Вы находитесь на странице: 1из 47

PPT SKENARIO 1

BLOK EMERGENSI
PERDARAHAN PERSALINAN
A-2

Ketua : Akhdan Aufa 1102013018


Sekretaris : Alim Muslimah Suryantoro 1102013020
Anggota : Annisa Robiyanti 1102011038
Fathonah Fatimatuzahra Said 1102013108
Hajar Haniyah 1102013119
Harianti Ayu Wulandari 1102013122
Intan Pratama Dewayanti 1102012131
Lamia Marie Thalib 1102013151
Lisa Dwiriansyah Trissanasari 1102013155
M. Fadli Ilham Akbari 1102013159
PERDARAHAN PERSALINAN
Seorang pasien usia 27 tahun datang ke IGD RSUD dengan
kelihan nyeri pada perut sejak 3 jam yang lalu disertai dengan keluar
darah dari kemaluan. Usia kehamilan dihitung dari haid terakhir
didapatkan 34 minggu. Pasien melakukan Antenatal Care di
Puskesmas sebanyak 4 kali dan terakhir kontrol satu minggu yang lalu.
Pasien juga pergi ke paraji dan periksa terakhir sebelum ke RS untuk
diurut. Selama kehamilan pasien mengalami kenaikan berat badan 10
kg dan tidak ada edema pada tungkai. Dari riwayat penyakit keluarga
diketahui tidak ada riwayat penyakit jantung, ginjal, DM, dan
hipertensi dalam keluarganya. Dilakukan pemeriksaan fisik dengan
hasil pasien tampak sakit sedang dan didapatkan tekana darah 110/70
mmHg, frekuensi nadi 110 kali per menit, suhu 37oC dan nafas 20 kali
per menit. Dari status obstetri didapatkan tinggi fundus uteri 28 cm,
denyut jantung janin tidak jelas. Dilakukan pemeriksaan inspekulo
tampak darah warna merah kehitaman mengalir dari OUI dan
pembukaan serviks tidak ada. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan
penunjang USG dengan hasil kehamilan tunggal dengan janin
presentasi kepala dan hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan
protein urin negatif. Dari pemeriksaan CTG didapatkan kesan gawat
janin.
SASARAN BELAJAR

LI 1. Memahami dan Menjelaskan Perdarahan Kehamilan


1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Perdarahan Kehamilan
2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Perdarahan Kehamilan
3. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Perdarahan Kehamilan

LI 2. Memahami dan Menjelaskan Plasenta Previa


1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Plasenta Previa
2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Plasenta Previa
3. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Plasenta Previa
4. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Plasenta Previa
5. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Plasenta Previa
6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding
Plasenta Previa
7. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Plasenta Previa
8. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Plasenta Previa
9. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Plasenta Previa
10. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Plasenta Previa
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Solusio Plasenta
1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Solusio Plasenta
2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Solusio Plasenta
3. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Solusio Plasenta
4. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Solusio Plasenta
5. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Solusio Plasenta
6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Solusio Plasenta
7. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Solusio Plasenta
8. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Solusio Plasenta
9. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Solusio Plasenta
10. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Solusio Plasenta
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Vasa Previa
1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Vasa Previa
2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Vasa Previa
3. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Vasa Previa
4. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Vasa Previa
5. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Vasa Previa
6. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Vasa Previa
7. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Vasa Previa
8. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Vasa Previa

LI 5. Memahami dan Menjelaskan Ruptur Uteri


1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Ruptur Uteri
2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Ruptur Uteri
3. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Ruptur Uteri
4. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Ruptur Uteri
5. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Ruptur Uteri
6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Ruptur Uteri
7. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Ruptur Uteri
8. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Ruptur Uteri
9. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Ruptur Uteri
10. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Ruptur Uteri
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Perdarahan
Kehamilan
1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Perdarahan
Kehamilan
Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah
kehamilan 28 minggu.Karena perdarahan antepartum terjadi pada
kehamilan di atas 28 minggu maka sering disebut atau digolongkan
perdarahan pada trimester ketiga.
Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada
trimester ketiga, akan tetapi tidak jarang juga terjadi sebelum
kehamilan 28 minggu karena sejak itu segmen bawah uterus telah
terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah
tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi, dan
serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen
bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan
serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat di situ tanpa
terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus.Pada saat itu
mulailah terjadi perdarahan.
1.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Perdarahan
Kehamilan
Faktor Determinan
 Umur
 Pendidikan
 Paritas
 Riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu
 Kadar Hb
 Tekanan darah
1.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Perdarahan
Kehamilan
Perdarahan Antepartum dibagi menjadi 4 macam:
1. Plasenta previa

