Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
“DRAMA”
KELOMPOK 4
NAMA ANGGOTA : HUSNUL HAFIDZI
REZA MAULANA
SAFRIATUL AINI
ZAHARATUL AINI
PENGERTIAN DRAMA
Pengertian Drama Menurut Para Ahli
Balthazar Vallhagen, Drama merupakan seni yang menggambarkan alam dan sifat
manusia dalam gerakan.
Ferdinand Brunetierre, Drama harus melahirkan keinginan oleh aksi atau gerakan.
Moulton, Drama ialah kisah hidup digambarkan dalam bentuk gerak (disajikan langsung
dalam tindakan).
Budianta dkk (2002), Drama adalah genre sastra yang menunjukkan penampilan fisik
secara lisan setiap percakapan atau dialog antara pemimpin di sana.
Seni Handayani, Drama merupakan wujud komposisi berdasarkan dua cabang seni, seni
sastra dan seni pertunjukan sehingga drama dibagi menjadi dua, yaitu drama dalam
bentuk teks tertulis dan drama dipentaskan.
Wildan, Drama merupakan komposisi berdasarkan beberapa cabang seni, sehingga
drama dibagi menjadi dua, yaitu drama dalam bentuk teks tertulis dan drama
dipentaskan.
Tim Matrix Media Literata, Drama adalah bentuk narasi yang menggambarkan
kehidupan dan alam manusia melalui perilaku (akting) yang dipentaskan.
Anne Civardi, Drama ialah sebuah kisah yang diceritakan melalui kata-kata dan gerakan.
Wildan, Drama merupakan komposisi berdasarkan beberapa cabang seni, sehingga
drama dibagi menjadi dua, yaitu drama dalam bentuk teks tertulis dan drama
dipentaskan.
Tim Matrix Media Literata, Drama adalah bentuk narasi yang menggambarkan
kehidupan dan alam manusia melalui perilaku (akting) yang dipentaskan.
Anne Civardi, Drama ialah sebuah kisah yang diceritakan melalui kata-kata dan
gerakan.
Struktur Drama
Berikut merupakan 3 struktur drama:
Prolog (adegan pembukaan).
Dialog (percakapan).
Epilog (adegan akhir atau penutup).
Adegan
Adegan adalah bagian dari babak. Sebuah adegan hanya bagian dari rabgkaian suasana dalam
babak.
Prolog
Prolog adalah kata pendahuluan dalam lakon drama. Prolog biasanya berisi tentang
perkenalan tokoh-tokoh dan pemerannya, konflik yang terjadi dan juga synopsis lakon.
Epilog
Epilog adalah kata penutup yang mengakhiri pementasan. Isinya kadang berupa kesimpulan
atau ajaran yang bisa diambil dari tontonan drama yang telah disajikan.
Dialog
Dialog adalah percakapan para pemain. Dialog memegang peranan penting karena menjadi
pengarah lakon drama. Agar dialog tidak membosankan maka pengucapannya harus disertai
penjiwaan secara emosional, selain itu pelafalannnya harus jelas dan cukup keras.
Dialog
Dialog adalah percakapan para pemain. Dialog memegang peranan penting karena menjadi
pengarah lakon drama. Agar dialog tidak membosankan maka pengucapannya harus disertai
penjiwaan secara emosional, selain itu pelafalannnya harus jelas dan cukup keras.
Monolog
Monolog adalah percakapan seorang pemain dengan dirinya sendiri.
Mimik
Mimik adalah ekspresi gerak-gerik wajah untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain.
Pantomim
Pantomim adalah ekspresi gerak-gerik tubuh untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain.
Pantomimik
Pantomimik adalah perpaduan ekspresi gerak-gerik wajah dan gerak-gerik tubuh untuk
menunjukkan emosi yang dialami pemain.
Gestur
Gestur adalah gerak-gerak besar, yaitu gerakan tangan kaki, kepala, dan tubuh pada umumnya
yang dilakukan pemain.
