Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Andika Pradana, dr
Hilna K Shalihat, dr
Public Health
• Metodologi Penelitian
• Promosi Kesehatan
• Epidemiologi
• Sistem Pelayanan Kesehatan
• Family Medicine
• Ilmu Perilaku
• Komunikasi Efektif
Public Health
Metodologi Penelitian
• Desain Penelitian
• Uji Hipotesis
• Teknik Pengambilan Sampel
• Bias Penelitian
• LAPORAN KASUS
• CASE-SERIES
VARIABEL BEBAS VARIABEL TERIKAT
RISK EFFECT
Desain Penelitian
Cross
Case Control Cohort
Sectional
Prevalence
Odd Ratio Risk Ratio
Ratio
CROSS SECTIONAL /
POTONG LINTANG
Clinical Key :
SATU POPULASI, JUMLAH SAMPEL TELAH DITENTUKAN
MUDAH, MURAH, CEPAT, HEMAT, EFISIEN
Struktur studi Cross-sectional
a efek (+)
b efek (-)
Faktor resiko
c efek (+)
d efek (-)
KEUNGGULAN
KETERBATASAN
Dapat mengetahui mendalam
hubungan sebab
akibat
Hasil pengamatan studi cross sectional
RO = ad/bc
Interpretasi nilai RO sama dengan pada
penelitian Cross-sectional.
• RO = 1
Bukan faktor resiko
• RO > 1
Merupakan faktor resiko
• RO < 1
Faktor protektif
Cohort
• Suatu penelitian epidemiologis yang PALING
BAIK dalam mengkaji hubungan antara
faktor risiko dengan efek (penyakit).
Diikuti prospektif
Penelitian mulai Apakah terjadi
disini efek?
Ya Tidak Jumlah
Faktor Ya a b a+b
resiko
Tidak c d c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d
RR = a/(a+b) : c/(c+d)
JENIS SKALA PENGUKURAN
N JENIS
KARAKTERISTIK OPERASI EMPIRIS DASAR CONTOH
O SKALA
NUMERIK (KUANTITATIF)
merupakan variabel hasil dari penghitungan
dan pengukuran Interval, rasio
HIPOTESIS VARIABEL I VARIABEL II JENIS UJI STATISTIK
Kai Kuadrat
Kategorik Kategorik
Fisher Exact
numerik ordinal
T
Variabel
dependent Wilcox
berpasang
(paired) on
KOMPARATIF 2 kelompok an
Ordinal
Kategorik
Numerik
Variabel
T Mann
tidak
independe Whitne
berpasang
nt y
an
>2
Annova
kelompok
Regresi
KORELATIF Numerik Numerik
Korelasi
Penarikan Kesimpulan
• Prinsip
Jika p value < alpha Ho ditolak
Jika p value lebih atau sama dengan alpha Ho
gagal ditolak
TEKNIK SAMPLING
Non Probability
Probability Sampling
Sampling
1. Simple Random
1. Purposive sampling
Sampling
2. Judgement
2. Sistematis Random
Sampling
Sampling
3. Quota Sampling
3. Stratified Sampling
4. Snowball Sampling
4. Cluster Sampling
5. Convenience
5. Double Sampling/
Sampling
Multiphase Sampling
SIMPLE RANDOM SAMPLING
SISTEMATIS RANDOM SAMPLING
Pengambilan sampel dimana semua
unsur dari populasi mempunyai Pengambilan sampel dimana sampel
kesempatan yang sama untuk dipilih
pertama ditentukan secara acak
sebagai anggota sampel. Anggota
sedangkan sampel berikutnya diambil
sampel dipilih secara acak.
berdasarkan satu interval tertentu.
Contoh :
1.Berdasarkan urutan genap absen
STRATIFIED RANDOM SAMPLING
• Pengambilan sampel dimana populasi yang ada
memiliki strata atau tingkatan dan setiap tingkatan
memiliki karakteristik sendiri.
• Contoh : Kelas pada suatu sekolah
CLUSTER SAMPLING
Hampir sama dengan teknik stratified.
Perbedaannya jika pada stratified anggota populasi
dalam satu strata relatif homogen sedangkan pada
cluster sampling anggota dalam satu cluster bersifat
heterogen.
Contoh : penelitian pada wilayah luas
DOUBLE SAMPLING /
MULTIPHASE SAMPLING
TETAPI
1. Hasil (+) pd subjek yg sehat : FALSE POSITITIVE
2. Hasil (-) pd subjek yg sakit : FALSE NEGATIVE
• Positive Predictive Value:
– Probabilitas seseorang menderita penyakit apabila uji
diagnostiknya positif.