2. Solusio plasenta

3. Vasa previa

4. Ruptur uteri
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Plasenta Previa
2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Plasenta Previa
Menurut Wiknjosastro (2002), Placenta Previa adalah
plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir
2.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Plasenta Previa
Penyebab secara pasti belum diketahui dengan jelas. Menurut
beberapa pendapat para ahli, penyebab plasenta previa yaitu :
Menurut Manuaba (1998), plasenta previa merupakan
implantasi di segmen bawah rahim dapat disebabkan oleh
endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi,
endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasaan plasenta
untuk mampu memberikan nutrisi pada janin, dan vili korealis pada
chorion leave yang persisten.
Menurut Mansjoer (2001), etiologi plasenta previa belum
diketahui pasti tetapi meningkat pada grademultipara, primigravida
tua, bekas section sesarea, bekas operasi, kelainan janin dan
leiomioma uteri.
2.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Plasenta
Previa
Klasifikasi plasenta terdapat empat macam plasenta previa, yaitu
:

1. Plasenta previa totalis, apabila seluruh pembukaan jalan


lahir (ostium uteri internum) tertutup oleh plasenta.
2. Plasenta previa lateralis, apabila hanya sebagian dari jalan
lahir (ostium uteri internum) tertutup oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis, apabila tepi plasenta berada
tepat pada pinggir pembukaan jalan lahir (ostium uteri
internal).
4. Plasenta letak rendah, apabila plasenta mengadakan
implantasi pada segmen bawah uterus, akan tetapi belum
sampai menutupi pembukaan jalan lahir. Pinggir plasenta
berada kira-kira 3 atau 4 cm di atas pinggir pembukaan
sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.
2.4 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Plasenta Previa
Menurut Chalik (2002), pada usia kehamilan yang lanjut,
umumnya pada trimester ketiga dan mungkin juga lebih awal, oleh
karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta
akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta
terbentuknya dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang
tumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya istmus uteri
menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi
disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada
tapaknya. Demikian pula pada waktu servik mendatar dan membuka
ada bagian tapak plasenta yang lepas.Pada tempat laserasi itu akn
terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu ruang
intervillus dari plasenta. Oleh sebab itu, perdarahan pada plasenta
previa betapapun pasti akan terjadi oleh karena segmen bawah rahim
senantiasa terbentuk Perdarahan antepartum akibat plasenta previa
terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus lebih
banyak mengalami perubahan.
2.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis
Plasenta Previa
Gejala yang dapat ditemukan pada keadaan plasenta previa,
yaitu:
1. Perdarahan tanpa sebab dan tanpa rasa nyeri serta berulang

2. Darah berwarna merah segar, perdarahan pertama biasanya


tidak banyak, tetapi perdarahan berikutnya hamper selalu
lebih banyak dari sebelumnya
3. Timbulnya penyulit pada ibu yaitu anemia sampai syok dan
pada janin dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian
janin dalam rahim, bagian terbawah janin belum masuk pintu
atas panggul dan atau disertai dengan kelainan letak oleh
karena letak plasenta previa berada di bawah janin
(Winkjosastro, 2002)
2.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis
Banding Plasenta Previa
Diagnosis:
Diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesa dan pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang (Wiknjosastro, 2005) :
Anamnesa yang sesuai dengan gajala klinis, yaitu terjadi perdarahan
spontan dan berulang melalui jalan lahir tanpa ada rasa nyeri.

