Oleh:
Siti Norhasanah, S.Ked
Siti Norhasanah, S.Ked
FAB 117 016

Kepaniteraan Klinik
Rehabilitasi Medik dan Emergency Medicine
Fakultas Kedokteran UPR/RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
2017
Pendahuluan
• Takikardi supraventrikular (TSV) adalah satu jenis
takidisritmia yang ditandai dengan perubahan frekuensi
jantung yang mendadak bertambah cepat menjadi
berkisar antara 150 sampai 280 per menit.
• TSV merupakan jenis disritmia yang paling sering
ditemukan pada usia bayi dan anak. Prevalensi TSV
kurang lebih 1 di antara 25.000 anak lebih.
• Serangan pertama sering terjadi sebelum usia 4 bulan
dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada
perempuan sedangkan pada anak yang lebih besar
prevalensi di antara kedua jenis kelamin tidak berbeda.
• Pengenalan secara dini jenis takidisritmia ini sangat
penting, terutama pada bayi karena sifatnya yang
gawat darurat. Diagnosis awal dan tatalaksana SVT
memberikan hasil yang memuaskan.
• Keterlambatan dalam menegakkan diagnosis dan
memberikan terapi akan memperburuk prognosis,
mengingat kemungkinan terjadinya gagal jantung bila
TSV berlangsung lebih dari 24-36 jam, baik dengan
kelainan struktural maupun tidak.
• Referat ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan tatalaksana terhadap takikardi
supraventikular.
Laporan Kasus
Primary Survey
• Airway
(Ny . C, 46 tahun) Bersihkan jalan nafas, hindari sumbatan jalan nafas. Pada
Vital Sign: pasien ini tidak ditemukan sumbatan jalan nafas.
• Breathing
• Tekanan Darah : Nilai frekuensi pernafasan, tipe pernafasan, dan pola
150/100 mmHg pernafasan. Pasien bernafas spontan, 21 kali/menit, pergerakan
thoraks simetris kiri dan kanan. Pada pasien ini diberikan
• Denyut Nadi : oksigen karena pasien mengeluh dada kiri berdebar-debar.
168 kali/menit • Circulation
Nilai frekuensi nadi, capilary refill time, tekanan darah. Denyut
• Frekuensi Napas : nadi 168 kali/menit, reguler, dan tidak kuat angkat. CRT < 2
detik. Tekanan darah 150/100 mmHg.
21 kali/menit
• Disability
• Suhu : Penilaian neurologis cepat (apakah pasien sadar, member
36,50C respon suara terhadap rangsang nyeri, atau pasien tidak sadar).
Pada pasien ini tidak ada ditemukan kelainan neurologis. GCS
• Spo2 : (E4M6V5), pupil isokor +/+, refleks cahaya +/+

98%
....Primary Survey

• Evaluasi masalah :
Berdasarkan survey primer sistem triase, kasus ini
merupakan kasus yang termasuk dalam emergency sign
label kuning karena belum adanya gejala gangguan
pernafasan, perfusi dan status mental

• Tatalaksana awal :
Tatalaksana awal pada pasien ini adalah baringkan pasien
pada bed pasien pemberian oksigenasi, dan pemasangan
kateter IV line dan dilakukan EKG.
Secondary Survey
Identitas
• Nama : Ny.C
• Usia : 46 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Alamat : Ds. Bukit Batu
• Tgl Pemeriksaan : 11 desember 2017
Anamnesis
• Keluhan Utama : Berdebar-debar
• Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan dada berdebar-debar yang
dirasakan 1 hari SMRS dan . Debar-debar hilang timbul
namun bila muncul badan menjadi lemas dan dada terasa
sakit terutama pada bagian dada sebelah kiri, nyeri tidak
tembus hingga ke belakang punggung dan tidak ada rasa
kebas pada lengan kiri. Menurut pasien debar-debar sering
muncul saat melakukan aktivitas terutama saat
membersihkan rumah dan sedikit berkurang bila istirahat.
Pasien ada meminum obat-obatan rutin pengobatan jantung
yaitu concor dan tyarid. Riwayat debar-debar sebelumnya
diakui pasien sekitar tahun 2016 lalu sehingga dirawat di
ICCU.
....Anamnesis
Riwayat Kebiasaan:
• merokok (-) dan minum alkohol (-).
Riwayat Penyakit Dahulu:
• Keluhan serupa (-) stroke (-), diabetes mellitus
(-). Riwayat hipertensi (+) Obat rutin yang
dikonsumsi (+) Concor
Riwayat Penyakit Keluarga:
• Keluhan serupa (-), stroke (-), hipertensi (-) dari
Ibu pasien, diabetes mellitus (-).
Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis(E4M6V5)