– = A : (A+B)
Sensitivitas = A : (A+C)
Spesifisitas = D : (B+D)
Nilai prediksi positif (Positive Predictive Value ) = A : (A+B)
Nilai prediksi negatif (Negative Predictive Value) = D : (C+D)
CONTOH SOAL
1. Health promotion
2. Spesifik protection
3. Early diagnosis and prompt treatment
4. Disability limitation
5. Rehabilitation
Health Promotion
Kegiatan :
• Pendidikan kesehatan agar berlaku sehat
• Perbaikan gizi
• Pemeriksaan kesehatan secara berkala
• Cukup istirahat dan rekreasi
• Pemeliharaan kesehatan lingkungan
Spesific Protection
Kegiatan :
• Imunisasi
• Pakaian pelindung
• Kebersihan perorangan
• Kesehatan lingkungan
Early Diagnosis &
Prompt Treatment
Kegiatan :
• Mencari kasus (case finding)
• Screening
• Survey penyakit
• Pemberian obat sesuai penyakit
• Pemeriksaan lingkungan secara berkala
Disability Limitation
Kegiatan :
• Pencegahan + perawatan yang baik dan tepat
• Gangren → amputasi
Rehabilitation
Kegiatan :
• R. fisik
• R. mental
• R. sosial
• R. estetis
Sasaran promosi kesehatan
1. SASARAN PRIMER individu atau kelompok yg
diharapkan berubah perilakunya.
2. SASARAN SEKUNDER
individu/kelompok/organisasi yang
mempengaruhi perilaku sasaran primer.
Contoh : tokoh masyarakat, tokoh agama,
petugas kesehatan
3. SASARAN TERSIER individu/kelompok/organisasi
yang punya wewenang membuat
kebijakan/keputusan yang memperngaruhi
perilaku sasaran primer. Contoh : badan
eksekutif, legislatif, donatur
METODE PROMOSI KESEHATAN
Jumlah ibu mati akibat kehamilan, persalinan dan nifas selama 1 tahun x 1000
Jumlah lahir hidup tahun yang sama
INCIDENCE RATE PREVALENCE RATE
Merupakan jumlah kasus Merupakan jumlah orang
baru yang terjadi di yang menderita penyakit
kalangan penduduk di kalangan penduduk
DEFENISI
selama periode waktu pada satu titik waktu
tertentu. tertentu.
RUMUS
SKEMATIS:
1
X 2
4 X
X X
3
X X
5 6
x
7
X 8 9
X X X X
• Incidence: kasus 2, 3, 4, 8, 9
• Point prevalence: 1 Jan: kasus 1, 5, 7
31 Des: kasus 2, 5
• Periode prevalence: kasus 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8 dan 9
Besarnya masalah kesehatan
• Endemi
Suatu keadaan dimana dijumpai suatu penyakit dengan
frekuensi kecil dan menetap di suatu daerah tertentu
• Sporadik
Penyakit dijumpai di suatu daerah tertentu dengan frekuensi
berubah-ubah menurut perubahan waktu
• Epidemi
Penyakit pada daerah tertentu dengan frekuensi
meningkat cepat, waktu singkat dan gejala jelas.
• Pandemi
Peningkatan frekuensi sangat tinggi dan melewati
batas negara.
KLB = OUT BREAK = EPIDEMI
Dari tidak ada menjadi ada
Dari ada meningkat 2x lipat
ENDEMIS Dari ada terus meningkat 3 waktu berturut
Terus menerus tinggi
SPORADIS
Pandemi
Naik turun
Wabah
Epidemi
OUTBREAK/KLB
• Attack Rate
Jumlah kasus
Populasi yang beresiko
1. INTERVAL REFERRAL
• Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
penderita sepenuhnya kepada dokter
konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan
selama jangka waktu tersebut dokter tsb
tidak ikut menanganinya.
2. COLLATERAL REFERRAL
• Menyerahkan wewenang dan tanggungjawab
penanganan penderita hanya untuk satu
masalah kedokteran khusus saja
3. CROSS REFERRAL M
• Menyerahkan wewenang dan tanggung jawab
penanganan penderita sepenuhnya kepada
dokter lain untuk selamanya
4. SPLIT REFERRAL
• Menyerahkan wewenang dan tanggung jawab
penanganan penderita sepenuhnya kepada
beberapa dokter konsultan, dan selama
jangka waktu pelimpahan wewenang dan
tanggungjawab tersebut dokter pemberi
rujukan tidak ikut campur.
POSYANDU
Posyandu adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh, dari
dan untuk masyarakat yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada
umumnya serta kesehatan ibu dan anak pada
khususnya.
INDIKATOR KEBERHASILAN
1 ) D/S : Baik/kurangnya peran serta masyarakat.