Bloking
Bloking adalah aturan berpindah tempat dari tempat yang satu ke tempat yang lain agar
penampilan pemain tidak menjemukan.
Gait
Gait berbeda dengan bloking karena diartikan tanda-tanda khusus pada cara berjalan dan cara bergerak pemain.
Akting
Akting adalah gerakan-gerakan yang dilakukan pemain sebagai wujud penghayatan peran yang dimainkan.
Aktor
Aktor adalah orang yang melakukan acting yaitu pemain drama. Untuk actor wanita disebut sebagai aktris.
Improvisasi
Improvisasi adalah gerakan-gerakan atau ucapan-ucapan penyeimbang untuk lebih menghidupkan peran.
Ilustrasi
Ilustrasi adalah iringan bunyi-bunyian untuk memperkuat suasana yang sedang digambarkan. Istilah ilustrasi juga bias disebut musik
pengiring.
Kontemporer
Kontemporer adalah lakon atau naskah serba bebas yang tidak terikat aturan.
Kostum
Kostum adalah pakaian para pemain yang dikenakan pada saat memerankan tokoh cerita di panggung.
Sekenario
Skenario adalah susunan garis-garis besar lakon drama yang akan diperagakan para pemain.
Panggung
Panggung adalah tempat para actor memainkan drama.
Layar
Layar adalah kain penutup panggung bagian depan yang dapat dibuka dan ditutup sesuai dengan kebutuhan.
Penonton
Penonton adalah semua orang yang hadir untuk menyaksikan pertunjukan drama.
Sutradara
Sutradara adalah orang yang memimpin dan paling bertanggung jawab dalam pementasan drama.
Source : http://3pilar.blogspot.com/2011/01/pengertian-teater-
KONFLIK DALAM DRAMA
Konflik adalah pertentangan atau ketegangan dalam sebuah drama. Konflik dibedakan menjadi dua
kategori, yaitu:
1. Konflik eksternal
Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara tokoh dengan sesuatu di luar dirinya, baik
dengan lingkungan alam ataupun lingkungan manusia. Konflik eksternal dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Konflik fisik adalah konflik yang disebabkan adanya perbenturan antara tokoh dengan lingkungan.
Misalnya, konflik yang dialami tokoh akibat banjir, kemarau panjang, gunung meletus, ataupun
peristiwa alam lainnya.
b. Konflik sosial adalah konflik atau masalah yang muncul akibat adanya hubungan antarmanusia.
Misalnya, masalah penyiksaan, penindasan, pertengkaran.
2. Konflik internal atau konflik batin
Konflik batin adalah konflik antara tokoh dengan dirinya sendiri. Konflik jenis ini cenderung lebih
sulit digambarkan dan butuh keahlian. Ada berbagai jenis drama yang dikenal masyarakat, antara
lain teater rakyat, lenong, sandiwara, dan drama. Bentuk drama meliputi drama berbentuk prosa dan
drama berbentuk puisi (balada).
Jadi, itulah 2 jenis konflik dalam drama yang perlu kamu tahu. Dalam drama biasanya ada banyak
konflik. Sebagian di antaranya adalah gabungan dari konflik eksternal dan internal. Konflik-konflik
inilah yang membuat suatu drama menarik. Cara tokoh menghadapi konflik akan sangat menentukan
akhir dari drama yang ditampilkan.
A. PENGERTIAN TEKS ULASAN DRAMA/FILM
Sehubungan dengan itu, teks ulasan drama/film berarti teks yang berisi tinjauan/kritikan terhadap
kekurangan/kelebihan, kebermanfaatan (segi positif) atau ketidakbermanfaatan (segi negatif)
terhadap suatu pementasan drama/film.