• Vital sign :
• Tekanan Darah : 150/100 mmHg
• Denyut Nadi : 168 kali/menit (reguler,
tidak kuat angkat)
• Frekuensi Napas : 21 kali/menit
• Suhu : 36,50C
....Pemeriksaan Fisik
Kepala
• Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya -/-
, pupil isokor
Leher
• Pembesaran kelenjar getah bening (-), peningkatan JVP (-)
Thoraks
• Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan
kanan, Retraksi -/- suprasternal dan intercostal.
• Palpasi : Fremitus vokal normal kanan dan kiri
• Perkusi : Sonor kedua lapang paru
• Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
....Pemeriksaan Fisik
Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : Ictus cordis teraba ICS V midclavicula sinistra
• Perkusi : Batas atas ICS II linea parasternal dextra dan sinistra
Batas kiri ICS V linea midclavicula sinistra
Batas kanan ICS V linea parasternal dextra
• Auskultasi : Bunyi jantung 1 (S1) dan 2 (S2), reguler, murmur (-), gallop (+)
Abdomen
• Inspeksi : Datar
• Auskultasi : Bising usus (-)
• Palpasi : Defans muscular, nyeri tekan (+) seluruh regio abdomen
• Perkusi : hipertimpani (+)
Ekstremitas
• Akral Dingin, CRT < 2 detik, pitting edema (-/-), sianosis (-/-)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi
• Leukosit : 7.870/ul
• Trombosit : 224.000/ul
• Hb : 12,6 g/dl
• Hematokrit : 37,7%
Kimia Klinik
• Gula darah sewaktu : 132 mg/dl
• Creatinin : 0,96 mg/dl
...Pemeriksaan Penunjang

Gambar 2.1 EKG saat datang pertamakali di IGD


Diagnosa
• Supraventrikular Takikardi
Penatalaksanaan
• Oksigen nasal kanul 3 lpm
• Drip Tyarit 1 amp dalam 100cc NaCl habis
dalam 20 menit
• EKG ulang post drip
...Pemeriksaan Penunjang

Gambar 2.2 EKG post drip Tyarit


• HR : 133 x/menit
Tatalaksana :
• Drip Tyarit 1 amp dalam 100cc NaCl habis
dalam 20 menit
...Pemeriksaan Penunjang