Pemeriksaan fisik :
 Inspeksi : Terlihat perdarahan pervaginam berwarna merah segar.
 Palpasi abdomen : Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus
uteri masih rendah; Sering disertai kesalahaan letak janin; Bagian
bawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya kepala
masih dapat digoyang atau terapung; Bila pemeriksa sudah cukup
pengalaman dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah
rahim, terutama pada ibu yang kurus.
 Inspekulo : Dengan pemeriksaan inspekulo dengan hati-hati dapat
diketahui asal perdarahan, apakah dari dalam uterus, vagina,
varises yang pecah atau lain-lain.
Diagnosis Banding:

Gejala dan tanda Faktor predisposisi Penyulit lain Diagnosis

* Perdarahan dengan nyeri * Hipertensi * Syok yang tidak sesuai Solusio


intermitten atau menetap * versi luar dengan jumlah darah plasenta
* Warna darah kehitaman dan cair, *Trauma abdomen (tersembunyi)
tapi mungkin ada bekuan jika * Polihidramnion * anemia berat
solusio relatif baru * gemelli * Melemah atau hilangnya
* Jika ostium terbuka, terjadi * defisiensi gizi denyut jantung janin
perdarahan berwarna merah segar. * gawat janin atau hilangnya
denyut jantung janin
* Uterus tegang dan nyeri

* Perdarahan intraabdominal * Riwayat seksio *Syok atau takikardia Ruptur uteri


dan/atau vaginal sesarea *Adanya cairan bebas
* Nyeri hebat sebelum perdarahan *Partus lama atau intraabdominal
dan syok, yg kemudian hilang kasep *Hilangnya gerak atau
setelah terjadi regangan hebat pada *Disproporsi kepala denyut jantung janin
perut bawah (kondisi ini tidak /fetopelvik *Bentuk uterus abnormal
khas) *Kelainan atau konturnya tidak jelas.
letak/presentasi * Nyeri raba/tekan dinding
*Persalinan perut dan bagian2 janin
traumatik mudah dipalpasi
2.7 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana
Plasenta Previa
2.8 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi
Plasenta Previa
Menurut Dutta (2004) komplikasi dapat terjadi pada ibu
dan bayi yaitu: Selama kehamilan pada ibu dapat
menimbulkan perdarahan antepartum yang dapat
menimbulkan syok, kelainan letak pada janin sehingga
meningkatnya letak bokong dan letak lintang. Selain itu juga
dapat mengakibatkan kelahiran prematur. Selama persalinan
plasenta previa dapat menyebabkan ruptur atau robekan jalan
lahir, prolaps tali pusat, perdarahan postpartum, perdarahan
intrapartum, serta dapat menyebakan melekatnya plasenta
sehingga harus dikeluarkan secara manual atau bahkan
dilakukan kuretase. Sedangkan pada janin plasenta previa ini
dapat mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan rendah,
munculnya asfiksia, kematian janin dalan uterus, kelainan
kongenital serta cidera akibat intervensi kelahiran.
2.9 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Plasenta
Previa

Agar mengurangi resiko pendarahan dan melahirkan secara


prematur dan tidak normal, sebaiknya ibu hamil dengan plasenta
previa melakukan hal-hal berikut ini:

 Bed rest

 Rajin kontrol

 Pelvic rest
2.10 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Plasenta
Previa
Prognosis ibu pada plasenta previa dipengaruhi oleh
jumlah dan kecepatan perdarahan serta kesegeraan
pertolongannya. Kematian pada ibu dapat dihindari apabila
penderita segera memperoleh transfusi darah dan segera lakukan
pembedahan seksio sesarea. Prognosis terhadap janin lebih burik
oleh karena kelahiran yang prematur lebih banyak pada penderita
plasenta previa melalui proses persalinan spontan maupun
melalui tindakan penyelesaian persalinan. Namun perawatan
yang intensif pada neonatus sangat membantu mengurangi
kematian perinatal (Cunningham, 2005).
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Solusio Plasenta

3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Solusio


Plasenta

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau


keseluruhan plasenta dari implantasi normalnya (korpus uteri)
setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin lahir.
Cunningham dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta
sebagai separasi prematur plasenta dengan implantasi
normalnya korpus uteri sebelum janin lahir
3.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Solusio
Plasenta
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa
faktor yang menjadi predisposisi
1. Faktor kardio-reno-vaskuler
2. Faktor trauma
3. Faktor paritas ibu
4. Faktor usia ibu
5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma)
6. Faktor pengunaan kokain
7. Faktor kebiasaan merokok
8. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi
3.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Solusio
Plasenta

Derajat Solusio Plasenta

1. Solusio plasenta ringan

2. Solusio plasenta sedang

3. Solusio plasenta berat

Klasifikasi dari ada tidaknya darah yang keluar melalui


vagina :