Kritikan tersebut bergantung penginderaan (cara melihat dan mendengarkan) dari penulis ulasan
pementasan drama/film yang memunculkan 4 macam corak kritikan, yakni :
Corak kritik apresiasi
Corak kritik eksposisi
Corak kritik evaluasi
Corak kritik prevalensi
Untuk lebih mudah memahami, ada beberapa ciri dari teks ulasan. Adapun ciri-ciri teks ulasan secara
umum yaitu :
Memuat informasi berdasarkan pandangan/opini penulis terhadap suatu karya.
Pendapat tersebut berdasarkan fakta yang diinterpretasikan dari karya tersebut.
Untuk teks ulasan buku/novel/karya tulis lainnya sering juga disebut dengan resensi
1. Pendahuluan (Orientasi)
1. Pendahuluan (Orientasi)
Bagian teks ulasan yang menyatakan gambaran umum atau khusus mengenai karya seni drama/film yang hendak di ulas kembali. Adapun bagian ini
meliputi :
Meliputi : judul drama/film, penulis drama/film, sutradara, para pelaku dan pemeran, film hasil adaptasi dari novel/cerpen dengan judul dan karya siapa.
Contoh :
‘Mestakung’ merupakan akronim dari ‘Semesta Mendukung’ sebuah film yang disutradarai oleh John De Rantau, produksi Mizan Productions & Falcon
Pictures. Film ini diangkat dari novel non fiksi tentang seorang Profesor Yohanes Surya, Ph.D.,
Meliputi : dialog, pemeran, alur, tata panggung, tata musik, tata lampu, kepiawaian pemeran dalam adegan, kegunaannya, ciri khas produksinya, dan lain-
lain.
Meliputi : tempat dan tanggal pementasan drama/film, kapan dirilisnya, siapa sutradaranya, para pemain, penulis skenario, koreografer, dan sebagainya.
2. Tafsiran Isi (Interpretasi)
Bagian tafsiran umumnya berisi pandangan penulis tentang karya tersebut, meliputi :
a.) Unsur dari karya drama/film.
Misalnya : kekuatan/kelemahan alur, sinopsis cerita, kepiawaian pemeran, serius-tidaknya pementasan, keserasian musik pengiring, kelancaran dialog pemeran,
ketelitian pendeskripsian setting ke dalam layar, dan hal lain sesuai dengan kriteria pementasan drama/film.
b.) Nilai-nilai yang akan disampaikan kepada penonton.
Misalnya : nilai pendidikan, nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai kebudayaan, nilai kejujuran, dan sebagainya.
Contoh :
Dalam film “Sang Pemimpi” sikap moral yang disarankan kepada penonton adalah kerja keras dan pantang menyerah untuk mencapai suatu impian.
c.) Perbandingan dengan karya drama/film yang mirip atau dengan sesuatu yang suasana/kesannya mirip.
Contoh :
“Suasana penantian, mungkin masih mengacu pada “modernisme” Beccket. Taruhlah senada dengan penantian dalam Waiting for Godot (Menunggu
Godot)”.
a.) Unsur dari karya drama/film.
Misalnya : kekuatan/kelemahan alur, sinopsis cerita, kepiawaian
pemeran, serius-tidaknya pementasan, keserasian musik pengiring,
kelancaran dialog pemeran, ketelitian pendeskripsian setting ke
dalam layar, dan hal lain sesuai dengan kriteria pementasan
drama/film.
b.) Nilai-nilai yang akan disampaikan kepada penonton.
Misalnya : nilai pendidikan, nilai moral, nilai agama, nilai sosial,
nilai kebudayaan, nilai kejujuran, dan sebagainya.
Contoh :
Dalam film “Sang Pemimpi” sikap moral yang disarankan kepada
penonton adalah kerja keras dan pantang menyerah untuk mencapai
suatu impian.
c.) Perbandingan dengan karya drama/film yang mirip atau dengan
sesuatu yang suasana/kesannya mirip.
Contoh :
“Suasana penantian, mungkin masih mengacu pada “modernisme”
Beccket. Taruhlah senada dengan penantian dalam Waiting for
Godot (Menunggu Godot)”.