Gambar 2.2 EKG post drip Tyarit ke-2


• HR : 142x/menit
Tatalaksana :
• Pro Rawat ICVCU
• Tyarit 2 amp dalam 50cc NaCl habis dalam 5
jam(sp)
• Inj. Ranitidin 2x50 mg
Diagnosis
• Supraventrikular Takikardi
Penatalaksanaan
Prognosis
• Quo ad vitam : Dubia
• Quo ad functionam : Dubia
• Quo ad sanationam : Dubia
Pembahasan
• Telah dilakukan pemeriksaan pada seorang perempuan usia
46 tahun dengan diagnosa Supraventrikular Takikardi.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, didapatkan
keluhan dada berdebar-debar, yang dirasakan 1 hari SMRS.
Debar-debar hilang timbul namun bila muncul badan
menjadi lemas dan dada terasa sakit terutama pada bagian
dada sebelah kiri, nyeri tidak tembus hingga ke belakang
punggung dan tidak ada rasa kebas pada lengan kiri.
• Menurut pasien debar-debar sering muncul saat
melakukan aktivitas terutama saat membersihkan rumah
dan sedikit berkurang bila istirahat. Pasien ada meminum
obat-obatan rutin pengobatan jantung yaitu concor dan
tyarid. Riwayat debar-debar sebelumnya diakui pasien
sekitar tahun 2016 lalu sehingga dirawat di ICCU.
.....Pembahasan
• Hasil pemeriksaan tanda vital didapatkan nadi
cepat yaitu 168x/m dan tidak kuat angkat,dan
akral yang dingin.
• Hasil EKG didapatkan jarak R-R kurang dari 3
kotak besar (0,6 detik) yang menandakan
terjadinya takikardi. Gelombang P tertutup T.
.....Pembahasan
Supraventrikukar Takikardi
• Takikardi supraventrikular (TSV) adalah satu jenis
takidisritmia yang ditandai dengan perubahan
laju jantung yang mendadak bertambah cepat
menjadi berkisar antara 150 kali/menit sampai
250 kali/menit.
• Kelainan pada TSV mencakup komponen sistem
konduksi dan terjadi di bagian atas bundel HIS.
Pada kebanyakan TSV mempunyai kompleks QRS
normal.
EPIDEMIOLOGI
• Takikardi supraventrikular merupakan
kegawatdaruratan kardiovaskular yang sering
ditemukan pada bayi dan anak. Angka kejadian TSV
diperkirakan 1 per 250.000 sampai 1 per 250. Angka
kekerapan masing-masing bentuk TSV pada anak
berbeda dengan TSV pada dewasa.
• Menurut Emily dkk bahwa angka kejadian TSV pada
anak berkisar 1 dari 250 anak tapi sering gejalanya
samar-samar dan sering disalahartikan dengan gejala
dari penyakit umum lainnya pada anak.
Mekanisme Supraventrikular Takikardi
Berdasarkan pemeriksaan elektrofisiologi intrakardiak, terdapat dua
mekanisme terjadinya takikardi supraventrikular yaitu:
1). Otomatisasi (automaticity)
Irama ektopik yang terjadi akibat otomatisasi sebagai akibat adanya
sel yang mengalami percepatan (akselerasi) pada fase 4 dan sel ini
dapat terjadi di atrium, A-V junction, bundel HIS, dan ventrikel.
Struktur lain yang dapat menjadi sumber/fokus otomatisasi adalah
vena pulmonalis dan vena kava superior. Contoh takikardi otomatis
adalah sinus takikardi. Ciri peningkatan laju nadi secara perlahan
sebelum akhirnya takiaritmia berhenti. Takiaritmia karena
otomatisasi sering berkaitan dengan gangguan metabolik seperti
hipoksia, hipokalemia, hipomagnesemia, dan asidosis.
2). Reentry
Ini adalah mekanisme yang terbanyak sebagai penyebab
takiaritmia dan paling mudah dibuktikan pada pemeriksaan
elektrofisiologi. Syarat mutlak untuk timbulnya reentry adalah:
• Adanya dua jalur konduksi yang saling berhubungan baik pada
bagian distal maupun proksimal hingga membentuk suatu
rangkaian konduksi tertutup.
• Salah satu jalur tersebut harus memiliki blok searah.
• Aliran listrik antegrad secara lambat pada jalur konduksi yang tidak
mengalami blok memungkinkan terangsangnya bagian distal jalur
konduksi yang mengalami blok searah untuk kemudian
menimbulkan aliran listrik secara retrograd secara cepat pada jalur
konduksi tersebut
Kriteria diagnosis
Menurut perki (2016) berdasarkan anamesiis dan pemeriksaan fisik
pasien dengan TSV dapat didiagnosa berdasarkan :
1. Anamnesis
- Berdebar
- Dizziness
- Awitan dan terminasi mendadak
- Near syncope/ syncope

2. Pemeriksaan Fisik
- Laju nadi teraba cepat dan regular
- Tanda-tanda hipoperfusi (akral dingin, pucat)tidak selalu
3. Pemeriksaan Penunjang
Kriteria Diagnosis EKG 12 sadapan:
– AVNRT
QRS sempit, sangat reguler, laju QRS berkisar
antara150- 240x/ menit
Sebagian besar gelombang Pada di dalam kompleks
QRS.

– AVRT/ WPW
QRS sempit, reguler, laju QRS berkisar antara150-
240x/mnt
Interval RP biasanya >70 mdet.
Tatalaksana
1. Pada keadaan akut
a. Manuver valsava
b. Adenosin i.v. (obat pilihan utama): ATP 10mg–20mg
c. Verapamil i.v.: 2,5–5 mg perlahan; q 3x (bila tidak ada gagal
jantung)
d. Diltiazemiv: 0,25-0,35 mg/kg (bila tidak ada gagal jantung)
e. Digitalis i.v.: 0,5mg
f. Metoprolol iv: 5-15 mg; propranolol 1-2 mg iv,q 4mnt
g. Kardioversi listrik bila hemo dinamik tidak stabil