1. Revealed hemmorhage

2. Concealed hemorrhage
3.4 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Solusio
Plasenta
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta
atau uterus yang membentuk hematoma pada desidua,sehingga
plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila perdarahan
sedikit,hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan
plasenta,pedarahan darah antara uterus dan plasenta belum
terganggu,dan tanda serta gejala pun belum jelas.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus
karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak
mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya.
Akibatnya hematoma retroplasenter akan bertambah
besar,sehingga sebagian dan seluruh plasenta lepas dari dinding
uterus
3.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis
Solusio Plasenta
Gambaran klinis dari kasus-kasus solusio plasenta
diterangkan atas pengelompokannya menurut gejala klinis:
 Solusio plasenta ringan

Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus


marginalis, dimana terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta
yang tidak berdarah banyak. Apabila terjadi perdarahan
pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit.
Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya
terus menerus.
 Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta telah terlepas lebih dari satu per
empat bagian, tetapi belum dua per tiga luas permukaan. Tanda
dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio plasenta
ringan, tetapi dapat juga secara mendadak dengan gejala sakit
perut terus menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan
perdarahan pervaginam.
 Solusio plasenta berat

Plasenta telah terlepas lebih dari dua per tiga


permukaannnya. Terjadi sangat tiba-tiba. Biasanya ibu telah
jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal.
Uterusnya sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri
3.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis
Banding Solusio Plasenta
Diagnosis:
 Anamnesis : terdapat perdarahan disertai rasa nyeri, terjadi
spontan atau karena trauma, perut terasa nyeri diikuti
penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam Rahim.
Perdarahan pervaginam, kontraksi uterus dan nyeri abdomen
 Pemeriksaan fisik umum : keadaan umum penderita tidak
sesuai dengan jumlah perdarahan, tekanan darah menurun,
nadi dan pernapasan meningkat, penderita tampak anemis.
 Pemeriksaan khusus : palpasi abdomen (perut tegang terus-
menerus, tersa nyeri saat dipalpasi, bagian janin sukar
ditentukan), auskultasi (denyut jantung janin sangat bervariasi
dari asfiksia ringan sampai berat), pemeriksaan dalam
(terdapat pembekuan, ketuban tegang dan menonol).
 Pemeriksaan penunjang : dengan ultrasonografi, dijumpai
perdarahan antara plasenta dan dinding abdomen
Diagnosis Banding:
Solusio plasenta Plasenta previa
Kejadian Hamil tua in partu Hamil tua
Anamnesis Mendadak Perlahan tanpa disadari
Terdapat trauma Tanpa trauma
Perdarahan dengan nyeri Perdarahan tanpa nyeri
Keadaan umum Tidak sesuai dengan Sesuai dengan perdarahaan
perdarahan yang tampak
Anemis, tekanan darah, nadi,
pernapasan tidak sesuai
dengan perdarahan
Dapat disertai pre-
eklamsia/eklamsia

Palpasi abdomen Tegang, nyeri Lembek – tanpa rasa nyeri


Bagian janin sulit diraba Bagian janin mudah diraba

Pemeriksaan dalam Ketuban tegang menonjol Jaringanplasenta


Denyut jantung janin Asfiksia sampai mati Asfiksia
bergantung pada lepasnya Meninggal bila Hb < 5 g%
plasenta
3.7 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Solusio
Plasenta
Penanganan kasus-kasus solusio plasenta didasarkan kepada
berat atau ringannya gejala klinis, yaitu:
Solusio plasenta ringan
1. Ekspektatif
2. Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio
plasenta makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio
plasenta bertambah luas), maka kehamilan harus segera diakhiri.
Solusio plasenta sedang dan berat
1. Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan di
rumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu
seksio sesaria.
2. Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telah
terjadi sekurang-kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus segera diberikan.
3. Amniotomi
3.8 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Solusio
Plasenta

Komplikasi yang dapat terjadi pada Ibu:

1. Syok perdarahan

2. Gagal ginjal

3. Kelainan pembekuan darah


3.9 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Solusio
Plasenta
1. Hindari minuman beralkohol, merokok, atau penggunaan
obat-obatan narkotika dan psikotropika selama kehamilan
2. Pemeriksaan kehamilan ke dokter atau bidan sejak awal
diketahui adanya kehamilan dan secara teratur selama masa
kehamilan
3. Mengenali dan mengatasi adanya masalah kesehatan pada
ibu hamil seperti diabetes dan tekanan darah tinggi dapat
menurunkan resiko terjadinya solusio plasenta
3.10 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Solusio
Plasenta
Punya prognosis yang buruk bagi ibu hamil dan lebih
buruk lagi bagi janin jika dibandingkan dengan plasenta previa.
Solusio Plasenta yang ringan masih mempunyai prognosis yang
baik bagi ibu dan janin karena tidak ada kematian dan
morbiditasnya rendah. Solusio Plasenta yang sedang
mempunyai prognosis yang lebih buruk terutama terhadap
janinya karena mortilitas dan morbiditas perinatal yang tinggi
di samping morbiditas ibu, yang lebih berat. Solusi plasenta
berat mempunyai prognosis paling buruk baik terhadap ibu
lebih-lebih terhadap janin
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Vasa Previa
4.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Vasa Previa
Vasa previa adalah komplikasi obstetrik dimana pembuluh
darah janin melintasi atau berada di dekat ostium uteri internum
(cervical os)
4.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Vasa Previa
Insersi velamentosa ini biasanya terjadi pada kehamilan ganda/
gemeli, karena pada kehamilan ganda sumber makanan yang
ada pada plasenta akan menjadi rebutan oleh janin, sehingga
dengan adanya rebutan tersebut akan mempengaruhi
kepenanaman tali pusat/ insersi.
4.4 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Vasa Previa

Pada insersio velamentosa tali pusat yang dihubungkan


dengan plasenta oleh pembuluh-pembuluh darah yang berjalan
dalam selaput janin. Kalau pembuluh darah tersebut berjalan di
daerah oestium uteri internum maka disebut vasa previa. Hal ini
dapat berbahaya bagi janin karena bila ketuban pecah pada
permulaan persalinan pembuluh darah dapat ikut robek sehingga
terjadi perdarahan inpartum dan jika perdarahan banyak
kehamilan harus segera di akhiri.
4.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Vasa
Previa

Tanda dan gejalanya belum diketahui secara pasti,


perdarahan pada insersi velamentosa ini terlihat jika telah terjadi
vasa previa yaitu perdarahan segera setelah ketuban pecah dan
karena perdarahan ini berasal dari anak dengan cepat bunyi
jantung anak menjadi buruk. Bisa juga menyebabkan bayi itu
meninggal.
4.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis
Banding Vasa Previa
1. Jarang terdiagnosa sebelum persalinan namun dapat diduga
bila usg antenatal dengan Coolor Doppler memperlihatkan
adanya pembuluh darah pada selaput ketuban didepan
ostium uteri internum.
2. Tes Apt : uji pelarutan basa hemoglobin. Diteteskan 2 – 3
tetes larutan basa kedalam 1 mL darah. Eritrosit janin tahan
terhadap pecah sehingga campuran akan tetap berwarna
merah. Jika darah tersebut berasal dari ibu, eritrosit akan
segera pecah dan campuran berubah warna menjadi coklat.
3. Diagnosa dipastikan pasca salin dengan pemeriksaan selaput
ketuban dan plasenta
4. Seringkali janin sudah meninggal saat diagnosa ditegakkan
mengingat bahwa sedikit perdarahan yang terjadi sudah
berdampak fatal bagi janin
4.7 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Vasa Previa
1. Penderita dengan kecurigaan vasa previa dirujuk ke spesialis
obstetric dan ginekologi. Kelahiran pada kasus vasa previa
dilakukan dengan seksio sesaria.
2. Hanya melakukan diagnosa dan bila dicurigai bahwa ibu
hamil mengalami kehamilan ganda segera lakukan USG.
Dan apabila mengetahui ibu positif mengalami insersio
velamentosa, lakukan rujukan pada Rumah Sakit (Seksio
Sesarea).