2 ) N/D : Berhasil tidaknya program Posyandu
Program Imunisasi Tambahan
• Backlog Fighting
mencukupi imunisasi wajib yang tidak terpenuhi pada anak
berumur 1-3 tahun setiap 2 tahun sekali
• Crash Program
pada daerah dengan angka kematian bayi tinggi, angka PD3I tinggi,
infrastruktur kurang
• PIN
pemberian imunisasi polio pada semua balita tanpa
mempertimbnagkan status imunisasinya. Dilakukan 2 bulan
berturut turut
• Sub PIN
bila telah terjadi 1 kasus polio, diberikan imunisasi polio pada
semua bayi kurang dari 1 tahun
• Catch Up Campaign
imunisasi ulangan campak pada anak sekolah tanpa
mempertimbangkan imunisasi sebelumnya
Family Medicine
Dokter Keluarga
Konseling
Fungsi Manajemen
BENTUK-BENTUK KELUARGA
Keluarga inti
atau
atau
1. CONTINUITY OF CARE
(Pelayanan yang berkesinambungan)
2. COMPREHENSIVE OF CARE
(Pelayanan yang menyeluruh)
3. COORDINATION OF CARE
(Pelayanan yang terkoordinasi)
3. COMMUNITY (Masyarakat)
4. PREVENTION (Pencegahan)
5. FAMILY (Keluarga)
Hubungan Dokter - Pasien
• Aktif-pasif Paternalistic
(pasien merasa dokter tau semuanya)
• Guidance cooperative
(pasien mencurahkan keinginannya, kemudian bekerja
sama dengan dokter yang membimbing agar tercapai
solusi
• Mutuality
(dokter dan pasien sama sama mencari jalan terbaik)
• Consumerist
(pasien sbg pembeli jasa medik, berhak menuntut jika
tidak puas)
KONSELING EFEKTIF
• Prinsip Konseling
CEA (Catarhsis – Education – Action)
Seorang pria didiagnosis dengan gangrene diabetikum dan
perlu menjalani operasi amputasi karena dikhawatirkan akan
meluas ke jaringan di sekitarnya. Pasien terlihat enggan
mdan ragu untuk menjalani amputasi. Langkah konseling
yang sebaiknya dilakukan dokter pada pria tersebut adalah?
a. Menjelaskan bahwa amputasi tidak berbahaya
b. Menjelaskan bahwa amputasi merupakan jalan terbaik
untuk keadaan saat ini
c. Menjelaskan manfaat dan konsekuensi amputasi dengan
bahasa yang mudah dimengerti dan tanpa ditutupi
d. Mengundang anggota keluarga pasien untuk
memberikan support psikologis pada pasien
e. Menanyakan pada pasien mengapa enggan dan ragu ragu
CATARHSIS
• Biarkan pasien untuk mengeluarkan dan
mengutarakan yang dirasakan terhadap
kekhawatirannya atau penyakitnya. Biarkan
emosi pasien keluar, kita tidak boleh
mengarahkan atau memutusnya.
• Identifikasi jika ada mispersepsi pasien
tentang penyakit atau apa yang menyebabkan
pasien cemas (ECM = Emotional Critical
Misperception)
CATARHSIS
• Dengan cara member pertanyaan pada pasien
• Apa yang bapak/ ibu pikirkan saat bapak/ibu
merasakan sakit?
• Perasaan apa yang muncul saat bapak/ibu
berpikiran seperti itu?
• Dari penyakit/kecemasan bapak/ibu,
konsekuensi apa yang paling bapak/ibu
pikirkan?
• Rangkum dan simpulkan
EDUCATION
• Kita lakukan edukasi dan mengoreksi
mispersepsi pasien. Kita berikan informasi
tentang penyakit pasien, meliputi definisi,
etiologi, faktor resiko
ACTION
• Menjelaskan pengelolaan penyakit
• Mengklarifikasi pemahaman pasien tentang
penyakit/penyakit yang sedang dikhawatirkan
• Mengklarifikasi perasaan pasien
FUNGSI MANAJEMEN
INPUT PROSES
• Man • Planning
• Money • Organizing
• Material • Actuating
OUTPUT OUTCOME
• Method • Controlling
• Machine • Evaluation
• Market
• Time
Diagram Penyelesaian Masalah
• DIAGRAM SEBAB AKIBAT (TULANG IKAN)
Diagram Penyelesaian Masalah
• DIAGRAM PARETO
Diagram Penyelesaian Masalah
• DIAGRAM POHON
Diagram Penyelesaian Masalah
• DIAGRAM
SWOT
Teori Perubahan Perilaku
• Prekontemplasi
tidak tertarik dan tidak berpikir untuk berubah
Intervensi : informasi dan edukasi
• Kontemplasi
mulai berniat untuk berhenti. Tantangan yang dihadapi
adalah emosi negatif yang timbul karena pilihan untuk