3. Evaluasi
Bagian evaluasi berisi penilaian pribadi penulis mengenai penampilan, dan
produksi karya seni drama/film yang diulas, meliputi :
a.) Kekuatan dan kelemahan dari pementasan drama atau produksi film.
Contoh :
“Satu hal yang paling menonjol dari film ini adalah soundtracknya yang mampu
membangkitkan suasana percintaan antara pemeran utama pria dan wanita”
b.) Rekomendasi untuk menggelitik keinginan/kemauan penonton ikut menonton
pementasan drama/film yang diulas.
“Kelucuan film ini benar-benar terasa, para pemeran sangat piawai dalam
mempengaruhi penonton untuk tertawa”.
“Akting yang gemilang dipadu dengan naskah yang memikat, soundtrack yang
enak didengar, sinematografi yang indah, dan penyutradaraan yang tepat adalah
alasan kenapa film ini harus masuk ke dalam list film yang wajib kalian tonton”.
4. Kesimpulan/Rangkuman
Bagian yang berisi kesimpulan tentang keadaan/kondisi suatu karya drama/film
yang diulas. Bagian kesimpulan juga dapat berisi komentar apakah karya tersebut
bernilai/berharga/berguna/layak atau tidak bagi pembaca/penonton.
Contoh :
“Berharap film ini dapat menjadi tontonan inspiratif bagi anak-anak Indonesia
yang akan memulai sebuah kerajaan bisnis”.
C. CIRI KEBAHASAAN TEKS ULASAN DRAMA/FILM
1. Teks ulasan drama/film berisi penonjolan terhadap unsur-unsur karya seni yang hendak diulas.
Dapat berupa dialog dalam cerita, hal yang menarik penulis, sesuatu yang khas pada objek ulasan, dapat juga
dengan membandingkan karya drama/film yang sejenis.
Pada teks ulasan drama/film ini, muncul kata adjektiva (kata sifat) seperti : menarik/tidak menarik,
mengharukan, memilukan, bernilai, memuaskan, baik/kurang baik, mencekam, menakutkan, dan lain
sebagainya. Hal ini tentu untuk mendeskripsikan objek yang diulas.
Kata sifat atau kata keadaan adalah kata yang menerangkan tentang keadaan, sifat, watak, tabiat suatu benda.
Kata sifat memberikan jawaban atas pertanyaan bagaimana atua dalam keadaan apa. Adjektiva juga mampu
diperluas lagi dengan amat..., ....sekali, sangat.....
2. Menggunakan kata-kata opini atau persuasif
Contohnya : inilah drama/film Indonesia yang patut untuk ditonton, drama/film ini sungguh menarik untuk ditonton,
drama/film ini benar-benar menghibur, drama/film yang ditampilkan mengandung nilai moral yang perlu kita
teladani, dan lain-lain.
3. Menggunakan konjungsi internal dan konjungsi eksternal
a.) Konjungsi internal (intrakalimat), konjungsi yang menghubungkan dua argumen/gagasan/ide dalam kalimat
simpleks atau dua kelompok klausa.
Sama halnya dengan intrakalimat, konjungsi ini juga dibedakan atas 4 kategori makna hubungan :
Penambahan/kesejajaran, yaitu konjungsi lebih lanjut, di samping itu, selain itu;
Menyatakan waktu/temporal, yaitu pertama, kedua, ketiga, mula-mula, lalu, kemudian,
berikutnya, selanjutnya, akhirnya ;
Menyatakan perbandingan, yaitu sebaliknya, akan tetapi, sementara itu, di sisi lain,
namun, namun demikian, walaupun demikian/begitu, dan sebagainya ;
Menyatakan sebab-akibat, yaitu oleh karena itu, akibatnya, hasilnya, jadi, sebagai
akibat, maka.
4. Menggunakan ungkapan perbandingan (persamaan/perbedaan)
Contohnya : daripada, sebagaimana, demikian halnya, berbeda dengan, seperti, seperti
halnya, serupa dengan, dan sebagainya.