4.8 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Vasa Previa


Komplikasi yang bisa terjadi berupa perdarahan dan syok.
4.9 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Vasa Previa
1. Istirahat
2. Konsumsi asam folat
3. Tunda seks untuk sementara waktu
LI 5. Memahami dan Menjelaskan Ruptur Uteri
5.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Ruptur Uteri
Ruptur Uteri adalah robekan atau diskontinuita dinding
rahim akibat dilampauinya daya regang miomentrium. Ruptur
uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau
dalam persalinan dengan atau tanpa robeknya perioneum
visceral.
5.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Ruptur Uteri
1. Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus
2. Induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan
yang lama
3. Presentasi abnormal ( terutama terjadi penipisan pada segmen
bawah uterus ).( Helen, 2001 ).
5.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Ruptur
Uteri

Klasifikasi Ruptur Uteri

Ruptur uteri dapat dibagi menurut beberapa cara :


1. Menurut waktu terjadinya

2. Menurut lokasinya

3. Menurut robeknya peritoneum

4. Menurut etiologinya

5. Menurut simtoma klinik


5.4 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Ruptur Uteri
Ruptur uteri terutama disebabkan oleh peregangan yang luar biasa
dari uterus. Sedangkan kalau uterus telah cacat, mudah dimengerti karena
adanya lokus minoris resistens
Rumus mekanisme terjadinya ruptur uteri:
R=H+O
Dimana:
R = Ruptur
H = His Kuat (tenaga)
O = Obstruksi (halangan)
Pada waktu in-partu, korpus uteri mengadakan kontraksi sedang
SBR tetap pasif dan cervix menjadi lunak (effacement dan pembukaan). Bila
oleh sesuatu sebab partus tidak dapat maju (obstruksi), sedang korpus uteri
berkontraksi terus dengan hebatnya (his kuat), maka SBR yang pasif ini akan
tertarik ke atas menjadi bertambah regang dan tipis. Lingkaran Bandl ikut
meninggi, sehingga suatu waktu terjadilah robekan pada SBR tadi. Dalam hal
terjadinya ruptur uteri jangan dilupakan peranan dari anchoring apparatus
untuk memfiksir uterus yaitu ligamentum rotunda, ligamentum latum,
ligamentum sacrouterina dan jaringan parametra.
5.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis
Ruptur Uteri
1. Partus telah lama berlangsung
2. Pasien nampak gelisah, ketakutan, disertai dengan perasaan
nyeri di perut.
3. Pada setiap datangnya his pasien memegang perutnya dan
mengerang kesakitan bahkan meminta supaya anaknya
secepatnya dikeluarkan.
4. Pernafasan dan denyut nadi lebih cepat dari biasa.
5. Ada tanda dehidrasi karena partus yang lama (prolonged
labor), yaitu mulut kering, lidah kering dan haus, badan
panas (demam).
6. His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus-
menerus.
7. Ligamentum rotundum teraba seperti kawat listrik yang
tegang, tebal dan keras, terutama sebelah kiri atau keduanya.
8. Pada waktu datang his, korpus uteri teraba keras (hipertonik)
sedangkan SBR teraba tipis dan nyeri kalau ditekan
5.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis
Banding Ruptur Uteri
1. Anamnesis dan Inspeksi
2. Palpasi
3. Auskultasi
4. Pemeriksaan Dalam
5. Kateterisasi
6. Catatan
5.7 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Ruptur
Uteri
Tindakan pertama adalah memberantas syok, memperbaiki
keadaan umum penderita dengan pemberian infus cairan dan
tranfusi darah, kardiotinika, antibiotika, dsb. Bila keadaan
umum mulai baik, tindakan selanjutnya adalah melakukan
laparatomi dengan tindakan jenis operasi :
1. histerektomi baik total maupun sub total
2. histerorafia, yaitu luka di eksidir pinggirnya lalu di jahit
sebaik-baiknya
3. konserfatif: hanya dengan temponade dan pemberian
antibiotika yang cukup.
5.8 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Ruptur Uteri
1. Infeksi post operasi

2. Kerusakan ureter

3. Emboli cairan amnion

4. DIC

5. Kematian maternal

6. Kematian perinatal

7. Sepsis

8. Syok Hipovolemik
5.9 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Ruptur Uteri
Banyak kiranya ruptur uteri yang seharusnya tidak perlu terjadi kalau sekiranya
ada pengertian dari para ibu, masyarakat dan klinisi, karena sebelumnya dapat kita
ambil langkah-langkah preventif. Maka, sangatlah penting arti perawatan
antenatal (prenatal).
1. Panggul sempit atau CPD
2. Malposisi Kepala
3. Malpresentasi
4. Hidrosefalus
5. Rigid cervix
6. Tetania uteri
7. Tumor jalan lahir
8. Grandemultipara + abdomen pendulum
9. Pada bekas seksio sesarea
10. Uterus cacat
11. Ruptur uteri karena tindakan obstetrik
5.10 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Ruptur Uteri