2. Terapi definitif:
– AVNRT: ablasi radio frekuensi slow path way dari nodus AV
– AVRT: ablasi radio frekuensi jalur aksesori
Pada pemeriksaan laboratorium didapat:
• lekositosis ( lebih dari 11.000 sel/L ) dengan
pergeseran ke kiri pada hitung jenis. Pada
pasien dengan sepsis berat, pasien
imunokompromais dapat terjasi lekopenia.
• Asidosis metabolik dengan alkalosis
respiratorik.
Edukasi
1. Edukasi mengenali tanda dan gejala secara mandiri.
Ajarkan cara menghitung nadi yang cepat, mengukur
tekanan darah, mengelah berdebar, rasa melayang
seperti akan pingsan, keringat dingin, lemas
2. Edukasi tindakan awal yang harus dilakukan ketika
timbul tanda dan gejala, seperti: istirahat, bila keluhan
tidak hilang harus segera ke pelayanan kesehatan
terdekat
3. Edukasi tindakan lanjut / terapi definitif : Radio
Frekuensi Ablasi
4. Edukasi eassurance: meyakinkan pasien kondisinya
tidak berbahaya.
Pembahasan
• Pada pasien saat di IGD mendapatkan terapi dimana diberikan
amiodarone berdasarkan penelitian klinis obat ini mampu
menurunkan kontraktilitas dan juga sebagai pilihan terapi pada
pasien gangguan irama jantung.
• Berdasarkan PERKI tahun 2016, tatakasana awal pasien dengan
kecurigaan SVT adalah pemberian Adenosin. Adenosin merupakan
nukleotida endogen yang bersifat kronotropik negatif, dromotropik,
dan inotropik. Efeknya sangat cepat dan berlangsung sangat singkat
dengan konsekuensi pada hemodinamik sangat minimal. Adenosin
dengan cepat dibersihkan dari aliran darah (sekitar 10 detik) dengan
cellular uptake oleh sel endotel dan eritrosit. Obat ini akan
menyebabkan blok segera pada nodus AV sehingga akan
memutuskan sirkuit pada mekanisme reentry. Kontraindikasi pada
pasien dengan adanya AV blok derajat 2-3 ataupun asma, karena
dapat menyebabkan bronkokonstriksi.
...Pembahasan
• Sehingga saat observasi, denyut jantung pasien
perlahan menurun namun bertahan di 133x/ menit
setelah amiodarone di stop.
• Lalu pemberian amiodaron di ulang 2 kali dengan hasil
penurunan HR menjadi 142 x/m sehingga pasien
dianjurkan rawat inap di ruang ICVCU untuk observasi
lebil lanjut dan pemerian amiodaron lanjutan dengan
menggunakan syringe pump.
• Pemberian ranitidine 25 mg diberikan untuk
menghambat pengikatan ion H+ pada sel parietal gaster
sehingga terjadi penurunan asam lambung.
Kesimpulan
• Ny. C, 46 tahun berdasarkan anamnesis dan hasil
pemeriksaan fisik pasien didiagnosa dengan
Supraventrikular Takikardi, Mendapat terapi awal
di IGD yaitu pemberian Amiodaron 1 amp dalam
NaCl 100cc habis dalam 20 menit, yang diulang
sebanyak 2 kali, didapatkan penurunan HR
menjadi 142 x/m yang kemudian dilanjutkan
untuk dirawat intensif di ICVCU.
• Tatalaksana awal yang tepat berdasarkan PERKI
2016 pada pasien curiga SVT diberikan Adenosin
sebagai terapi pilihan utama.
Daftar Pustaka
• George Y, Harijanto E, Wahyuprajitno B. Syok: Definisi, Klasifikasi dan Patofisiologi. In:
Harijanto E, editor. Panduan Tatalaksana Terapi Cairan Perioperatif. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reanimasi Indonesia; 2009. p. 16-36.
• Guyton A, Hall J. Circulatory Shock and Physiology of Its Treatment (Chapter 24). Textbook of
Medical Physiology. 12th ed. Philadelphia, Pensylvania: Saunders; 2010. p. 273-84.
• Armstrong DJ. Shock. In: Alexander MF, Fawcett JN, Runciman PJ, editors. Nursing Practice
Hospital and Home. 2nd ed. Edinburg: Churchill Livingstone; 2004.
• Warsinggih. Bahan Ajar Peritonitis Dan Illeus.[Journal]. Makassar : Fakultas Kedokteran
Universitas Hasannudin, 2013
• Calkins H. Radiofrequency catheter ablation of supraventricular arrhythmias. Heart
2001;85:594-600.
• Antzelevitch C. Basic mechanism of reentrant arrhythmias. Curr Opin Cardiol 2001;16:1-7.
• Fitzsimmons PJ, McWhirter PD, Peterson DW, Kruyer WB. The natural history of Wolff-
Parkinson-White syndrome in 228 military aviators: A long-term follow-up of 22 years. Am
Heart J 2001;142:530-6
• Panduan praktik klinis (ppk) dan clinical pathway (cp) penyakit jantung dan pembuluh darah.
Jakarta : Perhimpunan Dokter Spesalis Kardiovaskular Indonesia, 2016
THANK YOU

Вам также может понравиться