5. Menggunakan kata kerja material dan kata kerja relasional
Kata kerja material, yaitu kata kerja yang menyatakan kegiatan fisik/proses. Misalnya :
makan, minum, membawa, berbicara, melamun, bertepuk tangan, mendengarkan,
menunggu, melebur, memukul, bertanya, dan lainnya.
Kata kerja relasional adalah kata kerja yang berfungsi untuk membentuk predikat
nominal (kata-kata kopulatif) dan dapat juga membantu memperjelas predikat (kata
kerja bantu).
Contoh kata kerja relasional sebagai kopulatif : bernama, disebut, jadi/menjadi,
meruapakan, adalah, ialah, yaitu, yakni, dan sebagainya.
Contoh kata kerja relasional sebagai kata bantu : pasti, harus/perlu/wajib, jadi,
mungkin, boleh, harap, bisa, hendak/ingin/mau/akan, dapat/bisa, ada, dan
sebagainya.
CONTOH DRAMA
2 orang murid sedang melakukn kewajiban sekaligus kebutuhan mereka sehari-hari, ya, mereka sedang belajar
sebagai mana mestinya, tiba-tiba saja …
Setelah berkeliling sekolah selama beberapa saat, akhirnya mereka bertemu dengan … guru,
lalu setelah itu barulah mereka bertemu dengan kepala sekolah, dan akhirnya bertemu
dengan pawang singa, dan bertemu Boni.
Reza :”Saudara Boni, bisa jelaskan secara kronologi, bagaimana kejadian pencopetan itu
berlangsung?” (Ala detektif)
Boni :”Awalnya gue pulang aja kayak biasa, tapi tiba-tiba aja ada orang yang nyegat gue,
orangnya pake jaket, topi, sama pake celana seragam,” (ciri-cirinya percis sama Okta)
Reza :”Apa?! Rasanya saya tidak asing lagi dengan ciri-ciri tersebut, tidak salah lagi,
pelakunya pasti kau! Shiti,”
Shiti :”Gue pake rok pe’a,”
Reza :”Tapi bisa aja lo ganti celananya lo pake rok sebelumnya,”
Shiti :”Udahlah, ini buang-buang waktu, kita langsung ke tempat kejadiannya aja,”
Okta :”Ayuk,” (jalan biasa sama yg lain kecuali Reza)
Reza :”Hmm! Oke.” (jalan pelan ala film action) (didorong narator biar cepet)
Setelah itu mereka melakukan olah TKP dan mereka menemukan hal yang … WOW gituh! Penasaran
apa? Kita langsung tengok.
Begitulah, kasus pemalakan terbongkar, setelah kejadian itu jalan di belakang sekolah dimasukkan ke
dalam daftar black street yang tidak boleh dilewati, kecuali oleh orang profesional. Saya (nama
narator), beserta anggota yang bertugas, izin undur diri dari hadapan Anda.
– Tamat –
PERSIAPAN PEMENTASAN DRAMA
A. NASKAH
Naskah merupakan awal dari terbentuknya sebuah pementasan
drama. Naskah sendiri terdiri dua jenis, yakni naskah
tertulis dan naskah yang tidak tertulis. Naskah tertulis
adalah naskah drama yang sudah ada dalam sebuah karya
tulis yakni berupa naskah drama atau yang biasa disebut
naskah lakon. Sedangkan naskah yang tidak tertulis adalah
naskah yang sudah ada melalui cerita-cerita lisan. Biasanya
naskah tidak tertulis ini ada di setiap daerah yang memiliki
legenda, mitos, atau cerita masayarakat yang dituturkan
secara turun temurun.