meninggalkan kegiatan yang ia senangi
Intervensi : Motivasi
• Persiapan
persiapan spesifik sudah mulai dibuat. Misalnya, tanggal
berapa
intervensi : mengajarkan teknik teknik
• Tindakan
Perubahan perilaku
Intervensi : dukungan positif, kelompok kerja
• Pemeliharaan
6 bulan setelah perubahan perilaku, beratahan
ataui kembali pada kebiasaan lama
Intervensi : pujian dan apresiasi
Teori Kuble Ross
• DENIAL
Penyangkalan biasanya merupakan pertahanan sementara untuk
diri sendiri
“Hal ini tidak mungkin terjadi, tidak pada saya”
• ANGER
Menyalahkan keadaan
"Kenapa saya ? Ini tidak adil!";
• BARGAINING
harapan supaya individu dapat sedemikian rupa menghambat atau
menunda kematian
“Kalau dengan bersedekah saya bisa sembuh, saya akan bersedekah
setiap hari sebanyak banyaknya”
• DEPRESI
menolak dibesuk dan menghabiskan banyak
waktu untuk menangis dan berduka
“Untuk apa lagi saya berobat, toh pasti akan mati
juga”
• ACCEPTANCE
“saya sudah siap menjalani pengobatan, inilah
jalan terbaik untuk saya”
Komunikasi Efektif
Komunikasi
Breaking Bad News
Komunikasi Efektif
Lingkungan
Feedback
Komunikasi Efektif
• Komunikasi Intrapersonal
komunikasi yang terjadi pada diri sendiri
• Komunikasi Interpersonal
komunikasi antara 2 orang (dokter-pasien)
Komunikasi Verbal
Komunikasi Non Verbal
• Kumunikasi Kelompok
komunikasi massal
Komunikasi Verbal
adalah komunikasi melalui kata-kata
yang diucapkan oleh seseorang
1. Membuat pasien merasa nyaman (Rapporting)
4. Memberikan informasi
• Provider :
• Refleksi Isi: “Ibu mendengar berbagai
akibat buruk dari penggunaan pil”.
• Refleksi Perasaan: “Ibu kuatir kalau menggunakan
pil akan memperoleh efek samping yang tidak
menyenangkan”.
CONTOH MENDENGARKAN AKTIF
• Pasien: “Saya sudah tidak ingin punya anak lagi, anak
saya sudah 3, umur saya sudah 35 tahun, saya ingin
disteril saja, tapi suami saya tidak mau mengerti,
katanya dia ingin punya laki-laki, payah deh dia.”
• Provider :
• Refleksi Isi: “Ibu sebenarnya sudah tidak
ingin hamil dan melahirkan lagi, tetapi suami ibu tidak
setuju.”
• Refleksi Perasan: “Ibu jengkel karena itu ingin
disteril saja, tetapi suami ibu tidak setuju.”
CONTOH MENDENGARKAN AKTIF
• Pasien: “Kakak saya menganjurkan supaya saya pakai spiral,
tetapi teman saya mengatakan agar saya memakai susuk KB
saja, jangan spiral, sebab katanya enak dan praktis. Tetapi
ada yang mengatakan susuk bisa berjalan-jalan di dalam
kulit kita, mana yang benar ?!”
• Provider :
• Refleksi Isi: “Ibu mendengar berbagai anjuran untuk
mengikuti KB, tetapi selalu ada pendapat negatif tentang
itu.”
• Refleksi Perasaan: “Ibu bingung dengan berbagai
anjuran dan pendapat negatif tentang cara/alat KB.”
Memberikan Informasi
• Sederhana
• Jujur
• Benar
• Lengkap
MENANGGAPI PASIEN
• Mengajukan asumsi
Asumsi, adalah bila provider membuat
kesimpulan terlalu dini, membuat kesimpulan
tanpa bukti
• Mengajukan evaluasi
evaluasi, bila dalam responnya provider
meragukan atau menaruh ketidakpercayaan
terhadap apa yang dikatakan oleh pasien.
CONTOH ASUMSI
• PROVIDER: “Ibu, syarat operasi steril antara
lain harus ada ijin suami…….”
• KLIEN: “Wah, kalau saya mengatakan pada
suami saya, kemungkinan besar dia tidak akan
setuju kalau saya memilih steril.
•
• PROVIDER: “Wah, jadi ibu akan bohong
kepada suami.”
CONTOH EVALUASI
• PROVIDER : “Ibu, apakah ada saudara
kandung ibu yang pernah mengalami gejala-
gejala seperti penyakit ibu ini?”
• KLIEN : “ Nggak ada tuh dok?”
• PROVIDER : “Masak sih, masak nggak
ada yang sakit seperti ibu?”.
MENDORONG PASIEN BERBICARA
• Dorong dengan mengatakan: “Apa
lagi,…..Lalu…… Sesudah itu apa yang terjadi?”
Andika Pradana, dr
Hilna Khairunnisa Shalihat, dr