Harapan hidup bagi janin sangat suram. Angka mortilitas yang


ditemukan dalam berbagai penelitian berkisar dari 50 hingga 70 persen.
Tetapi jika janin masih hidup pada saat terjadinya peristiwa tersebut, satu-
satunya harapan untuk mempertahankan jiwa janin adalah
dengan persalinan segera, yang paling sering dilakukan lewat laparotomi.
DAFTAR PUSTAKA

ACOG. Vaginal birth after previous cesarean delivery. ACOG practice bulletin no. 54.
Washington, DC: American College of Obstetricians and Gynecologists;2004.
Ayu I, Bagus I, et al 2012.Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan, Dan KB Ed 2.Jakarta :
EGC, 2010.
^Bhide A, Thilaganathan B (2004). "Recent advances in the management of placenta
previa.". Curr Opin Obstet Gynecol 16(6): 447–51. doi:10.1097/00001703-200412000-
00002. PMID15534438.
Cris T, Frans L, et al 2014. Kapita selekta kedokteran Ed. 4.Jakarta : Media Aesculapius.
Cunningham, Garry F., M. D. et al: Antepartum Assesment, Williams Obstetrics, 22nd ed,
Connecticut: Appleton & Lange, 2002.
Gyamfi C, Juhasz G, Gyamfi P, Blumenfeld Y, Stone JL. Single- versus double-layer
uterine incision closure and uterine rupture. J Matern Fetal Neonatal Med. Oct
2006;19(10):639-43. [Medline].
Hanifa Wiknjosastro, Abdul Bari Saifudin, Trijatmo Rachimhadhi, dalam : Ilmu Bedah
Kebidanan, edisi pertama. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2006.
Hanifa Wiknjosastro, Abdul Bari Saifudin, Trijatmo Rachimhadhi, dalam : Ilmu
Kebidanan, edisi pertama. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2010
Kayani SI, Alfirevic Z. Uterine rupture after induction of labour in women with previous
caesarean section. BJOG. Apr 2005;112(4):451-5. [Medline].
Lee W, Lee V, Kirk J, Sloan C, Smith R, Comstock C (2000). "Vasa previa: prenatal
diagnosis, natural evolution, and clinical outcome.". Obstet Gynecol 95 (4): 572–
6. doi:10.1016/S0029-7844(99)00600-6. PMID 10725492.
Lim AC, et al.Pregnancy after uterine rupture: a report of 5 cases and a review of
the literature.Obstet Gynecol Surv.2005 ;60(9):613-7
Lijoi A, Brady J (2003). "Vasa previa diagnosis and management.". J Am Board
Fam Pract 16 (6): 543–8.doi:10.3122/jabfm.16.6.543. PMID 14963081.Full text
Locatelli A, Regalia AL, Ghidini A, et al. Risks of induction of labour in women
with a uterine scar from previous low transverse caesarean section. BJOG. Dec
2004;111(12):1394-9.
Macones GA, Cahill A, Pare E, et al. Obstetric outcomes in women with two
prior cesarean deliveries: is vaginal birth after cesarean delivery a viable
option?. Am J Obstet Gynecol. Apr 2005;192(4):1223-8; discussion 1228-9.
Oyelese Y, Smulian J (2006). "Placenta previa, placenta accreta, and vasa
previa.". Obstet Gynecol 107 (4): 927–
41.doi:10.1097/01.AOG.0000207559.15715.98. PMID 16582134
Saifuddin, A B. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawihardjo Ed 4. Jakarta : PT
Bina Pustaka.
Walsh CA, O’Sullivan RJ, Foley ME (2006). “Unexplained prelabor uterine
rupture in a term primigravida”. Obstetrics and gynecology 108 (3 Pt 2): 725–7.
Yasmine Derbala, MD; Frantisek Grochal, MD; Philippe Jeanty, MD, PhD (2007).
"Vasa previa". Journal of Prenatal Medicine 2007 1 (1): 2–13.Full text
TERIMA KASIH
ATAS PERHATIANNYA

Вам также может понравиться