Namun dalam buku ini diharapkan siswa mempelajari terlebih
dahulu naskah-naskah yang sudah tertulis, yakni naskah
drama opera berjudul “Pangeran Monyet”
Dalam proses ini, yang dilakukan kali pertama adalah
membaca naskah tersebut. Dengan membaca naskah
tersebut siswa dapat melakukan bedah naskah untuk
mengetahui :
1. Tokoh
Tokoh dalam pementasan drama terdiri dari tokoh utama, tokoh
pembantu, serta figuran. Tokoh utama adalah tokoh sentral atau
tokoh terpenting dalam drama tersebut. Untuk itu tokoh utama harus
memiliki kemampuan akting yang bagus. Dengan mengetahui tokoh
utama, aktor atau aktris yang terpilih memerankan dapat mengetahui
secara jelas karakter, kebiasaan, tingkat emosi tokoh, melalui baik
keterangan adegan maupun dialog dalam naskah yang dipilih untuk
pentas.
Meski demikian tuntutan berakting bagus juga tetap berlaku bagi
tokoh pembantu maupun tokoh figuran, sebab kedua jenis tokoh
tersebut membantu tokoh utama dalam bermain drama.
Yang menjadi kebiasaan buruk dalam sebuah proses pementasan
adalah, tokoh pembantu dan figuran ini kurang serius berlatih,
bahkan saat pentas. Padahal keseluruhan pementasan drama adalah
tanggung jawab semua anggota kelompok. Untuk itu, jika latihan,
diharapkan semua anggota ikut latihan dengan serius. Jika salah satu
pemain tidak serius latihan atau pentas, salah-salah malah membuat
pementasan menjadi rusak.
2. Setting
Dengan membedah naskah, dapat diketahui pula setting
panggung, berikut property yang dibutuhkan. Setting ini biasanya
sudah ada dalam keterangan naskah drama. Berikut ini contoh
setting panggung :
- Ruang tamu (Kursi, meja, pintu, jendela, almari
buku, bingkai foto atau lukisa)
- Teras rumah (kursi, meja, tanaman, sangkar
burung)
3. Property
Property ini juga biasanya sudah ada dalam keterangan naskah, namun
ada kalaunya property bisa ditambah untuk menghidupkan adegan,
misalnya seorang tokoh yang berdialog sambil menyulam. Maka
diperlukan alat untuk menyulam. Atau bisa saja, ada penambahan
adegan supaya lebih dramatik dengan menambahkan adegan
memecah gelas. Namun demikian semua harus dipertimbangkan
agar pementasan nampak rapi.
2. Waktu
Dengan membaca naskah, biasanya juga ada
keterangan waktu. Apakahadegan tersebut
berlangsung malam hari, siang, atau sore. Hal ini
untuk membantu penata lampu untuk memilih
efek-efek warna pada filter lampu.
3. Kostum
Kostum biasanya sudah ada pada keterangan, tapi
ada juga naskah yang sama sekali tidak
menjelaskan kostum yang dipakai tokoh. Dalam
pembacaan naskah, penyaji bisa menentukan
kostum, sesuai dengan waktu atau masa yang saat
itu terjadi dalam naskah. Sebagai contoh, tidak
mungkin tokoh jaman majapahit menggunakan
celana jeans.
B. SUTRADARA & CASTING
Pementasan drama dipimpin oleh seorang pemimpin produksi.
Namun untuk divisi artistik dipimpin oleh seorang
sutradara. Namun dalam kelompok teater sekolahan,
sutradara bisanya adalah seorang duru drama atau pelatih
drama.
Tugas sutradara adalah sebagai berikut :
- memilih pemain (casting)
- menjelaskan penafsiran lakon kepada pemain
- menyusun rencana pembiayaan
- memimpin diskusi dengan penata panggung tentang konsep
panggung, penata rias tentang konsep rias, dan penata
cahaya dengan siswa sebagai kerabat kerja pertunjukan.
Casting
Setelah membaca dan memahami naskah, biasanya sutradara
melakukan casting, atau pemilihan pemain. Pemilihan
pemain ini bisa dilakukan dengan dua pendekatan.